08 December 2019

Buk Elvi yang Menginspirasi





Nama beliau Elvi Suherni, guru Bahasa Indonesia di SMPN 16 Sijunjung. Kami dipertemukan dalam sebuah momentum berbagi menulis cerpen, di SMPN 2 Sijunjung.
"Mohon dituntun agar kami bisa menulis," kata beliau, saat sesi diskusi.
Setelah diskusi, berlanjut pada praktek menulis. Ketika itu, semua mempraktekkan teknik praktis yang dibagikan. Semua guru menjalani aktivitas menulis. Kadang ada yang melihat kiri kanan. Menatap rekan mereka sesama guru. Ketika ada pandangan saling bertemu, mereka tersenyum, lalu sama-sama tertawa.
"Adakah yang sudah selesai?" tanyaku  setelah 30 orang guru tersebut menulis.
Lima orang mengangkat tangan. Satu di antaranya menulis puisi. Guru lain tersenyum. Mereka sama-sama tahu jika tugasnya menulis cerpen.
"Belum mampu saya menulis cerpen, puisi bolehkah pak?" tanya guru tersebut.
Aku menjawab, boleh.
Aku kemudian menatap buk Elvi Suherni, "maukah ibuk membacakan cerpen yang sudah ditulis?" tanyaku  pada beliau. Ia mengangguk, lalu langsung membacakan naskahnya.
Guru Noben. Itu judul cerpennya. Pada dua paragraf awal beliau membacakan naskahnya, peserta lain menyambut bergemuruh. Buk Elvi terlihat senyum-senyum.
Dalam kisah yang ditulis buk Elvi, diceritakan dua orang sahabat lama bertemu kembali. Mereka bertemu tanpa sengaja di fb. Kisahnya kemudian mengingatkan kisah masa lalu persahabatan saat awal menjadi guru. Guru Noben masih sendiri sejak isterinya melahirkan.
Wow. Naskah yang ditulis kilat, sekitar dua jam, ternyata sangat memikat. Ada gemuruh tepuk tangan untuk beliau.
"Saya merasa lahir kembali," kata buk Elvi memberikan komentar setelah membacakan cerpennya.
Merasa lahir kembali, maksud buk Elvi karena mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pelatihan tersebut. Beliau mengaku suka menulis, namun belum mampu memaksimalkan potensinya.
"Semoga diakhir masa bakti ini, saya dapat menularkan kemampuan menulis yang dimiliki semaksimalnya untuk anak didik," katanya sembari menyebutkan, dua tahun lagi pensiun.
Saya pun menghadiahkan buku kumpulan cerpen Tasbih Untuk Papa, karya
Zhilan Zhalila, siswa SMA Negeri 3 Padang, yang juga binaan Bengkel Literasi Rakyat Sumbar.
Terima kasih buk Nova Yarnis Zhafran dan MGMP Bahasa Indonesia Gugus I Sijunjung yang sudah menggagas kegiatan ini. *

Sijunjung, 15 September 2019

No comments:

Ruang Buku Karya Dosen Unand

   Suatu ketika, saat podcast dengan Pak Ir  Insannul Kamil , M.Eng, Ph.D , WR III Unand. Kata beliau, Jangan Mengaku Mahasiswa jika tak B...