29 December 2017

Penggemarnya Terus Bertambah


Berkunjung ke Museum Nike Ardilla si Bintang Kehidupan

 Tiga kali panggilan, tak ada sahutan. Ketika panggilan ke empat, tak juga ada sahutan, namun dari arah kamar kecil di teras, ada suara air yang sangat deras. Suara siraman air itu seakan menjadi pertanda, ada orang di dalamnya.
“Sudah tutup,” jawab seorang lelaki yang keluar dari kamar kecil di teras. Ia kemudian duduk di kursi,  memasang kaos kaki dan sepatu yang biasa digunakan petugas keamanan.
“Ditutup pukul lima sore tadi,” katanya melanjutkan. 
Tanpa melihat jam pun, aku tahu kalau kehadiran ke museum sudah terlambat dari jadwal kunjungan. Terlambat lebih dari satu jam.

26 December 2017

Memendam Rasa








Pengkhianatan Rabiatun telah membakar ubun-ubunnya. Badri tak terima. Ia merasa seakan dipermainkan. Cintanya dipermainkan. Hatinya diaduk-aduk. Harga dirinya sebagai lelaki seakan dikencingi.
Badri tak pernah menduga kalau Rabiatun mengkhianatinya. Ia memiliki dan kemudian memendam rasa pada Rabiatun sejak masih kanak-kanak. Disimpannya rasa itu rapat-rapat. Tak seorang pun yang tahu, termasuk Rabiatun, sampai dirinya mengatakan langsung pada gadis pujaannya itu.
Badri membentang lembaran panjang. Ia sadar, Rabiatun  tak pernah sepatah kata pun membalas ucapannya. Tak juga pernah mengangguk, namun perubahan sikap Rabiatun yang semakin manis, kian manja kepadanya, sudah cukup baginya sebagai pesan balasan dari gadis itu.

20 December 2017

Pengkhianatan Rabiatun







Di kamar berdindingkan palupuah[1], Badri baru saja mengenakan pakaian, setelah seluruhnya dilepas ketika mandi rempah dan bunga tujuh rupa dari tujuah tapian[2]. Bunga tiga rupa dari tiga tapian, bukanlah perkara mudah untuk mendapatkannya. Badri harus berjuang mati-matian untuk mendapatkannya. Banyak syarat yang harus dipenuhi agar semua bahan yang dicari bisa dipakai sempurna.
Jenis bunganya tak boleh sama. Warnanya   tak boleh sama. Ukurannya mesti berbeda. Jumlah kelopak atau tingkatan kelopaknya harus berbeda. Posisi saat memetik bunga juga harus dibedakan. Satu tapian hanya boleh mengambil satu bunga.
Persyaratan terberat yang harus dijalani Badri, bunga-bunga tersebut tak akan ada gunanya jika saat dicampur dengan rempah-rempah yang diberikan Mak Pado ada yang layu. Semua bunga harus tetap segar saat mandi dilakukan. Artinya, bunga-bunga itu sudah harus terkumpul tak boleh lebih dari sehari-semalam.
Badri harus mencari dan menelusuri satu persatu tapian yang memiliki bunga sedang mekar.  Tak hanya keliling kampungnya, tetapi juga harus mengelilingi kampung-kampung tetangga. Ada banyak tapian yang diketahui dan didatanginya, namun tak semuanya memiliki bunga, atau kalau pun ada bunga, ada beberapa tapian yang memiliki bunga sejenis.

12 December 2017

Menyimpan Rahasia






Badri tersenyum bangga. Kali ini, ia yakin, usahanya tak akan sia-sia lagi. Dendam yang membakar ubun-ubun akan terbalaskan dengan cinta yang bersemayam dalam dirinya. Dalam dendamnya ada cinta. Cintanya beruntai dendam.
Cinta di dalam jiwanya adalah cinta mati. Tak bisa ditawar lagi. Cinta yang tumbuh sejak pagi, sejak matahari menampakkan diri. Bergelora sepanjang hari. Tak akan pernah mati. Ia sudah memendam rasa pada Rabiatun sejak lama. Sejak ingus masih meleleh dari hidungnya, kemudian disapu dengan lengan kanan dari kiri hidungnya ke arah samping kanan pipinya.
Ia sangat menyukai Rabiatun. Sangat mengagumi teman kecilnya itu. Teman semasa mereka masih duduk di bangku sekolah dasar. Bagi Badri, Rabiatun merupakan cewek paling sempurna. Berkulit kuning langsat, berambut panjang, hidung mancung, berpenampilan tenang. Kesehariannya berbeda dibandingkan anak-anak sebayanya.

10 December 2017

Sinopsis Novel Cincin Kelopak Mawar


 
Mereka tahu, berdukun terlarang di kampungnya. Mereka paham, pacaran adalah aib di kampungnya. Larangan dan pantangan sejak masa lalu, ternyata tak menyurutkan nyali mereka. Sanksi sosial yang dijatuhkan orang kampung, dibuang sepanjang adat,  diusir dari kampung dan tak diizinkan lagi untuk pulang, sekali pun hanya jasad, tak membuat Badri dan Rabiatun jera.
Badri dan Rabiatun bermain api. Keduanya memanfaatkan waktu-waktu sempit. Keduanya mencuri-curi kesempatan untuk menjalin hati di tempat-tempat berbeda. Kedekatan hubungan keluarganya, dimanfaatkan untuk merajut hati itu.
Di balik  jalinan hati yang hendak direkat, diam-diam keduanya justru terjebak pada prilaku masing-masing. Rabiatun terjerat cincin yang melingkar di jari manisnya.  Badri terkepung oleh perangai tak senonohnya.
Di satu sisi, Badri sangat mencintai Rabiatun, teman kecilnya. Di sisi lain, Badri juga tak bisa mengelak dari ancaman Mirna. Mirna memaksakan agar Badri menerima hatinya, sementara Badri tak pernah merasakan apa pun pada Mirna.
Mirna mengancam, jika Badri menolak hatinya,  ia akan membeberkan perangai Badri sesungguhnya kepada orang kampung. Badri sangat takut jika itu terjadi.
Lalu, siapa pula Mirna sesunguhnya, yang memaksakan hati Badri untuknya? Bagaimana pula gejolak hati Badri pada Rabiatun? Lalu kenapa Rabiatun memakai cincin yang kini juga ada digenggaman Badri, sebuah cincin berkelopak mawar?

Ruang Buku Karya Dosen Unand

   Suatu ketika, saat podcast dengan Pak Ir  Insannul Kamil , M.Eng, Ph.D , WR III Unand. Kata beliau, Jangan Mengaku Mahasiswa jika tak B...