28 June 2020

Selalu Menjaga Silaturahim, Menikmati Hasilnya Saat Pensiun




Oleh Firdaus Abie

Membaca tulisan Mas Aqua Dwipayana, Akhirnya Pensiun..., tiba-tiba saya teringat dua orang mantan pejabat di Sumatera Barat. Beliau, Bapak Rusdi Lubis. Jabatan terakhirnya saat berdinas, Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Sumatera Barat. Kedua, Bapak Djamiral Djarin, terakhir menjadi Sekda Kota Padang.

Pertemuan kami bertiga, tanpa sengaja dan tanpa agenda. Ketika itu, di saat sarapan pagi di sebuah kedai, tiba-tiba Pak Rusdi Lubis datang bersama isteri. Beliau baru selesai jalan pagi. Saya mengajak beliau duduk di kursi dalam satu meja dengan saya yang sendirian. Beliau tak menolak.

Saat kami menikmati sarapan sambil bicara tentang banyak hal, tiba-tiba masuk empat orang. Saya menatap ke arahnya, beliau juga menatap saya. Kami sama-sama tersenyum. Saat itu juga Pak Rusdi menyapanya. Kami saling bersalaman. Pak Rusdi mengajak bapak yang baru datang tersebut duduk bersama kami. Beliau mau, namun rombongannya mengambil posisi lain.

Orang yang baru masuk tersebut tak lain adalah Pak Djamiral Djarin. Wajahnya terlihat segar. Bersih. Saya mencoba menghitung-hitung usia beliau, namun prediksi saya meleset.
“Baru lima belas tahun,” kata beliau.
Saya yakin, beliau bercanda. Tapi, katanya, tidak. Usia 15 tahun tersebut, katanya dihitung sejak beliau pensiun.
“Apa resepnya, Pak?” tanya saya.
“Tanya Pak Rusdi. Insya ALLAH, kami seperguruan,” kata Pak Djamiral.

Mendengar hal tersebut, Pak Rusdi tersenyum. Ia kemudian berdalih, usianya masih sangat muda. Jauh lebih muda dari Pak Djamiral, jadi tak bisa dijadikan patokan.

Menyebutkan Sejumlah Prinsip Dulu dan Kini, Persiapkan Mental dan Spiritual
Diskusi selama sarapan pagi pun semakin bergairah dan membuat saya bersemangat. Keduanya menyebutkan sejumlah prinsip yang dijalaninya, dulu dan kini.

Dulu, ketika mereka masih berdinas, sedapat mungkin menjalin hubungan dengan pimpinan dan staf tak hanya sebatas hubungan kerja. Mereka semampunya menjadikan silaturahim dan hubungan persaudaraan. Jika memang tak bisa memuaskan semua orang, mereka berusaha semaksimal mungkin agar tak ada yang tersakiti.

Di saat menjelang pensiun, mereka benar-benar mempersiapkan diri: mental dan spritual. Kata beliau, jika sudah diikhlaskan dari awal, insya ALLAH, semuanya akan bisa dijalani dengan sebaik-baiknya.

Di masa pensiun, kata Pak Rusdi dan Pak Djamiral, mereka menikmati hidup. Dijalani kehidupan dengan terus berupaya memperbaiki diri, khususnya ibadah.

Keduanya mengaku, ada yang terabaikan selama mereka masih bertugas. Kini, di sisa-sisa hidup, mereka terus memperbaiki diri dan selalu melihat persoalan dari sisi positif.

Tak lupa, katanya, mereka akan berupaya memberikan prioritas jika ada undangan kegiatan untuk mereka. Bagi mereka, undangan berbagai hajatan, khususnya pernikahan anak atau cucu bekas pimpinan, teman seangkatan atau mantan stafnya, akan menjadi prioritas untuk dihadiri.

Bagi Pak Rusdi Lubis, jika diundang untuk hajatan tersebut, setidaknya ada dua hal yang langsung diperolehnya. Pertama, ternyata lingkungannya dulu masih ingat padanya. Kedua, menghadiri undangan tersebut sekaligus menjadi ajang reunian baginya. Begitu pun kalau mereka tahu ada pimpinan, teman atau stafnya, atau keluarga mereka yang meninggal dunia, beliau berusaha untuk bisa membezuk, sebagai bagian “si tawa dan si dingin” bagi keluarga.

Terhadap semua hal tersebut, tak salah kalau kemudian Mas Aqua begitu getol membumikan semangat silaturahim dengan mengatakan: _The Power of Silaturahim. Kemudian sering merasakan hasilnya yang dahsyat dan luar biasa sehingga membuat pakar Komunikasi itu ketagihan melakukan aktivitas positif tanpa pamrih tersebut.*

Penulis Pemimpin Redaksi Harian Umum Rakyat Sumbar & Pegiat Literasi.

No comments:

Ruang Buku Karya Dosen Unand

   Suatu ketika, saat podcast dengan Pak Ir  Insannul Kamil , M.Eng, Ph.D , WR III Unand. Kata beliau, Jangan Mengaku Mahasiswa jika tak B...