Showing posts with label KOPI MINGGU. Show all posts
Showing posts with label KOPI MINGGU. Show all posts

08 January 2017

Om Naik Sendiri, Om!




Saya jadi ikut-ikutan. Ikut mengambil momentum fenomena yang membuat heboh dua pekan terakhir. Permintaan membunyikan klakson bus ini menjadi pergunjungan justru setelah musisi dari beberapa negara turut memposting dan mensikapi di akun media sosialnya. Itulah kita.
Kita cenderung masih “mendewakan” orang lain. Ketika orang luar merespon, baru kita terjaga. Orang-orang di luar sana, ternyata masih lebih hebat daripada kita, walau sesungguhnya, kita lebih dari mereka. Kita nyaris tak menyadarinya kehebatan sendiri.

07 September 2016

Apalah yang Terjadi?




Oleh: Firdaus



Semakin gencar Satpol PP melakukan razia, penggerebekan, semakin banyak juga yang tertangkap. Setiap hari razia, selalu saja membawa “hasil tangkapan” ke markas komando.

Mereka yang ditangkap berasal dari berbagai lapisan. Mulai dari pasangan yang sedang berpacaran, pasangan yang baru mencoba “gitu-gituan” hingga yang sudah pernah “begituan”.  Usianya beragam, mulai dari anak sekolahan hingga yang sudah berumur.

“Apalah yang terjadi?” tanya seorang kawan kepada saya. Bingung saya dibuatnya.

Full Days School


Oleh: Firdaus


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menggagas sistem  Full Day School. Sekolah sehari penuh. Gagasan itu tujukan untuk  pendidikan dasar (SD dan SMP), baik negeri maupun swasta.
Gagasan itu langsung memantik respon dari berbagai kalangan. Beragam pandangan bergulir. Bermacam pendapat muncul kepermukaan. Gagasan sang menteri bagaikan bola salju yang mengelinding dari ketinggian.
Menteri yang baru hitungan hari menggantikan posisi Anis Baswedan mengungkapkan alasan. Sistem baru itu dimaksudkan agar agar anak tidak sendirian ketika orangtua mereka masih bekerja.

20 May 2016

Nikmatnya Orgen Tunggal


 Oleh: Firdaus


Irama musik terus berdentam. Menyentak hingga terasa di dada. Goyangan sang artis bergerak tak karuan, berlahan mulai menggerakkan birahi. Nafas mulai terengah-engah mengikuti geraknya, sementara vokal yang dikeluarkannya kian tak jelas.
 Di hadapan penyanyi, duduk dan bergoyang ratusan orang. Anak-anak hingga orang tua bercampurbaur menjadi satu. Semua larut dalam goyangan hingga larut malam. Bergojet dengan gerak tak seirama. Sesuka hati saja.
Anak-anak bau kencur menyatu bersama orang tua “bau tanah”, mamak dan keponakan bergoyang berpegangan tangan. Mamak rumah dan sumando ikut pula. Ipar besan turut serta. Tak ada batas dan ruang di antara mereka.

26 January 2016

Setelah Final?



Oleh: Firdaus


Demam Piala Jenderal Sudirman melanda Sumbar. Pemantiknya sudah jelas. Semen Padang, Nil Maizar dan Jafri Sastra. Kalau pun mereka bertarung di laga berkelas turnamen, namun eforia pecinta sepakbola di Sumbar seakan tak peduli dengan “kasta”  turnamen tersebut.
Harus diakui, kelas juara Piala Jenderal Sudirman tentu tidak sebanding dengan gelar juara Piala Liga, 1992,  yang kemudian mengantarkan Semen Padang ke Piala Winners Asia. Lolos ke putaran kedua setelah mengalahkan wakil Vietnam, Banghabadhu. Mengalahkan Yokohama Marinos, Jepang, di Padang,  2-1, lalu dihajar tim negeri Sakura tersebut 11 go tanpa balas.

11 December 2015

Bulek-bulek


Oleh: Firdaus


Seorang bijak, jika  tidak mempunyai sikap yang sungguh-sungguh, tidak akan dihormati orang, dan pelajarannya pun tidak akan teguh. Maka peganglah kesetiaan dan kejujuran sebagai pokok utama dalam kehidupan. Jangan bersahabat dengan orang-orang yang tidak sederajat. Jika mempunyai kekurangan, janganlah takut untuk memperbaikinya……
(Confusius, filsuf asal China)


Suatu ketika, pada pekan pertama puasa kali ini, saya membaca di laman jejaring sosial facebook, tepatnya di sebuah grup yang saya menjadi anggotanya. Grup tersebut adalah komunitas sesama teman kecil, semasa saya masih kanak-kanak dulu. 
Sang teman menulis kerinduannya untuk pulang dan bermain agak sejenak di tempat ia dulu menjalani hari-harinya semasa kanak-kanak. Teman tersebut sekarang menetap di Jakarta, bekerja di sebuah production house, sekembalinya dari Australia dan Jepang untuk menuntut ilmu berkaitan dengan pertelevisian.

”Saya Belum Beli Baju Baru…”


Oleh: Firdaus


Lebaran sudah diambang pintu. Kesibukan masyarakat semakin tinggi. Setiap tempat, setiap titik, setiap sudut, aktivitas itu terasa sangat menyesakkan. Seakan berpacu dengan waktu untuk mengejar deadline lebaran.
Lebaran, inilah hari berbenah terbesar yang dilakukan hampir seluruh orang. Membeli sepatu baru, baju baru, sandal baru, hanya bagian kecil saja jika dibandingkan dengan aktivitas lain yang lebih besar. Misalnya mengganti cat rumah, mengganti perabotan rumah tangga, hingga ---bagi yang berkantong lebih tebal--- membeli mobil baru.
Inilah hebatnya lebaran. Tak ada momentum lain yang lebih hebat daripada lebaran. Artinya, tak ada momentum yang lebih besar atau lebih kuat yang mampu menggerakkan banyak orang di seluruh belahan dunia untuk berbenah, sekali pun baru sebatas berbenah secara pisik.

Talanjang Gegek


 Oleh: Firdaus Abie


Kejadian  sepekan terakhir benar-benar menyentak. Menghujam diri. Menampar wajah. Siapa pun pasti terbelalak. Inilah kejadian yang benar-benar tak bisa dibenarkan, walau dari sudut pandang apa pun. Semua pasti mengutuk.
Kutukan, makian dan cacian itu tak berlebihan. Disaat negeri ini terus berperang melawan penyakit masyarakat, tetapi  penyakit yang lebih hebat justru datang secara mengejutkan. Apa yang salah?
Beredarnya video mesum yang diperankan siswa SMA negeri di Padang, sudah sangat menyentak. Membuat bulu tengkuk berdiri. Belum cukupkah pendidikan agama, pendidikan di TPA/TPSA atau asmaul husna membentengi dirinya dari perbuatan maksiat?

R e u n i


Oleh: Firdaus Abie


Belum lama ini, saat musim reunian yang biasa terjadi ketika lebaran datang, saya hadir di antara ratusan orang yang terdiri dari kakak kelas, kawan seangkatan mau pun adik kelas. Suasana sangat ramai.
Kalau pun panitia sudah meminta semua yang hadir untuk masuk ke ruang pertemuan, namun masih banyak yang tetap berada di luar. Satu sama lain saling bercanda. Ketawa lepas. Berulang kali panitia mengharapkan agar ruangan pertemuan diisi, namun tak sedikit yang tetap meneruskan ngolor-ngidul. Seakan mereka tidak mendengar pemberitahuan itu.
Setengah kesal, panitia pun memulai agenda acara. Ada beberapa rangkaian acara formal. Selama acara berlangsung, mereka yang berada di dalam ruangan pun tetap bercengkrama satu sama lain. Nyaris tak peduli dengan rangkaian acara.

Siapa Berani Menantang?


Oleh: Firdaus


Pemerintah hanyalah mengatur segala hal yang benar. Jika anda memimpin rakyat dengan keteladanan yang benar, siapa yang akan berani menantang?
---Confusius---


Kalimat terakhir dari pesan bijak  filsuf asal Cina, kelahiran negara kecil Lu (sekarang Provinsi Shantung), tahun 551 SM, seakan menjadi senjata utama bagi rakyat di negeri ini sejak reformasi. Kondisinya terus menjadi-jadi. Menjadi bahan gunjingan setiap saat.
Setiap hari pula, ada saja isu yang menguncang keberadaan pemerintah. Masyarakat cenderung menilai, banyak persoalan ketidakberesan dalam pemerintahan. Ada-ada saja persoalan yang dijadikan bahan untuk dipergunjingan.

PWI Sumbar

 
 Oleh: Firdaus




Seorang raja yang memerintah dengan kebajikan akan tampak bagaikan bintang kutub utara, bintang yang berada di tempatnya, sementara bintang-bintang lain beredar mengelilinginya.

Confusius


Pesan bijak filsuf Cina itu, tiba-tiba mengingatkan saya akan diskusi lepas sembari ngopi jelang sore, dengan sejumlah wartawan di Bukittinggi, beberapa hari lalu.
Sejak sebulan terakhir,  berlanjut hingga hari ini, dan diperkirakan akan semakin hangat hingga jelang akhir Mei 2011, tak lain adalah “nasib” wartawan Sumbar yang beraliansi kepada asosiasi wartawan tertua; Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumbar.
Jadwalnya telah tiba. Kepengurusan PWI Sumbar yang kini dipimpin Basril Basyar, sudah berakhir masa bakti. Jadwal Konferensi Cabang (Konfercab) PWI Sumbar kali ini, sudah lewat beberapa bulan dari jadwal sesungguhnya, namun masih dalam batas toleransi.

Agum Gumelar


 Oleh: Firdaus


AGUM GUMELAR (http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/agum-gumelar-_110506214118-386.jpg)
Akankah kisruh panjang yang selama ini membaluti organisasi sepakbola Indonesia  berakhir dengan happy ending? Bayangan ke arah tersebut mulai terlihat pascakeputusan dibentuknya komite normalisasi oleh FIFA yang diketuai Agum Gumelar.
Keputusan tersebut mengejutkan. Pertama, apa yang selama ini digembar-gemborkan kubu Nurdin Halid yang seakan menggambarkan bahwa apa yang dilakukan kubunya direstui FIFA, ternyata bertolak belakang dengan kenyataan. Keputusan terbaru FIFA tersebut menyiratkan, apa yang dilakukan Nurdin telah dianulir FIFA.

30 November 2015

Pesta Demokrasi, Pesta Basa-basi?



Oleh: Firdaus*



Seorang kawan tersenyum sumbing.  Ada perasaan yang disimpannya. Katanya, ada dua persoalan mendasar yang membuatnya tersenyum sumbang itu.
Pertama, “mana para anggota dewan yang katanya terpanggil hendak membangun kampung halamannya dulu?” tanyanya. Saya agak bingung.
Ia pun kemudian membeberkan, sejak ada keputusan bahwa jika anggota dewan maju ke bursa Pilkada, maka ia harus mundur dari jabatannya. Keputusan itu membawa imbas besar, ternyata  anggota dewan yang  yang semula digadang-gadangkan akan bertarung, ternyata harus berpikir ulang, kemudian membatalkan rencana keikutaan mereka.
 “Kalau memang terpanggil, ya, berjuanglah! Kenapa justru takut melepaskan  jabatan yang ada sekarang?” tanyanya. Itu pula yang kemudian membuat kawan saya tersebut tersenyum sumbing, menyindir para wakil rakyat tersebut.
Kondisi ini bertolak belakang jika dibandingkan dengan suasana Pilkada dua atau tiga periode sebelumnya. Ketika itu, tak ada aturan yang mengatur para wakil rakyat tersebut, sehingga mereka tetap ikut “tebak-tebak buah manggis” tersebut. Jika menang, akan dapat “hadiah”, namun jika gagal, ia tetap bisa melanggang untuk duduk di kursi empuk.

18 November 2015

Tuan Rumah

Oleh: Firdaus


Hakikat sebuah pesta, biasanya tuan rumah  mempersiapkan diri sejak awal. Langkah-langkah paling umum; menentukan jadwal, membenahi lokasi acara, mengundang dan menanti tamu, memastikan tamu tidak kecewa. Semua rangkaian tersebut saling terkait. Tidak bisa dipisahkan. Jika dipisah atau salah satu terabaikan, maka akhir dari acara yang diadakan bisa berakibat buruk.
Pada kesempatan ini, saya tak hanya akan membahas satu hal saja; membenahi lokasi acara,  agar tamu tidak kecewa. Saya memilih hal tersebut  hanya karena momentum saja.
Tidak didasarkan pada kriteria apa pun. Tidak pula tersebab peringkat apa pun. Jika menjadi tuan rumah apa pun, biasanya persoalan membenahi lokasi acara sangat mutlak. Jika tidak dibangun baru, bisa direnovasi, dicat ulang, atau minimal dibersihkan dari debu. Muara akhirnya; tamu tidak kecewa.

04 November 2015

Komunikasi Gaduh

 Oleh: Firdaus*


Kalimat atas petunjuk bapak presiden…, sangat populer di masa pemerintahan Orde Baru,  terutama ketika Menteri Penerangan Republik Indonesia dijabat Harmoko.  Kalimat itu diucapkan ketika  memberikan penjelasan seputar keputusan dan kebijakan pemerintah atau melaporkan hasil rapat kabinet, antara presiden dengan para pembantunya kepada masyarakat.
Pada rabu pertama setiap bulan, selepas siaran Dunia Dalam Berita di TVRI. Ketika itu  ada program  Laporan Khusus Rapat Kabinet Terbatas.  Program tersebut dirasakan banyak orang “mengganggu” kenikmatan  menonton satu-satunya siaran televisi  ketika itu, karena materi dan formatnya acaranya tidak menarik, tapi sangat disukai ayah  saya.

03 July 2015

Dahlan Iskan

 Oleh: Firdaus


Aksi Dahlan Iskan melempar kursi ----kemudian Dahlan Iskan menyebutkan, tidak melempar, tetapi meletakkan kursi di luar loket—di pintu tol Senayan, awal pekan ini, kemudian membuka dua pintu tol dan kemudian mengarahkan antrian panjang di pintu tol tersebut untuk masuk gratis, mengundang perhatian banyak kalangan.
Hampir seluruh komentar, memandang positif apa yang dilakukan orang nomor satu di Kemeneg BUMN itu. Bukan karena ia Meneg BUMN sehingga bisa dengan mudah dan semaunya melakukan tindakan itu, tetapi langkah yang diambilnya tersebut bagian dari kekecewaannya terhadap kinerja anak buahnya.
Betapa tidak kecewa. Langkah-langkah strategis yang sudah diputuskan untuk dijalankan, ternyata tidak sepenuhnya dijalankan secara baik dan benar. Tindakan itu, memang kali pertama dilakukan Dahlan Iskan, namun pesan, peringatan, mau pun teguran sudah sering dilakukan untuk mengingatkan otoritas pengelola jalan tol tersebut.

29 June 2015

Kedai Ayah



Oleh: Firdaus


Lelaki tua itu meminta diturunkan ketika mobil yang membawa kami sampai di depan pasar Padangpanjang. 
“Ayah turun di sini saja,” katanya.
Kemudian mobil berhenti menjelang pertigaan Padangpanjang – Tanahdatar – Bukittinggi. Sebelum turun, lelaki tua itu tak lupa mengucapkan terima kasih. Berulangkali ia mengucapkannya.
Setelah ia turun, teman sekantor, yang sejak dari Padang bersama saya ke Bukittinggi, berulangkali mengungkapkan rasa kagum kepada lelaki tua itu.  
“Kini saya baru benar-benar percaya,” kata sang teman.

30 December 2014

Belajar pada Pertina


Oleh: Firdaus

Minggu (21/12) pagi. Fazril Ale, Sekum Pengda Pertina Sumbar, memberikan waktu kepada seorang petinju untuk segera menurunkan berat badannya.
“Waktu yang tersisa hanya dua jam,” kata Ale.
Permintaan itu disikapi berbeda oleh pelatih dari petinju tersebut. Sang pelatih mencak-mencak. Ia protes sikap Fazril Ale. Dua isi protesnya. Pertama, tak mungkin petinjunya kelebihan berat badan hingga 1,5 kg.
“Timbangannya rusak! Timbangannya rusak!” katanya keras, sehingga semua orang yang berada di aula Kantor Bupati Dharmasraya, ketika itu, terkejut.

23 November 2014

Komunikasi Kabinet Jokowi




Oleh: Firdaus


Pameo usang; titip pesan bisa berlebih, titip uang bisa berkurang. Pameo itu memberikan gambaran,  rumitnya persoalan jika pesan disampaikan  tidak secara benar. Lalu, bagaimana jadinya jika pesan itu benar yang tidak jelas?
Usia Kabinet Kerja yang masih seumur jagung, ternyata telah “menghasilkan” sejumlah pesan yang membingungkan. Dalam ilmu komunikasi, sebuah pesan akan bisa dipahami oleh komunikan (audiens atau penerima pesan) jika disampaikan oleh komunikator (pengirim pesan) secara baik dan jelas.
Perintah presiden Jokowi ketika mengumumkan para pembantunya di halaman Istana Negara, sangat jelas. Jokowi berulang kali mengungkapkan; lari, lari, lari! Pesan tersebut memberikan isyarat, sang presiden ingin agar anggota kabinetnya segera bertindak dan bergerak cepat.

13 October 2014

Surat Kawan untuk Tuan



Oleh: Firdaus



Suatu ketika, seorang kawan datang pada saya. Ia menyampaikan uneg-uneg yang ada dalam pikirannya. Banyak yang ia beberkan. Apa yang ia beberkan tersebut, sebenarnya sudah menjadi rahasia umum. Sudah diketahui dan dipahami banyak orang.
“Uneg-uneg ini harus dikeluarkan, jika tidak bisa menyanak di pikiran,” katanya.
“Kalau pun dibiarkan menyanak dipikiran, adakah yang akan terjadi?” Tanya saya.
“Sakik kapalo den, waang tak ingin melihat saya nanti bicara sendiri sambil senyum dan ketawa sendiri kan?” tanyanya. Entah serius, entah mengancam. Saya tak tahu pasti.

Ruang Buku Karya Dosen Unand

   Suatu ketika, saat podcast dengan Pak Ir  Insannul Kamil , M.Eng, Ph.D , WR III Unand. Kata beliau, Jangan Mengaku Mahasiswa jika tak B...