20 March 2012

PULANG

Cerpen: Firdaus Abie


Besok lebaran. Gema takbir hilang dipulun[1] hujan. Cuaca dingin di kota kecil atas bukit, terasa panas mengalir di sudut kota. Menghadirkan resah, dibungkus gelisah.  Aku menangis?

Tidak! Aku tidak  menangis. Sedari kecil, aku sudah dilarang menangis. Tak baik lelaki menangis, apalagi sampai dilihat orang.  Kalau ketahuan  Abak atau Mande, keduanya pasti berang[2].
Abak dan Mande? Ya, tiba-tiba aku teringat pada keduanya. Mungkinkah aku dapat bertemu mereka kembali, lalu bersimpuh menjemput maaf?

Biasanya,  malam seperti ini adalah malam-malam membahagiakan. Aku, Abak, Mande,  Uni Ira dan Ardi,  melewati malam takbiran bersama. Kami menembus malam dengan canda di rumah. Masih lekat dalam ingatan ku, Abak biasanya tak banyak omong. Lebih banyak memperhatikan kami sembari menonton berita di tv. Jika ada canda kami yang keliru, baru suara beliau menghentikan kami sejenak. Nasehatnya membawa kami menembus malam. Penuh wibawa.

18 March 2012

Leptop Pak Dewan


Oleh: Firdaus
 Karapai duduak di paleh-paleh pondok sate Tukang Kipeh. Badai nan manamoan dirinyo si tukang kipeh, maangguak-angguak sambia mancimeeh sambia mangipeh, maiduik-an baro mamanggang sate.
Makin dicimeehnyo konco palangkin nan surang tu, samakin dikirai-e kipeh sate. Baun bawang goreang nan dipanggang di baro mengirai-ngirai bulu iduangnyo. Arun bana baunnyo.

Terobosan dari Simpangampek


Catatan: Firdaus

Apalah artinya sebuah nama…
Benarkah tidak penting hakikat sebuah nama? Barangkali  Willliam Shakespeare, ilmuwan asal Prancis, menganggap bahwa identitas tidak penting. Sesuaikah “paham” yang dianutnya itu dengan kita?
Semasa hidup, nabi Muhammad SAW pernah meminta umatnya untuk memberikan nama anak-anaknya dengan nama yang baik. Nama adalah bagian dari doa, dan sekaligus menjadi identitas diri.
Di ranah Minang, identitas sangat mutlak. Tak bisa ditawar-tawar. Identitas adalah cerminan citra diri seseorang atau suatu bangsa. Bagi seorang anak di Ranah Minang, lekat dengan identitas dirinya tersebut. Ketek banamo, gadang bagala.

Bandara Laban


Oleh: Firdaus*

Kehadiran Gubernur Sumbar Irwan Prayitno ke Simpangampek, Kabupaten Pasaman Barat, untuk melihat keberadaan  ke Bandara Laban, Di Kecamatan Luhak Nan Duo, pertengahan bulan lalu, sepertinya memberikan “darah segar” bagi daerah ini  untuk terus membangun, dan secepatnya menyelesaikan pembangunan Bandara Laban serta Pelabuhan Taluaktapang, di Aiabangih.
Rasa itu tidak berlebihan, apalagi di hadapan tokoh masyarakat, ninik mamak dan bundo kanduang, gubernur juga menyatakan kesediaan untuk turut membantu biaya pembangunan bandara. Sejauh ini, sejak awal, sejak perencanaan hingga sekarang yang sudah memasuki tahap persiapan ujicoba penerbangan dan pendaratan, sama sekali Pemkab Pasaman Barat belum pernah mengajukan proposal untuk pembiayaan.

Keyakinan


Oleh: Firdaus 

Kejadian di dua tempat berbeda, sepekan ini, sangat menyentak. Peristiwa itu sekaligus  mengingatkan saya pada masa lalu. Masa ketika masih kanak-kanak. Antara percaya dan tidak percaya bercampur aduk menjadi satu, namun yang terjadi sepekan ini adalah kejadian nyata.
Dimasa itu, ketika ada perselisihan dalam saat bermain, terutama ketika ada yang merasa dicurangi ---mungkin karena memajukan gundunya, menyembunyikan kelereng yang sedang dimainkan, memparo karet atau gambar-gambar dan kemudian disembunyikan---, maka yang merasa dicurangi akan “menuntut” yang dituduh untuk membuktikan bahwa ia tidak curang.
“Mau sumpah di bawah Al Qur’an?” gertak yang merasa dicurangi.

Bersakit-sakit dahulu.. Bersenang-senang Sendirian..

Oleh: Firdaus


Berakit-rakit dahulu..
Berenang-renang ke tepian..
Bersakit-sakit dahulu..
Bersenang-senang sendirian..

Maaf!
Kali ini saya memplesetkan pantun yang sudah begitu populer di kalangan masyarakat. Rasanya tak ada yang tak pernah menyampaikan, atau minimal mendengar pantun aslinya. Lalu, kenapa saya plesetkan?
Maaf!
Sekali lagi, maaf!

Ruang Buku Karya Dosen Unand

   Suatu ketika, saat podcast dengan Pak Ir  Insannul Kamil , M.Eng, Ph.D , WR III Unand. Kata beliau, Jangan Mengaku Mahasiswa jika tak B...