28 November 2022

Nansi Marwarinda Pengawas Inspiratif Nasional

 



Nansi Marwarinda, S.Si, M.Pd, Pengawas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat, dinobatkan sebagai  Pengawas Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus Terbaik tingkat Nasional, sejalan dengan momentum Hari Guru Nasional, tahun 2022.

Pencapaian tersebut tertuang pada SK Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan, tentang Peserta Terbaik, Apresiasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Inspiratif, tahun 2022.

“Capaian ini saya persembahkan untuk dunia pendidikan di Sumbar khususnya, pendidikan Nasional pada umumnya,” kata Nansi Marwarinda, sesaat setelah menerima penghargaan tersebut.

Nansi Marwarinda saat ini tercatat sebagai seorang Pengawas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat, sehari-hari bertugas di Bukittinggi. Khususnya menjadi pengawas  di SMA Xaverius. Bukittinggi.

Keberhasilan Nansi Marwarinda meraih predikat Pengawas Terbaik Nasional, 2022, setelah menjalani proses seleksi panjang. Termasuk menyelesaikan karya tulisnya, sekaligus mempertahankan karya tulisan yang dibuatnya.

Ia menyelesaikan naskah praktik baik pengawas dalam melaksanakan pendampingan dan pembimbingan, penerapan pembelajaran berdiferensiasi. Mengusung tema, pembibingan guru SMA Xaverius dalam memahami pembelajaran berdirerensiasi dengan Padjamen-Co.

Terhadap capaian tersebut, Nansi Marwarinda mengaku bersyukur, lantaran dirinya sama sekali tak menduga akan memperoleh capaian tersebut. Ia hanya mengikuti proses, sejalan dengan apa yang sudah dilakukannya di SMA Xaverius, sekali yang didampinginya.

Semua hal yang dilakukannya tersebut dicatat, didata dan kemudian dikembangkan menjadi naskah praktik baik dari seorang pengawas pendidikan.

“Hasil ini, semoga semakin memotivasi saya untuk menjadi lebih baik lagi, sekaligus saya berharap, capaian ini bisa menginspirasi yang lain,” katanya. *

14 November 2022

Sekali Merangkuh Dayung, Dua Tiga Pulau Terlampaui

Anugerah Musik Daerah, 2022

 Sebuah hajatan besar bagi dunia musik di daerah, khususnya Sumatera Barat. Sekali merangkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Sekali menghadirkan sebuah kegiatan, sejumlah aktivitas dilaksanakan.

Ada Lomba Cipta Lagu Minang tingkat Nasional. Sepuluh lagu terbaik dihadirkan dalam sebuah pagelaran. Ada penyerahan penghargaan kepada tokoh, pelaku dan pemerhati musik di Sumatera Barat. Ada Anugerah Musik Daerah Provinsi Sumatera Barat untuk pelaku musik itu sendiri. Terdiri dari tiga kategori. Komposer, Penyanyi dan Pencipta Lagu.

Harapan yang disampaikan Gubernur Sumbar diwakili Kadis Kebudayaan Syaifullah, menjadi momentum kali ini untuk semakin mengokohkan lagu-lagu Minang agar tetap dapat diterima masyarakat karena adanya nilai-nilai pesan dan moral yang dibawakan dalam lagu tersebut. Lomba Cipta Lagu Minang ini diharapkan juga dapat melestarikan budaya Minang.

Jika dilihat dari perjalanan sejarah lagu-lagu Minang tersebut, sejak momentum kebangkitan ke II lagu-lagu Minang, pada awal 1990-an, hingga kini masih terus berkiprah mengisi celah-celah kosong, memberikan nuansa tersendiri kepada pecinta lagu-lagu Minang. Tak hanya di Sumatera Barat tetapi juga ke berbagai belahan dunia lainnya.

Pada era 1960-an hingga 1970-an, keberadaan lagu-lagu Minang sangat menguasai pentas musik Indonesia. Malahan, sejumlah produser lagu Pop Indonesia, tak jarang menyelipkan minimal satu lagu Minang pada produksi mereka. Alasannya, pecinta lagu-lagu Minang sangat banyak.

Setelah itu, memasuki era 1980-an, lagu-lagu baru seakan redup. Hanya ada lagu-lagu daur ulang. Situasi tersebut dipatahkan Agus Taher, Ferry Zein dan Zalmon lebih lagu Kasiak Tujuah Muaro, Nan Tido Manahan Ati dan lain-lain. Inilah momentum kebangkitan II lagu-lagu Minang yang bisa dikatakan terus bertahan menggelinding dari waktu ke waktu. Sejak dulu hingga kini.

Terkait hajatan Lomba Cipta Lagu Minang tingkat Nasional, kemudian diikuti dengan pagelaran semua lalu, penyerahan penghargaan kepada tokoh, pelaku dan pemerhati musik di Sumatera Barat dan Anugerah Musik Daerah Provinsi Sumatera Barat untuk pelaku musik itu sendiri, hendaknya dijadikan sebagai momentum untuk terus mempertahankan, melestarikan, meningkatkan dan mengembangkan musik daerah untuk hari ini dan masa depan.

Selama ini, mempertahankan, melestarikan dan pengembangan dilakukan secara personal musisi, atau melalui komunitasnya, lagu-lagu Minang tetap menjadi tuan di rumah sendiri dan malahan bisa merambah belahan negeri lain. Kini, kepedulian lingkungan, khususnya pemerintah daerah selaku pemegang kekuasaan dan kebijakan, yang telah menggelontorkan anggaran, seharusnya memberikan mampu memberikan daya lenting yang lebih tinggi. Jika selama ini, tanpa campur tangan pemerintah daerah, semua berjalan secara baik, maka ketika dukungan pemerintah ada, mestinya daya dorongnya harus berlipat ganda.

Di sisi lain, khusus kepada tokoh, pelaku dan pemerhati musik yang menerima anugerah tersebut, hendaknya tidak menjadikan anugerah sebagai akhir dari kepedulian, tetapi menjadi babak baru dalam upaya melestariannya.

Dari tokoh-tokoh terpilih penerima anugerah tersebut (dua untuk media dan satu untuk pelaku) justru mereka adalah orang-orang yang berada di pemerintahan. Ada sedikit rasa pesimis kalau mereka penerima anugerah tersebut bisa berkontribusi lebih terhadap dunia musik daerah untuk masa-masa datang.

Mengapa rasa pesimistis itu muncul? Saat mereka menerima anugerah saja, justru ada diantara mereka yang tak datang secara langsung. Padahal anugerah itu diserahkan atas nama mereka sendiri. Ah, semoga rasa pesimistis ini tdak jadi kenyataan. *

 


 

 

Ruang Buku Karya Dosen Unand

   Suatu ketika, saat podcast dengan Pak Ir  Insannul Kamil , M.Eng, Ph.D , WR III Unand. Kata beliau, Jangan Mengaku Mahasiswa jika tak B...