10 July 2014

Tahanan Kabur


 Oleh: Firdaus


Pertama kali mendapatkan kabar dari seorang saudara bahwa LP Tanjunggusta, Medan, dijebol para napi, kemudian napinya kabur, saya hanya tersenyum kecil. Isu apalagi ini? Tanya saya dalam hati.
Pikiran saya langsung melayang pada kejadian sekitar 20 tahun silam. Ketika itu saya masih menjadi wartawan Harian Semangat, Padang. Bertugas di desk liputan hukum dan kriminal, sembari belajar pada seorang senior. Saat itu hampir seluruh sudut di Padang serta berbagai daerah di Sumbar, diliputi ketakutan dan kecemasan luar biasa.
Tak hanya sekadar melaksanakan ronda, tetapi warga juga membuat portal serta menghadirkan “polisi tidur” di sepanjang jalan. Ketika itu, kabar yang berembus, LP Pekanbaru jebol. Ratusan napinya lari dan sebagian besar sudah berada di Sumbar, terutama di Padang.
Menyikapi situasi itu, Kapolda Sumbar (ketika itu, kalau tak salah,---pen) Kolonel Polisi Yusuf Nairan bersama perwira Polda Sumbar dan Kapolresta Padang memantau langsung situasi tersebut. Sempat dua malam keliling kota sembari memberikan pengarahan kepada warga yang berjaga-jaga. Saya termasuk satu dari sejumlah wartawan yang ikut dalam patroli malam tersebut.
Ketika rombongan sampai di kawasan Ampang, Kecamatan Kuranji – Padang, rombongan dicegat petugas ronda. Kolonel Polisi Yusuf Nairan langsung turun, kemudian memperkenalkan diri kepada warga yang mencegat rombongan tersebut. Kapolda tidak tersinggung, malahan memberikan apresiasi kepada warga, sebab warga sangat peduli pada lingkungan dan memiliki keberanian untuk menghentikan rombongan yang cukup besar tersebut.
Pertemuan malam itu, sekaligus menjadi kesempatan bagi Kapolda untuk menggali lebih dalam persoalan yang dihadapi masyarakat, terutama terkait dengan persoalan Kamtibmas. Warga tersebut menyampaikan, mereka terpaksa melakukan hal tersebut karena mendapat kabar bahwa LP Pekanbaru jebol. Ratusan napinya lari dan sebagian besar sudah berada di Sumbar, terutama di Padang.
Kecemasan tersebut kemudian disusul dengan adanya sejumlah kasus pembunuhan di Padang. Rentang kejadian antara yang satu dengan kejadian lain tak berselang lama. Sejumlah warga kemudian menghubung-hubungan “kabar” yang terjadi di Pekanbaru tersebut dengan serangkaian kejadian di Padang.
Kapolda menjelaskan, kabar tersebut hanya isu. Ia sudah berkomunikasi dengan Kapolda Riau. Kabar itu tidak benar. Kalau pun ada sejumlah kasus pembunuhan di Padang, juga tak berselang lama, pelakunya berhasil diringkus. Tak seorang pun di antara pelaku tersebut napi yang lepas. Malahan justru orang terdekat dengan korban.
Ketika dialog itu sedang seru-serunya, tiba-tiba warga menghentikan sebuah taxi. Di dalam taxi ada seorang penumpang. Penumpang itu ditanyai panjang lebar oleh warga. Ternyata, penumpang tersebut salah seorang keluarga dari salah seorang warga yang ikut ronda.
Dari dialog dengan sopir taxi dan penumpang tersebut, warga terkejut. Keduanya menyebutkan, apa yang ditemuinya di Sumbar, tak jauh berbeda jika dibandingkan dengan di Riau. Penyebabnya, warga Riau cemas karena LP Muaro – Padang, jebol. Para napinya melarikan diri ke Riau.
Kolonel Polisi Yusuf Nairan pun kemudian menyampaikan, tak benar LP Muaro Padang jebol. “Itu hanya isu. Kami di Sumbar justru mendapatkan isu LP di Pekanbaru yang jebol,” jelas Yusuf Nairan, dibenarkan warga yang ronda.
Selang beberapa saat setelah mendapat kabar dari saudara tersebut, saya langsung menonton siaran tv berita. Eh, kabar itu benar. Sedang ada siaran langsung di televisi. Berarti dugaan awal saya meleset. LP Tanjunggusta jebol ternyata bukan isu, berbeda dengan “kabar” yang terjadi sekitar 20 tahun silam.
Persoalan yang mendasari kaburnya para napi, dipicu oleh kehadiran undang-undang yang tidak lagi memberikan kesempatan remisi kepada napi kasus narkoba serta kapasitas yang tak lagi memadai di LP Tanjunggusta.
Khusus persoalan kedua, sudah menjadi rahasia umum kalau kapasitas LP di negeri ini cenderung tak lagi memadai, walau terkadang sering pejabat di negeri ini mengembar-gemborkan bahwa kondisi tahanan di LP tetap memadai dan manusiawi. Berbeda dibandingkan dengan ruangan untuk tahanan korupsi.*


CATATAN: Tulisan ini dimuat pada kolom KOPI MINGGU, Harian Pagi Padang Ekspres, edisi Minggu 14 Juli 2013.

No comments:

Ruang Buku Karya Dosen Unand

   Suatu ketika, saat podcast dengan Pak Ir  Insannul Kamil , M.Eng, Ph.D , WR III Unand. Kata beliau, Jangan Mengaku Mahasiswa jika tak B...