18 June 2013

“Batang Aia Masuak ka Banda…”


Seharian Bersama Bupati Pasaman Benny Utama (1):



Ketika laporan masuk, Bupati Pasaman Benny Utama langsung merespon. Orang nomor satu di pemerintahan Kabupaten Pasaman itu merespon dengan cara mengecek kebenaran laporan itu sedetail-detailnya. Ketika kepastiannya didapat, ia langsung menindaklanjuti dengan turun ke lapangan.


Laporan:  Firdaus – Rao Selatan



Beberapa menit lagi, jarum panjang pada jam dinding rumah dinas Bupati Pasaman akan berada persis di angka 12, sedangkan jarum pendeknya di angka 10. Benny Utama tampak gelisah. Tiap sebentar ia melihat ke jam dinding.
Sang ajudan, Yuki, tampaknya paham dengan kondisi bupati. “Masih di Bonjol, pak. Oto rombongan rusak, masih sadang dipelok-an,” katanya mengabarkan setelah menghubungi seseorang dari telpon genggamnya.
Sang bupati kemudian menyampaikan sesuatu kepada Yuki. Setengah berbisik, sehingga tak kedengaran apa yang disampaikannya. Tak lama berselang, ia kemudian memberi kode kepada Kabag Humas Budi Hermawan. Yang dipanggil kemudian mendatangi bupati.
“Kito barangkek lai, nan ka tibo ndak jaleh bilo ka sampai. Di Rao Selatan, awak lah ditunggu masyarakaik pulo,” kata Benny Utama, lalu ia kemudian memastikan kepada ajudan agar tamu yang akan datang,  diterima Sekkab Pasaman Syamsurizal dan kepala SKPD terkait.
Dalam hitungan sekejap saja, kesibukan tampak di halaman rumah dinas bupati. Kendaraan yang tadinya dalam posisi dimatikan, sudah dihidupkan. Beberapa di antaranya juga sudah ada yang sudah memutar arah kendaraannya.
Tak banyak rombongan yang ikut. Selain mobil dinas bupati bernomor plat BA 1 D, juga ada kendaraan dinas Kepala Dinas PU Ewilda didampingi Edi Zubir (Kabid Pengairan), Nasrul (Kabid Binamarga),    Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Yani Habaintis, Ka.Kancapil M.Fauzi, serta Kabag Humas Budi Hermawan beserta sejumlah wartawan.
Kenapa rombongan sedikit? “Bupati memang tak biasa membawa rombongan besar. Hanya membawa SKPD terkait sehingga yang lain bisa tetap menjalankan aktivitasnya,” jelas Budi Hermawan.
Sesampai di Rao Selatan, rombongan disambut Camat Rao Selatan Herman Surya, Kapolsek Rao Selatan Yani Alisonda serta walinagari dan wali jorong di Rao Selatan. Tak ada acara penyambutan khusus. Tak ada tari-tarian.
“Takah iko-lah nagari kami pak bupati. Lah balambah rumah kami, lah tarandam sawah ladang kami. Baa caro e lai ko, pak bupati?” seorang wanita separuh baya menyonsong Benny Utama yang sudah masuk ke pusaran genangan banjir.
“Wak pelok-an beko basamo-samo, buk,” jawab bupati.
“Kami alah bagontong-royong, pak. Tapi kok hujan, aia taganang baliak,” kata seorang lelaki yang usianya diperkirakan sudah berkepala enam.
Bupati kemudian memandang sekeliling. Seakan mencari sesuatu. Diamatinya kondisi air yang menggenang. Tak jauh di hadapannya, seorang perempuan sedang membersihkan lantainya, sementara di punggungnya masih menggendong seorang anak dalam gendongan kain.
“Wak caliak hulunyo, pak camat,” kata Benny Utama.
Tanpa diminta dua kali, camat dan Walinagari Lubuaklayang Ermin St Saripado langsung menjadi penunjuk jalan. Perjalanan masuk ladang dan semak belukar pun dilalui untuk mencapai sumber air yang dimaksud bupati.
Sekitar setengah jam perjalanan, rombongan pun sampai di lokasi yang dituju. Bupati terkejut, “kok coiko, banjir ba-a ka indak?”
Pemandangan di depan mata itu, membuat bupati terpaku. Katanya, tak ada pilihan lain. Tindakkan nyata harus segera dilakukan. Jika sedikit lagi terlambat mengambil tindakan, maka akan berakibat buruk terhadap pemukiman masyarakat, sawah ladang dan jorong itu sendiri.
Tak hanya jorong Padangunang, tetapi jorong Kampuangkubu juga mengalami kejadian yang sama. Sawah ladang sudah digenangi air, rumah penduduk pun dimasuki air. Kejadiannya akan berulang jika hujan datang.
Dua lokasi yang ditinjau, lokasi yang menjadi titik awal air masuk ke perkampungan, ternyata penyebabnya sama. Awalnya sumber air masuk itu hanyalah muara dari banda (got atau saluran air) dari perkampungan ke sungai. Posisinya persis menghadap ke hulu sungai. Ketika debet air sungai besar, alirannya langsung masuk ke saluran banda itu, kemudian menerobos perkampungan. Air pembuangan dari perkampungan yang lebih kecil dari yang datang dari sungai, didorong kembali masuk ke perkampungan bersama air dari sungai yang cukup besar.
“Aia dari batang aia nan masuak ka banda, baa pulo indak ka gadang,” kata Bupati Pasaman Benny Utama. []



No comments:

Ruang Buku Karya Dosen Unand

   Suatu ketika, saat podcast dengan Pak Ir  Insannul Kamil , M.Eng, Ph.D , WR III Unand. Kata beliau, Jangan Mengaku Mahasiswa jika tak B...