25 April 2012

Ujian Nasional



Oleh: Firdaus


Kini namanya Ujian Nasional (UN). Hari ini, sudah dua hari UN tingkat SLTP dilaksanakan. Pekan lalu, UN SLTA. Sebelum bernama UNi, namanya Ujian Akhir Nasional (UAN). Sebelumnya lagi, Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (Ebtanas). Sebelumnya lagi, Evaluasi Belajar Tahan Akhir (Ebta).
Apa yang berbeda? Seorang teman saya semasa es em a dulu yang  kini menjadi guru, menyebutkan; substansinya tak berbeda, tetapi “entertainment”-nya yang seakan dikondisikan.
Maksudnya?

03 April 2012

Siaga Panti



Oleh: Firdaus

 
Pada banyak kejadian, biasanya pengawasan baru dilakukan setelah peristiwa buruk terjadi. Pengawasan ketat dilakukan, terutama sepanjang masyarakat masih memberikan perhatian kepada kejadian tersebut. Setelah itu, dalam kurun waktu tertentu, biasanya tak lebih dari tiga bulan sejak peristiwa buruk terjadi, maka situasinya akan normal kembali.
Sejumlah fakta terbentang. Masih segar dalam ingatan, ketika seorang pilot sedang nyabu di kamar hotel, lalu dilakukan tes urine pada banyak pilot. Ketika terjadi perkosaan di atas metromini di Jakarta, aksi “pembersihan” angkutan sejenis yang menggunakan kaca film gelap pun dilakukan di seluruh Indonesia. Ketika kejahatan dilakukan gang motor di Bandung, razia para “gang” motor pun serentak dilakukan di seluruh Indonesia.

Berladang di Jalan

Oleh: Firdaus
 

Jalan Taluak Berpisang. Sekali pun bukan hal baru, namun judul berita itu cukup menggelitik. Beritanya menarik karena masyarakat menanam pisang di jalan.  Jalannya pun bukan jalan kampung, tetapi jalan raya, jalan utama; ruas By Pass – Simpang Taluak, Nagari Taluak, Kecamatan Banuhampu, Agam.

Bentuk sindiran lain, ada orang memancing ikan di jalan raya yang tergenang air, bersamaan dengan adanya lubang yang cukup dalam di jalan tersebut. Kalau pun yang bersangkutan tahu, ia tak akan pernah mendapatkan ikan di sana, namun aksi yang dilakukannya tak lain adalah sebagai bentuk kekecewaan kepada pemerintah.


20 March 2012

PULANG

Cerpen: Firdaus Abie


Besok lebaran. Gema takbir hilang dipulun[1] hujan. Cuaca dingin di kota kecil atas bukit, terasa panas mengalir di sudut kota. Menghadirkan resah, dibungkus gelisah.  Aku menangis?

Tidak! Aku tidak  menangis. Sedari kecil, aku sudah dilarang menangis. Tak baik lelaki menangis, apalagi sampai dilihat orang.  Kalau ketahuan  Abak atau Mande, keduanya pasti berang[2].
Abak dan Mande? Ya, tiba-tiba aku teringat pada keduanya. Mungkinkah aku dapat bertemu mereka kembali, lalu bersimpuh menjemput maaf?

Biasanya,  malam seperti ini adalah malam-malam membahagiakan. Aku, Abak, Mande,  Uni Ira dan Ardi,  melewati malam takbiran bersama. Kami menembus malam dengan canda di rumah. Masih lekat dalam ingatan ku, Abak biasanya tak banyak omong. Lebih banyak memperhatikan kami sembari menonton berita di tv. Jika ada canda kami yang keliru, baru suara beliau menghentikan kami sejenak. Nasehatnya membawa kami menembus malam. Penuh wibawa.

18 March 2012

Leptop Pak Dewan


Oleh: Firdaus
 Karapai duduak di paleh-paleh pondok sate Tukang Kipeh. Badai nan manamoan dirinyo si tukang kipeh, maangguak-angguak sambia mancimeeh sambia mangipeh, maiduik-an baro mamanggang sate.
Makin dicimeehnyo konco palangkin nan surang tu, samakin dikirai-e kipeh sate. Baun bawang goreang nan dipanggang di baro mengirai-ngirai bulu iduangnyo. Arun bana baunnyo.

Terobosan dari Simpangampek


Catatan: Firdaus

Apalah artinya sebuah nama…
Benarkah tidak penting hakikat sebuah nama? Barangkali  Willliam Shakespeare, ilmuwan asal Prancis, menganggap bahwa identitas tidak penting. Sesuaikah “paham” yang dianutnya itu dengan kita?
Semasa hidup, nabi Muhammad SAW pernah meminta umatnya untuk memberikan nama anak-anaknya dengan nama yang baik. Nama adalah bagian dari doa, dan sekaligus menjadi identitas diri.
Di ranah Minang, identitas sangat mutlak. Tak bisa ditawar-tawar. Identitas adalah cerminan citra diri seseorang atau suatu bangsa. Bagi seorang anak di Ranah Minang, lekat dengan identitas dirinya tersebut. Ketek banamo, gadang bagala.

Bandara Laban


Oleh: Firdaus*

Kehadiran Gubernur Sumbar Irwan Prayitno ke Simpangampek, Kabupaten Pasaman Barat, untuk melihat keberadaan  ke Bandara Laban, Di Kecamatan Luhak Nan Duo, pertengahan bulan lalu, sepertinya memberikan “darah segar” bagi daerah ini  untuk terus membangun, dan secepatnya menyelesaikan pembangunan Bandara Laban serta Pelabuhan Taluaktapang, di Aiabangih.
Rasa itu tidak berlebihan, apalagi di hadapan tokoh masyarakat, ninik mamak dan bundo kanduang, gubernur juga menyatakan kesediaan untuk turut membantu biaya pembangunan bandara. Sejauh ini, sejak awal, sejak perencanaan hingga sekarang yang sudah memasuki tahap persiapan ujicoba penerbangan dan pendaratan, sama sekali Pemkab Pasaman Barat belum pernah mengajukan proposal untuk pembiayaan.

Keyakinan


Oleh: Firdaus 

Kejadian di dua tempat berbeda, sepekan ini, sangat menyentak. Peristiwa itu sekaligus  mengingatkan saya pada masa lalu. Masa ketika masih kanak-kanak. Antara percaya dan tidak percaya bercampur aduk menjadi satu, namun yang terjadi sepekan ini adalah kejadian nyata.
Dimasa itu, ketika ada perselisihan dalam saat bermain, terutama ketika ada yang merasa dicurangi ---mungkin karena memajukan gundunya, menyembunyikan kelereng yang sedang dimainkan, memparo karet atau gambar-gambar dan kemudian disembunyikan---, maka yang merasa dicurangi akan “menuntut” yang dituduh untuk membuktikan bahwa ia tidak curang.
“Mau sumpah di bawah Al Qur’an?” gertak yang merasa dicurangi.

Bersakit-sakit dahulu.. Bersenang-senang Sendirian..

Oleh: Firdaus


Berakit-rakit dahulu..
Berenang-renang ke tepian..
Bersakit-sakit dahulu..
Bersenang-senang sendirian..

Maaf!
Kali ini saya memplesetkan pantun yang sudah begitu populer di kalangan masyarakat. Rasanya tak ada yang tak pernah menyampaikan, atau minimal mendengar pantun aslinya. Lalu, kenapa saya plesetkan?
Maaf!
Sekali lagi, maaf!

29 February 2012

Proyek Pasa


Oleh: Firdaus
Ndak paralu diagiah tau, apo nan tabaun sapanjang ari lai doh. Sapanjang carito urang manggaleh sate di Nagari Matiraso, nan baun bawang goreang dibaka di baro lah carito sajak saisuak, indak ado nan labiah dari baun bawang goreang. Iko baun tando ado urang manggaleh sate.
Dek baun itu pulo, indak saketek urang nan singgah di lapau sate Tukang Kipeh. Indak saketek pulo nan ka mancubo sagalo sate nan dijual Badai. Jika salamo pun hanyo mancubo sate Danguang-danguang, kini lah dicubo lo sate Madura. Eh… katiko lah dicubo e sate tu, ndak saketek lo nan ma upek, iko sate kacang namo e mah.

28 February 2012

Dua Pelajar di Angkot


 Oleh: Firdaus

Suatu ketika, saat menuju pulang dengan angkot, selepas Magrib, saya duduk bersebelahan dengan  seorang pelajar berseragam putih abu-abu. Persis di depannya, ada temannya juga. Keduanya membicarakan perihal sekolah, pendidikannya, termasuk masa depannya.
Awalnya saya hanya mencuri dengar pembicaraan keduanya saja, namun semakin lama, pembicaraan mereka semakin menarik bagi saya. Saya simak terus, kemudian saya ikut menimpali pembicaraan itu. Keduanya, mulanya terkejut, namun kemudian tak menolak jika saya ikut bergabung “membahas” apa yang sedang mereka “pergunjingkan” tersebut.

27 February 2012

Tenggelam

Oleh: Firdaus

Satu-satunya media cetak harian terbitan Bukittinggi, Harian Umum Rakyat Sumbar Utara, pada edisi kemarin, menurun berita utama senada dengan perhatian utama media di dunia, yakni perihal gempa dan tsunami di Jepang yang awalnya sempat mengancam 20 negara, termasuk Indonesia. Hanya saja, 30 menit lewat dari jadwal prakiraan tsunami yang akan melanda sejumlah provinsi di Indonesia bagian Timur itu, BMKG mencabut prakiraan ancaman tersebut.

Sekali pun berangkat dari topik yang sama, namun koran ini mengangkat judul yang berbeda jika dibandingkan dengan media lain, termasuk dengan media terbitan Kota Padang. Harian Umum Rakyat Sumbar Utara mengangkat judul yang sangat singkat, namun padat; Jepang Tenggelam.

Pelajar Bermotor


Oleh: Firdaus                                                                             

Sudah menjadi pemandangan yang biasa, bahwa  di jalanan umum didapati kendaraan bermotor, roda dua atau roda empat, dikemudikan anak-anak.  Pembuktian terhadap pemandangan itu, biasanya dengan sangat mudah didapatkan. Lihatlah ke jalan raya, maka dalam rentang waktu singkat,  dengan mudah akan dapat ditemukan kenyataan itu.

Ruang Buku Karya Dosen Unand

   Suatu ketika, saat podcast dengan Pak Ir  Insannul Kamil , M.Eng, Ph.D , WR III Unand. Kata beliau, Jangan Mengaku Mahasiswa jika tak B...