26 February 2022

“Musik Minang di Tengah Perubahan Zaman”

Oleh: Firdaus Abie*

  

A. Kondisi lagu Minang dari waktu ke waktu:

 

I.                   Dinamis/Mengikuti Perubahan

 

Landasannya:

1.      Jeans Louis Barrault, Seniman Prancis:

Seni adalah revolusi abadi  

2.      Yusaf Rahman, Seniman Indonesia, khususnya Lagu-lagu Minang:

Perubahan di bidang musik diakibatkan peristiwa kontak suatu budaya dengan budaya lain yang datang dari luar, disusul kontak budaya dari dalam yang terjadi alih generasi yang membawa pola berpikir baru.

 

Perubahan didasarkan karena dinamisnya genre musik yang tumbuh dan berkembang untuk lagu-lagu Mnang. Penyebab lagu Minang berubah mengikuti perubahan zaman;

1.      Perubahan dari luar

·        Jauh sebelum Orkes Gumarang (diyakini sebagai awal lagu Minang) muncul, di wilayah Minangkabau atau Padang, orang sudah menyukai musik jenis (genre) Hawaian, Keroncong.

·        Asbon dan Orkes Gumarang-nya menghadirkan Latin Beat. Lalu, masuk era Kumbang Cari.

·        Orkes Gumarang memperkenalkan gaya Duo (Nyanyi secara pasangan bergantian), Trio (membagi suara)

·        Gamad.

·        Akhir 1990-an Pop Minang

·        Tahun 2000-an bercorak Remix.

·        Tahun 2003 hadir gaya slow rock (Febian)

·        Tahun 2010-an hingga kini tren pop Melayu

 

2.      Pengaruh dari dalam  

·        Dimasukkannya alat musik/instrumen tradisi Minang

o   Konon tahun 1975 pertama kali diperkenalkan alat musik tradisional Minang, yakni saluang pada lagu Tanti Batanti.

o   Tahun 1990-an; Agus Taher, Ferry Zein dan Zalmon menghadirkan sound effect, lirik menggunakan lirik puisi. Sebelumnya format pantun.

 

 

II.                Pesan dalam Lagu

 

1.      Ungkapan Perasaan Cinta & Pendidikan

·        Kepada orang tua, pasangan, kampung halaman, teman sebaya, anak  dll

2.      Kearifan Lokal & Lingkungan

·        Palai Bada, Lompong Sagu, Kelok 44, Pasan Buruang, Babendi-bendi, Bareh Solok

3.      Memperkenalkan Budaya/Daerah/Keelokan Urang Minang

·        Baju Kuruang, Rumah Gadang, Bungo Lambah Gumanti, Guguak Manyambah

 

III.             Kaya dan Beragam

1.      Lirik

·        Bahasa Pantun

o   Pantun yang mengejar akhiran (bunyi yang sama)

o   Pantun yang berisi sampiran

·        Berbahasa Kiasan/Sindiran/Tak Langsung

o   Inilah kekayaan sesungguhnya bahasa Minang. Mengapa demikian? Budaya orang Minang, bukanlah budaya yang ketika hendak menyampaikan sesuatu,  tembak langsung. Tapi selalu bicara melingkar, atau menyampaikan pesan secara simbol, atau kiasan. Ketika haus, ada kalanya digunakan kata kalangsangan, atau seperti raso di gurun pasir, raso di pasawangan, dll

·        Bahasa Langsung

o   Bahasa Langsung yang sudah umum

o   Bahasa Tak Umum (Bahasa Kasar)

 

2.      Sumber Musik/Instrumen

·        Alat musik beragam. Hampir setiap daerah punya khas sendiri. Di antaranya saluang, rabab, gandang, sirompak, sampelong. Dendang Pauah di Padang, bisa jadi lagu Minang. Dendang Darek, bisa diolah jadi lagu Minang. Musik tradisi di daerah lain, misalnya Salawat Dulang, Sirompak, Sampelong dll bisa dijadikan kombinasi untuk lagu Minang. Bisa juga diterima masyarakat

o   Latin Beat: Orkes Gumarang

o   Gamad: Yan Juneid 

o   Pop Minang: Satayu,  Sexri Budiman, An Roys, Deky Rian, dll

o   Rabab: Alkawi

o   Lawak/Garah: Zai Syafei, Syamsi Hasan, Nedy Gampo, Opetra, Ajo Busyet, Edi Cotok

o   Saluang: Asben, Ajis Sutan Sati, Misramolai

o   Nuansa Darek: Yusaf Rahman, Masrul Mamuja

o   Nuansa Pasisia: Nuskan Syarif

o   Indang: Tiar Ramon

o   Pelayaran: Diiringi tarikan bansi

B. Apa yang harus dilakukan untuk hari ini dan masa depan?

1.      Ikuti Selera Pasar

·        Flower/pengikut, tapi peluang “terjual” lebih tampak

2.      Hadirkan sesuatu yang baru

·        Akan dianggap sebagai berjudi karena belum tentu juga orang mendapatkan yang baru tersebut sehingga terasa menjadi aneh.

o   Rata-rata sebuah genre bertahan berkisar lima tahun.

C. Catatan:

-         Dinamisnya lagu Minang yang diikuti kekayaan dan keberagaman tersebut menghadirkan kreativitas luar biasa bagi seniman/musisi lagu-lagu Minang. Masalahnya bisa juga muncul kalau terlalu kreatif namun kurang memahami nilai-nilai atau unsur pembentukan lagu Minang tersebut (landasan tradisi), bisa berbahaya untuk keutuhan nilai dari lagu Minang tersebut di masa-masa datang. Bisa hilang khasnya.

-         Bahasa Musik adalah bahasa universal.

-         Isi dari lirik akan menginformasikan jadi diri penulis/penciptanya atau budaya suku bangsanya.

-         Orang akan menjadi arif jika mendengarkan musik, tapi orang yang arif belum tentu bisa mendengarkan musik.

 

 

*) Jurnalis dan Penulis Sastra

**) naskah ini disampaikan pada Diskusi Seni Budaya, di Taman Budaya, Dinas Kebudayaaan Sumatera Barat, Kamis 24 Februari 2021

No comments:

Ruang Buku Karya Dosen Unand

   Suatu ketika, saat podcast dengan Pak Ir  Insannul Kamil , M.Eng, Ph.D , WR III Unand. Kata beliau, Jangan Mengaku Mahasiswa jika tak B...