18 February 2018

Menggantung Aib




Sejak ditanya Mirna, Badri tak lagi pernah ke tapian. Perasaan takut bercampur aduk dalam dirinya. Selama tak pernah lagi ke tapian, ia juga terus mencoba mencari peluang untuk menemukan Mirna. Tapi sepanjang itu pula, Mirna tak pernah dijumpainya.
Badri berupaya memintas jalannya sepulang mengantarkan makanan untuk abaknya, tapi saat itu, bukan Mirna yang mengantarkan makanan, melainkan amaknya. Badri berpapasan dengan wanita ramah dan berkerudung itu. Wanita itu disapanya. Ia balik menyapa dan menegur Badri, malahan menanyakan kondisi mande. Badri menjelaskan kalau mande dalam keadaan sehat.

11 February 2018

Ketakutan Badri

Hop! Tatapan mata Badri tertumpuk pada sepasang bongkahan di dada Rabiatun. Jantungnya berdegup kencang. Badri mencoba menahan diri, menahan debaran jantung yang berdentum deras, sederas dentuman air terjun di tapian. Badri takut kalau-kalau dentuman itu terdengar Rabiatun.
Setelah sebelumnya tanpa sengaja melihat Rabiatun mengosok dan mengerayangi tubuhnya dengan sabun, kali ini Badri melihat sepasang bongkahan itu saat Rabiatun bersalin basahan dengan sarung yang kering, kemudian mengenakan pakaian.
Sejak melihat pemandangan itu, Badri merasa ia seperti menikmati pemandangan sendiri. Pemandangan yang menyenangkan, tak pernah ditemuinya sebelumnya. Pemandangan itu dinikmatinya dalam debaran jantung yang berdentum kencang. Seakan mampu mengoyang batang beringin tempatnya bersembunyi.
Badri juga harus memutar otak. Ia harus bisa mencari alasan yang tepat agar selepas ashar bisa menghindar dari kawan-kawan sepermainannya. Biasanya, saat-saat menjelang dan selesai ashar, mereka belum selesai bermain.

Menjemput Masa Lalu



Kembali ke sini
Menjemput rindu
Berbingkai sembilu

Asa berlalu,
nyata meraja
Kudekap tanpa gelora


Padang, 20 Januari 2018

08 February 2018

Permaisuri Hati



Peri seribu peri
Lewat olehmu, oh permaisuri hati

Padang, 25 November 2017

ANGAN


Angan (1)

Di sini dalam diam
Perut tak berisi
Kosong melompong
Asa nun jauh di sana
Di negeri entah
Berlaut dalam
Berkarang tajam
Bergelombang
Berangin kencang
Tak ada yang menyeberangkan
Aku hanya punya biduk tak berkayuh


Padang, 20 November 2017


Angan (2)


Perihnya penantian tak bertepi
Pedih, bagai luka disiram cuka
Kelam, gelap tak terkata
Si buta menatap lukisan cinta

Padang, 24 November 2017





Angan (3)

Sejauhh mata memandang, harapan tak jua datang
Asa mengambang
Gugurkan bulir-bubur harap
Hancur sebelum dapat

Di sana, mereka mendendangkan tembang cinta
Di sini, ada nyanyian luka
Luka kita berdua

Padang, 24 November 2017

 

 


Kau dan Aku



Kau paksa tanpa rasa
Katamu, “sudah biasa”

Kau tarik tanpa pedulikan jeritanku
Katamu, “aku lebih sulit”

Kau hentakkan
Aku terhenyak
Katamu, “aku tak pernah tidur nyenyak”

Kau hina aku
Aku terpana
Katamu, “aku lebih hina”

Biasa tanpa rasamu
Tak biasa dalam rasaku

Padang, 23 November 2017

Ruang Buku Karya Dosen Unand

   Suatu ketika, saat podcast dengan Pak Ir  Insannul Kamil , M.Eng, Ph.D , WR III Unand. Kata beliau, Jangan Mengaku Mahasiswa jika tak B...