04 June 2022

Menuju Lompatan Lebih Tinggi

12 Tahun Harian Umum Rakyat Sumbar Untuk Indonesia:


 

Sebuah pelayaran, haruslah benar-benar mampu mengantarkan perahunya ke tepian. Bersandar di dermaga impian.

Ilustrasi itu adalah hakikat sesungguhnya, dan menjadi analogi kuat yang selalu kami pelihara, agar kami benar-benar menjadi perahu yang mampu bersandar di dermaga impian.

Kami yakin, tak ada yang tak mungkin. Bukankah pada banyak peristiwa dan pencapaian, selalu diawali dengan sebuah harapan?

Sejak beberapa tahun belakangan, apalagi sejak internet hadir, android muncul, maka muncul spekulasi, era media cetak akan segera berakhir. Atau populer dengan istilah senja kala media cetak. Salah satu penyebab utamanya, ketersediaan bacaan sudah beralih ke genggaman tangan dengan bantuan android dan internetnya.

Ketika kenyataan itu terus bergerak menekan media cetak, situasi dua tahun terakhir semakin mempercepat kondisi buruk tersebut. Gelombang dahsyat dan badai hebat, bernama Pandemi Covid-19, meluluhlantakkan hampir semua tatanan yang sudah dibangun selama ini. Kalau pun ada dunia usaha yang mendapatkan “berkah” pandemi ini, tapi tak seberapa. Mungkin hanya sebatas di dunia kesehatan, teknologi informasi atau penyedia kebutuhan komunikasi. Selebihnya, hancur lebur.

Data Kementerian Tenaker RI tercatat sebanyak 2.8 juta korban PHK di era pandemi Covid-19.  Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan, ada 5 juta lebih pekerja ter-PHK. Kadin lebih besar lagi, 15 juta orang yang ter-PHK di Indonesia. (https://www.uta45jakarta.ac.id)

Di Sumatera Barat, mengutip penjelasan Kepala BPS Sumbar Herum Fajarwati di Padang, Jumat (5/11-2021), Sebanyak 31.057 orang penduduk usia kerja kehilangan pekerjaan akibat Covid-19 di Sumatra Barat. Ini berdasarkan data yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik setempat.

Realita itu, tidak lagi memprihatinkan. Tapi, apa kata yang bisa mengambarkan bahwa sesungguhnya, situasinya justru lebih parah dari sekadar memprihatinkan. Penduduk miskin terus bertambah.

Belum tuntas penyelesaian tersebut, ternyata harga-harga kebutuhan pokok melonjak naik pula. Sampai-sampai untuk mendapatkan minyak goreng, BBM kendaraan, harus antri. Kalau pun kemudian ada subsidi untuk membeli minyak goreng, penyelesaiannya tak cukup sampai di sana. Sudahlah harganya mahal, juga sulit didapatkan.

Dalam deraan terpaan badai dan gelombang dahsyat tersebut, kami terus berupaya secara perlahan menyeberangkan perahu Harian Umum Rakyat Sumbar berlabuh di dermaga impian. Badai dan gelombang hebat ini benar-benar memaksa kami untuk mewaspadai diri dan lingkungan. Tekadnya, perahu ini tak boleh karam. Tak boleh ada “ABK” yang mabuk, apalagi sampai terseret gelombang, dihempaskan badai.

Herbert Benson, M.D dan William Proctor menyebutkan, bagaimana kita menginterpretasikan realitas atau bagaimana kita “melihat” dunia yang konkrit di sekitar kita, itulah yang penting. Dengan kata lain, kekuatan-kekuatan dan potensi kita untuk sehat dibentuk oleh cara-cara berpikir (positif atau negatif) dalam otak kita sendiri.

Epictetus, Filsuf Yunani pada abad I mengatakan, manusia sebenarnya tidak digusarkan oleh benda-benda yang ada di sekitarnya, melainkan oleh pendapatnya sendiri terhadap benda-benda tersebut.

Dua tahun dalam situasi sulit, rasanya tak berbeda jika dibandingkan perahu-perahu lain yang hendak berlayar ke dermaga impian. Dalam situasi tak menentu, Alhamdulillah, semua “ABK” masih bisa fokus pada tugas pokok masing-masing, lalu tak jarang juga bisa menopang tugas yang lain. Satu sama lain saling bergandengan tangan, membentang layar mengikuti arah angin, menggerakkan kemudi seirama gelombang laut.

Kini kondisinya sudah melandai. Kendati masih berangin dan bergelombang, namun tidak separah tahun 2020 dan 2021. Roda ekonomi sudah mulai bergerak. Aktivitas sudah berjalan kembali. Walau belum sepenuhnya pulih, namun sudah bisa memberikan harapan, setidaknya untuk hari ini dan beberapa bulan ke depan.

Dua tahun terakhirnya yang sangat berat, Alhamdulillah, tak ada pemutusan hubungan kerja di Harian Umum Rakyat Sumbar. Tak ada karyawan yang dirumahkan, walau hanya seditik pun.

Pada usia ke-12 tahun ini, kami ingin lebih baik lagi. Tak hanya sekadar merawat yang sudah ada, tetapi harus bisa melompat lebih tinggi. Setinggi harapan yang terus dikumandangkan. Bukankah sebuah pencapaian diawali dari sebuah harapan?

Harapan tersebut dituangkan dalam tema pada momentum ulang tahun kali ini; Kritis, Inovatif dan Kolaboratif. *

 

 

 

CATATAN:

Dimuat di Harian Umum Rakyat Sumbar & Padang Ekspres, Kamis 2 Juni 2022

No comments:

Ruang Buku Karya Dosen Unand

   Suatu ketika, saat podcast dengan Pak Ir  Insannul Kamil , M.Eng, Ph.D , WR III Unand. Kata beliau, Jangan Mengaku Mahasiswa jika tak B...