11 December 2015

Bulek-bulek


Oleh: Firdaus


Seorang bijak, jika  tidak mempunyai sikap yang sungguh-sungguh, tidak akan dihormati orang, dan pelajarannya pun tidak akan teguh. Maka peganglah kesetiaan dan kejujuran sebagai pokok utama dalam kehidupan. Jangan bersahabat dengan orang-orang yang tidak sederajat. Jika mempunyai kekurangan, janganlah takut untuk memperbaikinya……
(Confusius, filsuf asal China)


Suatu ketika, pada pekan pertama puasa kali ini, saya membaca di laman jejaring sosial facebook, tepatnya di sebuah grup yang saya menjadi anggotanya. Grup tersebut adalah komunitas sesama teman kecil, semasa saya masih kanak-kanak dulu. 
Sang teman menulis kerinduannya untuk pulang dan bermain agak sejenak di tempat ia dulu menjalani hari-harinya semasa kanak-kanak. Teman tersebut sekarang menetap di Jakarta, bekerja di sebuah production house, sekembalinya dari Australia dan Jepang untuk menuntut ilmu berkaitan dengan pertelevisian.

”Saya Belum Beli Baju Baru…”


Oleh: Firdaus


Lebaran sudah diambang pintu. Kesibukan masyarakat semakin tinggi. Setiap tempat, setiap titik, setiap sudut, aktivitas itu terasa sangat menyesakkan. Seakan berpacu dengan waktu untuk mengejar deadline lebaran.
Lebaran, inilah hari berbenah terbesar yang dilakukan hampir seluruh orang. Membeli sepatu baru, baju baru, sandal baru, hanya bagian kecil saja jika dibandingkan dengan aktivitas lain yang lebih besar. Misalnya mengganti cat rumah, mengganti perabotan rumah tangga, hingga ---bagi yang berkantong lebih tebal--- membeli mobil baru.
Inilah hebatnya lebaran. Tak ada momentum lain yang lebih hebat daripada lebaran. Artinya, tak ada momentum yang lebih besar atau lebih kuat yang mampu menggerakkan banyak orang di seluruh belahan dunia untuk berbenah, sekali pun baru sebatas berbenah secara pisik.

Talanjang Gegek


 Oleh: Firdaus Abie


Kejadian  sepekan terakhir benar-benar menyentak. Menghujam diri. Menampar wajah. Siapa pun pasti terbelalak. Inilah kejadian yang benar-benar tak bisa dibenarkan, walau dari sudut pandang apa pun. Semua pasti mengutuk.
Kutukan, makian dan cacian itu tak berlebihan. Disaat negeri ini terus berperang melawan penyakit masyarakat, tetapi  penyakit yang lebih hebat justru datang secara mengejutkan. Apa yang salah?
Beredarnya video mesum yang diperankan siswa SMA negeri di Padang, sudah sangat menyentak. Membuat bulu tengkuk berdiri. Belum cukupkah pendidikan agama, pendidikan di TPA/TPSA atau asmaul husna membentengi dirinya dari perbuatan maksiat?

R e u n i


Oleh: Firdaus Abie


Belum lama ini, saat musim reunian yang biasa terjadi ketika lebaran datang, saya hadir di antara ratusan orang yang terdiri dari kakak kelas, kawan seangkatan mau pun adik kelas. Suasana sangat ramai.
Kalau pun panitia sudah meminta semua yang hadir untuk masuk ke ruang pertemuan, namun masih banyak yang tetap berada di luar. Satu sama lain saling bercanda. Ketawa lepas. Berulang kali panitia mengharapkan agar ruangan pertemuan diisi, namun tak sedikit yang tetap meneruskan ngolor-ngidul. Seakan mereka tidak mendengar pemberitahuan itu.
Setengah kesal, panitia pun memulai agenda acara. Ada beberapa rangkaian acara formal. Selama acara berlangsung, mereka yang berada di dalam ruangan pun tetap bercengkrama satu sama lain. Nyaris tak peduli dengan rangkaian acara.

Siapa Berani Menantang?


Oleh: Firdaus


Pemerintah hanyalah mengatur segala hal yang benar. Jika anda memimpin rakyat dengan keteladanan yang benar, siapa yang akan berani menantang?
---Confusius---


Kalimat terakhir dari pesan bijak  filsuf asal Cina, kelahiran negara kecil Lu (sekarang Provinsi Shantung), tahun 551 SM, seakan menjadi senjata utama bagi rakyat di negeri ini sejak reformasi. Kondisinya terus menjadi-jadi. Menjadi bahan gunjingan setiap saat.
Setiap hari pula, ada saja isu yang menguncang keberadaan pemerintah. Masyarakat cenderung menilai, banyak persoalan ketidakberesan dalam pemerintahan. Ada-ada saja persoalan yang dijadikan bahan untuk dipergunjingan.

PWI Sumbar

 
 Oleh: Firdaus




Seorang raja yang memerintah dengan kebajikan akan tampak bagaikan bintang kutub utara, bintang yang berada di tempatnya, sementara bintang-bintang lain beredar mengelilinginya.

Confusius


Pesan bijak filsuf Cina itu, tiba-tiba mengingatkan saya akan diskusi lepas sembari ngopi jelang sore, dengan sejumlah wartawan di Bukittinggi, beberapa hari lalu.
Sejak sebulan terakhir,  berlanjut hingga hari ini, dan diperkirakan akan semakin hangat hingga jelang akhir Mei 2011, tak lain adalah “nasib” wartawan Sumbar yang beraliansi kepada asosiasi wartawan tertua; Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumbar.
Jadwalnya telah tiba. Kepengurusan PWI Sumbar yang kini dipimpin Basril Basyar, sudah berakhir masa bakti. Jadwal Konferensi Cabang (Konfercab) PWI Sumbar kali ini, sudah lewat beberapa bulan dari jadwal sesungguhnya, namun masih dalam batas toleransi.

Agum Gumelar


 Oleh: Firdaus


AGUM GUMELAR (http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/agum-gumelar-_110506214118-386.jpg)
Akankah kisruh panjang yang selama ini membaluti organisasi sepakbola Indonesia  berakhir dengan happy ending? Bayangan ke arah tersebut mulai terlihat pascakeputusan dibentuknya komite normalisasi oleh FIFA yang diketuai Agum Gumelar.
Keputusan tersebut mengejutkan. Pertama, apa yang selama ini digembar-gemborkan kubu Nurdin Halid yang seakan menggambarkan bahwa apa yang dilakukan kubunya direstui FIFA, ternyata bertolak belakang dengan kenyataan. Keputusan terbaru FIFA tersebut menyiratkan, apa yang dilakukan Nurdin telah dianulir FIFA.

Ruang Buku Karya Dosen Unand

   Suatu ketika, saat podcast dengan Pak Ir  Insannul Kamil , M.Eng, Ph.D , WR III Unand. Kata beliau, Jangan Mengaku Mahasiswa jika tak B...