18 June 2013

Menyelesaikan Masalah di Lapangan


Seharian Bersama Bupati Pasaman Benny Utama (4/Habis):



Kehadiran Bupati Pasaman Benny Utama di Kecamatan Rao Selatan, terutama di Nagari Lubuaklayang, Nagari Lansekkadok, dan Nagari Kauman, tak hanya sekadar melepaskan kerinduan masyarakat untuk bertemu bupatinya. Kedatangan bupati menghadirkan harapan baru bagi masyarakat. Tak hanya itu, kehadiran sang bupati di tengah-tengah masyarakat, ternyata mampu menyelesaikan sejumlah persoalan secara langsung. Tidak menunggu waktu lama.

Laporan: Firdaus – Rao Selatan


Kepastian dari bupati bahwa normalisasi sungai yang mahondoh jorong Padangunang dan jorong Kampuangkubu yang harus segera dilaksanakan, disambut gegap-gempita masyarakat. Kalimat syukur tak henti-hentinya meluncur dari warga. Tak sedikit yang mengaku, seakan bermimpi begitu mendengar penjelasan bupati.
“Jika diperlukan, masyarakat kami akan turut bergotong-royong lagi, pak,” kata Wali Nagari Lubuaklayang Ermin St Saripado.
Usai melihat kedua wilayah itu, bupati dan rombongan menuju lokasi pembangunan jembatan Kotopanjang yang akan menghubungkan Mapattunggul Selatan dengan Rao Selatan. Sebenarnya, sebelum wilayah ini dimekarkan, Mapattunggul Selatan dan Rao Selatan merupakan satu kesatuan yang utuh. Berada pada satu kecamatan. Namanya, Kecamatan Rao Mapattunggul. Kemudian dikemekarkan menjadi Kecamatan Mapattunggul Selatan dan Kecamatan Rao Selatan.
Wilayah Mapattunggul Selatan berada di wilayah perbukitan. Daerah ini menghasilkan karet berkualitas baik. Dari geografis, sebenarnya, Mapattunggul Selatan sangat dekat dengan Rao Selatan, hanya saja dipisahkan oleh sungai yang lumayan lebar. Hubungan Mapattunggul Selatan dengan Rao Selatan  dihubungkan dengan jembatan gantung yang hanya bisa dilalui kendaraan roda dua.
Demi membuka akses, kini sudah direncanakan pembangunan jembatan permanen. Jembatan bernilai puluhan miliar itu memiliki panjang 60 meter, lebar 7 meter. Prosesnya pembangunan Jembatan Kotopanjang ini sudah selesai tender di provinsi. Jika jembatan itu selesai, maka akses Rao Selatan ke Mapattunggul Selatan, atau sebaliknya, akan terbuka.
Di pangkal tapak jembatan yang akan dibangun, Bupati Pasaman Benny Utama berdialog dengan masyarakat. Tak ada seremonial. Pembicaraan pun sembari sama-sama berdiri. Benny Utama membeberkan perihal jembatan yang cukup lebar dan panjang tersebut.
“Jembatannya sangat lebar, mencapai tujuh meter. Itu artinya, jalan lingkungannya harus melebihi lebar jembatan tersebut,” kata Benny Utama sembari membandingkan lebar jembatan yang akan dibangun dengan lebar jalan saat ini.
“Jadi, jalan ko mesti ditambah tu, pak bupati?” tanya seorang tokoh pemuda.
“Sarancaknyo, iyo baitu. Buliah lapang jalan awak,” jawab bupati.
“Tagantuang dek mamak-mamak jo pak wali se nyo, pak bupati,” balasnya.
“Baa mukasuiknyo tu?” tanya bupati.
“Kok kecek mamak wak jo pak wali (nagari) wak lebaan jalan ko, kami ko ikuik se nyo, pak bupati” jawab tokoh masyarakat lainnya.
“Baa tu, mak?” tanya bupati.
“Iyo ka awak pagadang jalan ko, sesuai jo arahan pak bupati?” tanya salah seorang mamak nagari tersebut menimpali.
“Lah sasuai tu mah, Mak! Apo juo lai, kan ka untuak awak-awak juo mah…” jawab masyarakat. Serempak.
Bak kata orang bijak, kok bisiak lah kadangaran. Bupati pun tersenyum. “Kami akan segera lakukan koordinasi dan komunikasi rencana pelebaran jalan ini, pak,” kata Wali Nagari Lubuaklayang Ermin St Saripado kepada bupati. Semuanya pun memberikan tepuk tangan meriah. Bergemuruh.
Menariknya, pengakuan masyarakat setempat, sebenarnya harapan masyarakat akan kehadiran jembatan itu sudah sejak lama, “kini baru bisa terealisasikan kehadiran jembatan tersebut, setelah harapan itu sejak lama. Sudah tujuh bupatinya,” kata tokoh masyarakat setempat.
Bupati pun kemudian melanjutkan perjalanan ke Kantor Wali Nagari Lansekkadok. Di perjalanan, bupati tertegun pada sebuah bangunan, “kenapa kotor dan kurang terawat?” tanya bupati ketika singgah pada sebuah bangunan yang tak lain adalah situs perbakala berupa arca di Padangnunang.
Dari pengelola yang merawat arca tersebut, arca tersebut dipelihara dan dirawat oleh Balai Pelestarian Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar. Dirinya hanya bisa melakukan perawatan harian dengan membersihkan lingkungan arca tersebut, sedangkan untuk perawatan dalam bentuk pengecatan di lingkungan arca, hanya bisa sekali setahun. Biasanya bulan Oktober.
“Kondisi ini menyedihkan sekali,” kata bupati melihat kenyataan di hadapannya, “kita harus benahi bersama-sama,” sambungnya sembari meminta izin kepada petugas jaga arca tersebut.
“Bolehkah kami ikut membersihkan, lalu mengecat pagar lingkungan arca ini?” tanya bupati kepada petugas tersebut. Yang ditanya terkejut, “boleh, pak. Boleh. Tapi kami tak ada biaya sekarang. Biasanya baru bisa pada Oktober, pak bupati,” jawabnya.
Benny Utama tersenyum, “tak apalah, pak. Kita keroyokan saja,” katanya sembari menatap petugas tersebut, lalu juga memandang kepada camat Rao Selatan, Kapolsek Rao Selatan serta sejumlah Wali Nagari dan Wali Jorong.
Klop! Camat beserta stafnya akan mencarikan gundar (penggosok) kawek (kawat), Kapolsek akan menggerahkan seluruh personilnya untuk bergoro.  Wali nagari dan wali jorong akan menggerahkan warga dan bantuan lain ala kadarnya.
“Tinggal catnya lagi,” kata Benny Utama.
“Saya akan bantu agak dua atau tiga kaleng besar, pak bupati,” jawab  seorang pemuda, yang belakangan diketahui bernama Jhonli, yang juga kontraktor asal Kecamatan Rao Selatan.

*

Sesampai di Kantor Wali Nagari Lansekkadok, bupati langsung duduk terhenyak. Pandanganya di arah ke sekeliling kantor. Juga tak lupa menatap ke langit-langit kantor yang dilapisi triplek. Di beberapa sudut ruangan, air masih tampak tergenang. Beberapa bagian triplek di langit-langit kantor itu juga ada yang mengelupas dan tagebeang (mulai rusak dan copot,---red)
“Beginilah kondisi kami, pak bupati. Jika hujan, kantor kami kebanjiran. Atap kantor ini sudah banyak yang bolong,” kata Wali Nagari Lansekkadok Iskandar.
Sang wali nagari kemudian menunjuk ke beberapa bagian di kantor tersebut. Hampir seluruh plafon di langit-langit kantor itu sudah rusak dan copot. Bekas rembesan air sangat jelas tersebut. Pada beberapa bagian ruangan kantor tersebut, terutama ruangan utama, tempat perangkat nagari bekerja, masih jelas terlihat genangan air.
Kantor wali nagari berukuran 6 X 9 meter itu pun hanya terdiri dari tiga ruangan. Satu ruangan untuk wali nagari, satu ruangan untuk sekretaris nagari, dan satu ruangan lain untuk seluruh perangkat nagari mau pun PKK dan aktivitas nagari lainnya yang berada di ruangan yang lebih besar dibandingkan dua ruangan terdahulu. Sekali pun demikian, ruangan itu sudah terasa sempit lantaran selain diisi kursi tamu, juga ada sejumlah lemari dan tujuh meja lainnya. Bangunan kantor itu tak lagi repsentatif.
Dari prasasti yang tertempel di dinding bagian depan kantor wali nagari itu, tertera jelas kalau kantor itu dibangun dan diresmikan pada tahun 1997. Diresmikan Menteri Kehakiman (semasa itu,---red) Oetojo Oesman, sejalan dengan ditetapkannya desa tersebut sebagai Desa Sadar Hukum.
“Jika hujan, air hujan langsung jatuh dan kemudian menembus langit-langit, lalu langsung jatuh dan mengisi ruangan ini,” kata Iskandar menjelaskan.
Saking tak terbendungnya air yang turun, Iskandar pun kemudian memberikan ilustrasi yang mencengangkan, “setengah jam saja hujan, maka tinggal menebarkan bibit ikan saja lagi, pak. Lah bisa pulo bataranak lauak di dalam kantua ko mah, pak bupati,” katanya.
Benarkah? “Sangat memprihatinkan, pak. Bana nan disampaian dek pak wali tu mah pak,” seorang kader PKK pun menimpali pernyataan wali nagari.
Setelah mengamati secara seksama, kemudian bupati pun mamatuik-matuik berbagai kemungkinan dengan hitungan-hitungannya. Lalu ia mencoba memprediksi berapa biaya yang harus dikeluarkan jika bangunan itu direnovasi. Yang hadir di kantor wali nagari pun melakukan hal yang sama. Satu sama lain saling menghitung dengan perhitungan masing-masing. Ketika didapatkan hitungan kasar untuk renovasi, angkanya pun tergolong besar. Diperkirakan, jika ditambah sedikit lagi, maka bisa untuk membangun kantor baru. Nantinya bangunan yang ada sekarang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan kantor KAN atau untuk aktivitas lain.
Bupati pun mendorong wali nagari dan masyarakat memulai dengan swadaya. Jika sudah terlihat langkah swadayanya, minimal pondasi  dan kerangka bangunan yang baru, maka Pemkab Pasaman akan turut membantu.  Pada tahap awal, atas nama pribadi, ia akan menyumbang sebesar Rp 5 juta.
Masyarakat pun memberikan aplaus. Beberapa orang kemudian mengikuti langkah bupati. Menyumbang atas nama pribadi. Dalam hitungan tak lebih dari 10 menit, terhimpun dana awal Rp 8 juta.
Di Nagari Tanjuangbatuang, rombongan disambut dengan penyambutan meriah. Ketika petang datang menjelang, bupati dan rombongan menyaksikan babak final futsal wanita, “bukan persoalan sepakbola wanitanya yang menarik, tetapi hakikat di balik futsal itu sesungguhnya yang menarik,” jelas Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Yani Habaintis,  Camat Rao Selatan Herman Surya, dan Kadisbudpora Anwir Salam.
Betapa tidak. Setiap tim harus membayar insert Rp 25 ribu. Kejuaraan hanya diikuti delapan tim. Pesertanya adalah anggota kelompok pelaksana PNPM di Kecamatan Rao Selatan. Hadiah yang disediakan panitia pun tidak besar, hanya Rp 200 ribu untuk sang juara. Peraturan pertandingannya, mengkombinasikan aturan sepak bola dan futsal.
“Bukan aturan atau hadiahnya yang mendasar, tetapi bagaimana suasana kekeluargaan dan keakraban tetap terjalin di sini,” kata Yani Habaintis yang sekaligus menyebutkan, pelaksanaan PNPM di Kecamatan Rao Selatan termasuk pengelolaan PNPM terbaik di Kabupaten Pasaman.
“Bukan hadiahnya yang diburu setiap tim, tetapi bagaimana menjaga silaturrahmi dan komunikasi agar tetap terjalin,” kata Wali Nagari Tanjuangbatuang Abdul Haris.
Ternyata, tanpa diduga, kemeriahan yang sudah tercipta itu, semakin gegap-gempita ketika Bupati Pasaman secara spontan memberikan hadiah khusus. Benny Utama merogoh kantongnya. Juara I diberi hadiah Rp 1,5 juta, juara II memperoleh Rp 500 ribu.
Bupati dan rombongan yang berangkat dari rumah dinas pukul 10 pagi, sampai kembali di rumah dinas pukul 21.00 wib. Kemudian mengundang wartawan Harian Umum Rakyat Sumbar makan malam dikediamannya tersebut, dan dilanjutkan dengan diskusi selepas makan malam hingga jelang pukul 02.30 wib esok harinya.[]

No comments:

Ruang Buku Karya Dosen Unand

   Suatu ketika, saat podcast dengan Pak Ir  Insannul Kamil , M.Eng, Ph.D , WR III Unand. Kata beliau, Jangan Mengaku Mahasiswa jika tak B...