26 February 2022

Perempuan Berkerudung Langit

Sebuah novel, berkisah tentang seorang perempuan muda yang terjerat pada cinta pertamanya. Hingga 15 pernikahannya, bayangan lelaki yang "memasung hatinya" masih ada dalam anggannya.

Penulis:  Yuliani MT

Editor: Almah

Proof Editor: Aprilia Nitman

Penata Letak: Isa Saburai

Proofreader Tata Letak: Desy Karmila

Desain Sampul: Mitha Thalia

Penerbit: CV Lintang Semesta Publisher

Halaman: xvi + 253 halaman

 

 Beberapa hal penting yang ditemukan dalam novel Perempuan Berkerudung Langit

 1.      Pembacaan Naskah

·        Cerita kehidupan, yang mungkin saja terjadi pada banyak orang.

·        Sinopsis:

o   Kisah tentang sosok Aku (tokoh utama Aini) yang jatuh cinta pada Syam, tapi tak berjodoh karena orang tua Syam diduga tak menyukai keluarga Aini.

o   Ayah Aini meninggal dunia. Aini diserang sakit yang parah. Disaat Aini menikah, Syam juga menikah di hari yang sama, tapi Syam masih sempat ke acara pernikahan Aini. Kendati sudah menjadi isteri Pras, namun Aini sulit melupakan Syam. Akhirnya mereka bertemu setelah 15 tahun tak bertemu. Keduanya akrab sejenak. Ketika Syam meminta hendak kembali, Aini menolak. Lalu memutuskan tak akan pernah bertemu Syam lagi. Datang sepenuhnya pada Pras yang sempat terabaikan.

 

·        (Kelebihannya di sini, penulis tidak menyebutkan alasan mengapa tidak suka, tampaknya sengaja disembunyikan untuk “tendangan” narasi berikutnya). Halaman 29.

·        Benar saja, pada bagian berikut terungkap, jawabannya mengapa orang tua Syam tidak suka, disimpan penulis di halaman 133, ketika  ketika dikisahkan Syam menikah dengan Andita, gadis dari keluarga terpandang dari Dusun Rancak Manih.

 

2.      Judul

·        Bagi saya, judul sangatlah penting. Ia akan jadi identitas. Satu judul, biasanya akan langsung menjadi icon atau identitas penulisnya. Kita bisa lihat atau perhatikan buku-buku atau pun film-film yang ada. Adakah yang mau “bertaruh” dengan judul yang seirama atau mendekat-dekat ke judul buku atau film yang sudah populer?

Ketika itu dilakukan, maka buku atau film yang datang belakangan, mendekat-dekat ke judul yang populer, akan mengalami minimal;

-          Dianggap mengekor atau menjadi pengikuti kisah sukses buku atau film sebelumnya.

-          Judul yang datang belakangan akan sulit diingat atau dikenang orang. Orang akan mengingat  buku atau film sebelumnya.

·        Pada kisah sepanjang 253 halaman, tidak ditemukan arah cerita sesuai judul, namun kemudian penulis menutup cerita di dua paragraf terakhir dengan memaksakan masuknya kalimat Perempuan Berkerudung Langit. (Seakan paragraf tersebut seperti kesimpulan), namun kata Perempuan Berkerudung Langit adalah kata baru (original) yang sangat seksi sebagai sebuah judul.

·        Saya mencoba menafsirkan, Perempuan Berkerudung Langit adalah perempuan yang menyerahkan jiwa dan raganya, sepenuhnya kepada Allah. Kerudung adalah simbol ketaatan seorang perempuan. Langit dan bumi (bumi, tentu saja tempat berpijaknya si perempuan tersebut) adalah milik Allah. Apalagi pada halaman 250, Syam berkata tentang sosok Aku sebagai Perempuan Pengagum Langit.

·        Carilah judul yang tak biasa, atau belum pernah digunakan orang lain, sehingga diharapkan bisa menjadi pembeda kita atau karya kita dengan karya orang lain.

 

 

3.      Catatan-catatan ringan

·        “Pak Bejo, tolong antar anak-anak ke sekolah dulu, ya! Pak Pras tidak bisa masuk sekolah dulu hari ini. Tolong, ya Pak! Titip anak-anak,” paparku kepada Pak Bejo yang bekerja sebagai penjaga sekolah di tempat Mas Pras memimpin.

·        Rumah Pak Bejo tak jauh dari rumah kami. Beliau setiap hari berangkat dengan Mas Pras dan juga anak-anak ke sekolah

o   Bukankah Pak Bejo penjaga sekolah? Kapan ia menjaga sekolahnya?

·        Lalu mendekatiku yang masih asyik di meja belajar di dalam kamar yang hanya berukuran empat kali lima meter ini. (Hal: 4) [Mungkin akan lebih pas kalau meja tersebut adalah meja kerja, sebab dalam status aku dan Pras yang sudah bekerja]

·        Kisah cinta pertama yang sangat menyiksa.

·        Persoalan yang ada, memaksakan diri pada cinta pertama, namun tidak melihat realita bahwa ada Pras, lelaki hebat yang justru telah memberikan cinta sesungguhnya. Perasaan sangat mencintai Syam terkesan mengada-ada karena tak terungkap apa sih lebihnya Syam. Malahan kisah tentang Syam yang ditulis hanya sebagian kecil, justru terlihat bukan lelaki yang spesial pula. Di antara sifatnya, tidak menepati ketika akan bertemu di jembatan, egois dan terkesan kasar (saat belanja ketika bertemu di supermarket).  Tapi hanya karena cinta pertama saja.

·        Tapi di sini sekaligus menjadi kemampuan lebih bagi penulisnya; mampu “memaksa” konflik batin tokoh utama (aku) lebih menonjol dari  peristiwa-peristiwa  lain yang mungkin harus dihadirkan.  Penulis mampu memaksa pembaca untuk mengetahui siapa dan apa sih hebatnya Syam, namun tetap saja tak ditemukan nilai lebihnya lelaki tersebut.

o   Dalam sebuah kisah pada novel atau cerpen, konflik tersebut bisa dilakukan pada apa saja. Konflik individu dengan individu, individu dengan masyarakat, masyarakat dengan individu, individu dengan lingkungan, individu atau masyarakat dengan alam, individu dengan tuhan, termasuk konflik batin ini.

o   Kekuatan utama dari novel ini justru ada pada narasi yang bermain dengan   kata dan kalimat-kalimat pilihan. Saya yakin, penulis punya dasar menulis syair atau puisi yang kuat. Setidaknya bisa kita lihat di halaman  228.

·        Rentang waktu yang berbeda. Mungkin perlu kehati-hatian dalam menghitung setting waktu. Dalam kisah disampaikan, hidup bersama Pras sudah 15 tahun. Tapi kemudian ketika bertemu Syam, saat aku ke swalayan, dikatakan tidak bertemu selama 20 purnama. Padahal, terakhir bertemu saat sama-sama menikah. Berarti sudah 15 tahun pula (12 x 15 = 180 purnama)

·        Bab Kehilangan (Halaman 39) seakan seperti bab pelengkap saja. “Peran” ayah dalam kisah ini, sebenarnya bisa dieksploitir lebih dalam. Sosok ayah bisa lebih dari sekadar perannya di satu bab tersebut, sehingga ketika beliau meninggal benar-benar bisa menghadirkan haru dan kehilangan yang sangat dalam. Kalau dalam kondisi saat ini saja, rasanya berlalu begitu saja.

·        Novel ini dibuka dengan sangat indah, langsung ngegas dengan judul Tak selamanya Indah, sehingga memancing keingintahuan pembaca untuk terus membaca dengan menghadirkan satu klu masalah yang disampaikan. Bab pertama langsung dibuka dengan konflik. Tapi setelah itu, dari sudut kisah, terasa gas-nya turun, akhirnya datar.  Nyaris tak ada “gelombang konflik” yang dimunculkan secara tajam atau naik, kecuali ketika kehadiran Widya diantara kehidupan Aini dan Pras dan saat Aini memenuhi tantangan permintaan pertemuan dengan Syam.

·        Masih ditemukan beberapa pengunaan kata yang tidak pada tempatnya. Misalnya kata hubung di awal kalimat.

·        Yang membuat kita kagum; buku dengan 253 halaman ditulis dengan cara dicicil. Ditulis secara konsisten setiap hari, selama satu bulan. (rata-rata 8,5 halaman perhari/1.700 kata/dua judul perhari) Woowww bingits gitu lo...

 

 

                               

No comments:

Ruang Buku Karya Dosen Unand

   Suatu ketika, saat podcast dengan Pak Ir  Insannul Kamil , M.Eng, Ph.D , WR III Unand. Kata beliau, Jangan Mengaku Mahasiswa jika tak B...