17 July 2014

Tak Pernah Membuka Aib


* Randai, Kesenian Tradisional Asli Minang:

Penampilan randai. (sumber foto: http://thegenteelsabai.files.wordpress.com/2011/12/cropped-header1.jpg)
Ranah Minang tak hanya dianugerahi kekayaan alam yang indah, namun kesenian tradisional yang lahir dan tumbuh berkembang di tengah-tengah masyarakatnya, juga tak kalah memukau. Kesenian tradisional tersebut, pada awalnya lahir dari permainan anak nagari.
Randai memiliki sejarah yang panjang. Berangkat dari permainan anak-anak muda Melayu, kemudian berkembang menjadi teater. Randai sebangun dengan dengan Lenong (Betawi), Makyong (Riau), Mamanda (Kalimantan), Ketoprak (Jawa) dan lain-lain.
Pada awalnya, randai dimainkan anak-anak nagari Minangkabau di sasaran silat. Mereka memainkan randai disela-sela latihan silat, sehingga gerak dan langkah silat terlihat nyata pada randai. Aktivitas randai, tak hanya sekadar memiliki filosofis yang kuat, tetapi juga memiliki banyak keunikan yang tak dimiliki kesenian tradisional lainnya.

14 July 2014

Karupuak Kuah Lado hingga Test Drive


*Berkunjung ke “Pasar” GOR H Agus Salim – Padang, Lokasi “Olahraga Belanja”:

Sejak dibangun tahun 1982 dan kemudian digunakan untuk arena MTQ ke 13 tingkat Nasional, komplek GOR H Agus Salim, Padang, tak pernah sepi dari kegiatan. Lima tahun belakangan, kawasan ini justru menjadi pilihan utama warga kota untuk olahraga, jualan dan belanja. Beragam jualan dibentang, mulai dari karupuak kuah lado hingga test drive.

Firdaus – Padang

Membuka lembaran masa lalu, mulanya kawasan yang kini dijadikan Kompleks GOR H Agus Salim adalah arena pacuan kuda. Ketika itu dikenal dengan nama Rimbokaluang. Konon, menurut cerita masa lalu, di sana ada rimbo (rimba) yang banyak bersarang kalaluang (kelelawar). Wilayah yang merupakan milik Bank BNI ditukarguling dengan tanah Pemko Padang di kawasan Tunggulhitam.

Pesantren Ramadan


Oleh: Firdaus



Puasa sudah masuk.  Hari ini, merupakan hari pertama puasa, sesuai anjuran pemerintah. Muhammadiyah sudah melaksanakan sejak Sabtu.  Satariyah melaksanakan mulai besok. Yang pasti, masing-masing memiliki dalilnya.
Puasa kali ini, ada dua agenda istimewa sebagai tambahan, yakni Piala Dunia yang sedang berlangsung dan Pilpres yang masih menjalani masa kampanye. Lainnya, tentu agenda ibadah Ramadan rutin, seperti tahun-tahun sebelumnya.
Bagi pelajar di Kota Padang, puasa kali ini merupakan tahun ke 11 pelaksanaan Pesantren Ramadan. Pada pesantren kali ini, Pemko Padang mendanai kegiatan keagamaan ini senilai Rp 2 miliar. Gratiskah para peserta pesantren? Tidak! Pemko Padang masih mentolerir panitia di setiap mushala atau masjid untuk memungut biaya pendaftaran Rp 15 ribu, namun kenyataan di lapangan biaya pendaftarannya berkisar Rp 20 ribu sampai Rp 40 ribu.

Nafsu Besar


 Oleh: Firdaus


Sumbar memiliki banyak pengalaman buruk di pentas olahraga nasional. Di antara yang masih lekat dalam pikiran; hengkangnya Nurhayati bersaudara ke Yogjakarta, memupus harapan  tambang medali di balap sepeda. Pindahnya sejumlah lifter Sumbar ke Jawa Tengah, jelang PON XIII/1993 karena iming-iming bonus di Jawa Tengah yang sangat menggiurkan, Rp 25 juta untuk satu medali emas. Bonus tertinggi pada masa itu. Yang paling buruk, berada di posisi paliang pincik (urutan ke 26 dari 26 provinsi) pada PON XV/2000, pascalepasnya Timor Timur dari Indonesia.
Setelah kejadian buruk itu, semua orang angkat bicara. Beragam pandangan meluncur bagaikan sembilu mengiris. Berbagai pendapat muncul kepermukaan bagaikan belati yang menghunjam jantung. Muaranya mengarah kepada satu titik, tidak peduli.

Ampiang Dadiah Makanan untuk Jantung


  
Hanya ada dua makanan yang diolah dalam buluah (bambu). Kedua makanan itu merupakan produk asli Ranah Minang. Makanan dimaksud, lamang (lemang) dan dadiah (diolah dari susu kerbau yang dibekukan). Pengolahannya dilakukan secara alami, tanpa bahan pengawet, bisa bertahan hingga sekitar sepekan. 
Dari dua makanan tersebut, khusus dadiah bisa diolah menjadi makanan khusus. Dadiah adalah susu kerbau yang telah mengeras. Banyak diproduksi di wilayah ketinggian, di antaranya di Tanah Datar, Agam, Alahanpanjang (Solok) dan Bukittinggi. 
Jika dadiah dicampur dengan bawang, cabe dan beberapa bumbu dapur lainnya, maka akan bisa dinikmati menjadi tambahan lauk-pauk untuk dimakan bersama nasi.  Jika dadiah dikombinasikan dengan emping beras, gula merah, maka akan menjadi kudapan spesial. Kudapan khas Bukittingi yang sangat nikmat untuk disantap kapan pun, pagi, siang atau malam. Tak ada beda. Dalam kondisi cuaca seperti apa pun, hujan atau panas, tetap nikmat.

10 July 2014

Tahanan Kabur


 Oleh: Firdaus


Pertama kali mendapatkan kabar dari seorang saudara bahwa LP Tanjunggusta, Medan, dijebol para napi, kemudian napinya kabur, saya hanya tersenyum kecil. Isu apalagi ini? Tanya saya dalam hati.
Pikiran saya langsung melayang pada kejadian sekitar 20 tahun silam. Ketika itu saya masih menjadi wartawan Harian Semangat, Padang. Bertugas di desk liputan hukum dan kriminal, sembari belajar pada seorang senior. Saat itu hampir seluruh sudut di Padang serta berbagai daerah di Sumbar, diliputi ketakutan dan kecemasan luar biasa.

Menunggu




* Firdaus

Digelap malam ku dengar tanya;
“Kenapa tak jua kau tutup jendela?”
Ku dengar ada jawabanya;
“Aku menunggu angin”
“Kenapa angi yang kau tunggu?”
“Aku butuh kesejukan malam ini”

Ketika siang ada tanya;
“Kenapa kau di jendela? Siapa yang kau tunggu?”
“Aku menunggu angin”
“Aku butuh kesejukan dalam rindu panjang”

Ruang Buku Karya Dosen Unand

   Suatu ketika, saat podcast dengan Pak Ir  Insannul Kamil , M.Eng, Ph.D , WR III Unand. Kata beliau, Jangan Mengaku Mahasiswa jika tak B...