03 July 2015

Dahlan Iskan

 Oleh: Firdaus


Aksi Dahlan Iskan melempar kursi ----kemudian Dahlan Iskan menyebutkan, tidak melempar, tetapi meletakkan kursi di luar loket—di pintu tol Senayan, awal pekan ini, kemudian membuka dua pintu tol dan kemudian mengarahkan antrian panjang di pintu tol tersebut untuk masuk gratis, mengundang perhatian banyak kalangan.
Hampir seluruh komentar, memandang positif apa yang dilakukan orang nomor satu di Kemeneg BUMN itu. Bukan karena ia Meneg BUMN sehingga bisa dengan mudah dan semaunya melakukan tindakan itu, tetapi langkah yang diambilnya tersebut bagian dari kekecewaannya terhadap kinerja anak buahnya.
Betapa tidak kecewa. Langkah-langkah strategis yang sudah diputuskan untuk dijalankan, ternyata tidak sepenuhnya dijalankan secara baik dan benar. Tindakan itu, memang kali pertama dilakukan Dahlan Iskan, namun pesan, peringatan, mau pun teguran sudah sering dilakukan untuk mengingatkan otoritas pengelola jalan tol tersebut.
Dukungan masyarakat luas terhadap tindakan mantan Dirut PLN ----di perusahaan ini, Dahlan juga banyak melakukan terobosan--- itu tidak berlebihan. Setidaknya, kekecewaan masyarakat, terutama mereka yang selama ini bersentuhan dengan jalan tol, telah dilampiaskan melalui Dahlan Iskan. Ini pelajaran berharga bagi Jasa Marga.
Pelajaran berharga itu, setidaknya bisa dijadikan renungan bagi banyak kalangan.  Dahlan Iskan menyebutkan, mereka yang melintasi jalan tol tersebut adalah mereka yang membayar. Tidak melintas secara gratis. Sudah membayarkan pun, ternyata pelayanan yang diberikan tidak maksimal. Cenderung diabaikan. Apalagi jika mereka tidak bayar.
Langkah itu, sekaligus sebenarnya “tamparan” dan sindiran kepada aparatur negara untuk tidak berlaku semau-maunya saja. Bagaimana pun, selaku abdi negara, tentu harus benar-benar fokus memberikan perhatian terhadap kehidupan rakyat. Selama ini, ada kecenderungan, tugas mereka yang seharusnya melayani kepentingan rakyat, cenderung berprilaku untuk dilayani.
Selaku orang yang dibesarkan dari lingkungan jurnalis, Dahlan Iskan  sudah  menyampaikan pesan secara baik dan benar.  Dalam ilmu komunikasi,  pesan yang disampaikan komunikator (orang yang menyampaikan pesan) baru bisa dianggap baik dan benar jika memberikan efek atau reaksi pada  komunikan (orang yang menerima pesan) terhadap pesan yang disampaikan.
 Dalam hal ini, tak hanya pengelola jalan tol yang menjadi komunikan, tetapi juga aparatur negara lainnya dan masyarakat luas. Pesan itu disampaikan melalui media (saluran) yang tepat, dalam keadaan masyarakat nyaris “apatis” pada aparatur. Tindakan itu adalah pembelajaran yang sangat berharga.
Tak hanya itu. Dalam kontek pemimpin di Kemeneg BUMN, ternyata “tamparan” tambahan juga diberikan Dahlan Iskan. Ia meminta pengelola jalan tol ---jajaran pimpinan di Jasa Marga--- agar tidak menghukum dua petugas yang lalai menjalankan tugasnya. Ia juga tidak akan memberikan sanksi kepada pengelola jalan tol tersebut jika benar-benar mau memperbaiki diri, memperbaiki cara kerja dan memperbaiki system. Apa yang terjadi, hanya kesalahan system.
Tak hanya itu, Dahlan juga menyatakan, selaku Meneg BUMN, dirinya juga akan bertanggungjawab terhadap persoalan itu.  Sayang, tak banyak pemimpin di negeri ini yang berani mengambil alih tanggungjawab dan kesalahan anak buahnya, seperti yang dilakukan Dahlan Iskan. []

 CATATAN:
Naskah ini dimuat di rubrik KOPI MINGGU, Padang Ekspres, edisi Minggu 25 Maret 2012

No comments:

Ruang Buku Karya Dosen Unand

   Suatu ketika, saat podcast dengan Pak Ir  Insannul Kamil , M.Eng, Ph.D , WR III Unand. Kata beliau, Jangan Mengaku Mahasiswa jika tak B...