19 August 2013

Bangunlah Jiwanya, Bangunlah Badannya…

Oleh: Firdaus



Bangunlah jiwanya/ bangunlah badannya…
Untuk Indonesia Raya…

Penggalan lagu itu, sangat popular. Semua warga negeri ini, mestinya wajib hafal dan memahami untaian makna yang terkandung pada lagu Indonesia Raya, karya W.R Supratman. Cobanya nyanyikan agak sejenak dengan penghayatan yang dalam, maka akan menghadirkan gemuruh dalam diri.
Suasananya semakin lain ketika dinyanyikan sesaat sebelum laga Timnas Indonesia U-22 melawan Timor Leste, di Stadion Utama Riau, tadi malam. Gelegarnya terasa menyusuk relung-relung hati. Rasa itu pasti lebih dahsyat dirasakan oleh pemain. 

Surau Kami Roboh Juga

Cerpen: Firdaus Abie


Aku harus pulang. Harus! Harus! Tak seorang pun bisa melarang. Tak seorang pun bisa menghentikan langkahku. Rinduku pada kampung halaman, Kampuang[1] Tinggihati, Nagari[2] Takmautau, tak tertahankan lagi. Rindu seorang anak kampuang yang sudah lama tak pernah pulang.
Ya, sudah sangat lama sekali aku tak pulang. Eh, bukan sudah sangat lama, tapi tak pernah pulang sekali pun, walau agak sejenak, sejak aku merantau ke tanah Jawa. Ku coba menghitung waktu. Oh, sudah lebih 40 tahun. Sudah sangat lama.
Kerinduan itu memuncak ketika aku baru saja menuntaskan novel Robohnya Surau Kami, karya A.A Navis. Aku menerawang mengingatkan ilustrasi di novel tersebut, memantik kerinduanku pada kampuangku, kampung halaman yang membesarkanku.
Kampuangku berhawa sejuk, tapi lebih sering sangat dingin. Penduduknya sering menyandang kain, teman perjalanan ketika cuaca dingin. Kampuangku masih hijau. Hutan dan ladang terhampar luas di pinggang gunung berapi. Sekali-kali gunung itu batuk, mengeluarkan asap, terkadang batuknya bercampur debu dan pasir.

Ruang Buku Karya Dosen Unand

   Suatu ketika, saat podcast dengan Pak Ir  Insannul Kamil , M.Eng, Ph.D , WR III Unand. Kata beliau, Jangan Mengaku Mahasiswa jika tak B...