03 February 2020

Ziarah Menghadirkan Gairah Keluarga Baru

Umroh Gratis Karyawan Paragon Technology and Innovation (7/Tamat)






Sebuah pengumuman; besok pagi semua bersiap untuk Umroh Wada’. Jamaah pria persiapkan pakaian ihram.  Jamaah perempuan, berpakaian sesuai tuntutan umroh.

“Kita Miqat di Ji’ranah,” kata Ustad Muhammad Azzam, ustad yang membimbing ibadah Jamaah Umroh Paragon.

Miqat berasal dari Bahasa Arab. Miqat merupakan  batas  dimulainya ibadah haji dan umroh (batas-batas yang telah ditetapkan). Apabila melintasi miqat, seseorang yang ingin mengerjakan haji perlu mengenakan kain ihram dan memasang niat.  Masjid Ji'ranah berada di Wadi Saraf, sekitar  24 KM arah  timur laut Masjidil Haram. 

Mendengar informasi dari Ustad Muhammad Azzam, ada perasaan bercampur aduk. Senang karena sebelum Miqat akan ziarah ke tempat-tempat bersejarah dalam perjalanan Islam. Sedih karena sebentar lagi akan meninggalkan Tanah Suci.

Syekh Muhammad Ilyas Abdul Ghani dalam bukunya,  Sejarah Makkah menuliskan, kata Ji’ranah diambil dari nama seorang wanita yang hidup di daerah tersebut.  Diriwayatkan oleh Al Fakihi dari Ibnu Abbas Ra bahwa surat Al-Nahl ayat 92 yang berbunyi Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali turun pada seorang wanita Quraisy dari Bani Tim yang dijuluki dengan julukan Ji’ranah. Wanita itu disinyalir sebagai seorang wanita yang terkenal dungu.

Rasulullah SAW pernah meninggalkan para tawanan dan harga rampasan perang yang diambilnya dari Hawazin.  Rasulullah tidak membagikan harga rampasan perang tersebut, karena sambil menunggu orang-orang Hawazin yang bertobat datang menyusulnya. Rasulullah lalu bertanya kepada para utusan itu.

“Silakan pilih, tawanan atau harta?”

Mereka lalu memilih tawanan, dan Rasulullah pun meminta kepada kaum Muslimin semua untuk membebaskan para tawanan Hawazin dengan lembut dan secara baik-baik. Kemudian, pada malam itu juga, dari Ji’ranah, Rasulullah lalu berihram dan mengerjakan umrah, dan selesai pada malam itu juga. Lalu, Rasulullah menyuruh para tentaranya untuk kembali ke Madinah.

Selain Miqat di Ji’ranah, jamaah Umroh Gratis Paragon berkunjung ke Padang Arafah, kemudian ke Jabal Rahmah. Tempat pertemuan Nabi Adam dan Siti Hawa setelah diturunkan ke bumi. Nabi Adam diturunkan di Sri Lanka tepatnya di puncak bukit Sri Pada. Siti Hawa  diturunkan di daerah di Arabia.

Jamaah juga berkesempatan ke kawasan Jabal Tsur, tempat Nabi Muhammad dan sahabat pernah bermalam. Berkesempatan pula ke Goa Hira’ dan bukit tempat Nabi Ibrahim menyembelih Ismail, melintasi Musdalifah, Mina.  Melintasi dari kejauhan lokasi pasukan gajah yang dipimpin Raja Vassal Ethiopia di Yaman, Abrahah yang hendak menyerang Ka’bah, namun terlebih dahulu dihancurkan Burung Ababil.

Setiap ziarah ke lokasi-lokasi bersejarah itu, tanpa disadari, ada butiran panas mengalir di pipi para jamaah. Perasaan haru bercampur semakin tebalnya kecintaan kepada Baginda Rasulullah, semakin kuatnya rasa keimanan kepada Allah. Ada rasa yang tak terungkapkan. Ada gemuruh yang terus bergejolak dalam setiap diri. Semua tafakur dalam doa-doa yang sangat panjang. Melanjutkan kalimat Talbiah, juga bersalawat kepada Nabi Muhammad, berdoa untuk keluarga Baginda Rasul dan Syuhada Islam.

Sebelum azan zuhur, kami sudah berada kembali di depan Ka’bah. Tawaf pun dilakukan. Tujuh putaran dibantu Ustad Muhammad Azzam dan Ustad Hakim. Dilanjutkan doa bersama dan sendiri-sendiri. Salat sunat. Seterusnya bergerak menuju Safa dan Marwa. Pada putaran ke lima, terdengar kumandang azan. Kami pun bersiap untuk salat Zuhur berjamaah, kemudian melanjutkan sisa Sa’i yang tersisa dua putaran lagi.

*

Jauh sebelum salat Subuh, Rabu (22/1), tepatnya pukul 02.00 WIB, semua Jamaah Umroh Gratis Paragon sudah berkumpul di lobi Swissotel Al Maqam. Pukul 10 pagi waktu setempat harus meninggalkan Makkah.  Kami akan kembali ke Tanah Air via Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, selepas Magrib.

Tawaf Wada’ terasa lain. Ada rona berbeda yang dirasakan. Bukan karena dingin yang menusuk raga. Sembari membaca doa-doa yang dituntun Ustad Muhammad Azzam dan Ustad Hakim, pandangan kami tak bisa dilepaskan dari Ka’bah. Ada rasa yang tak terlukiskan. Ada gemuruh yang tak dapat dibendung. Sebentar lagi, kami akan meninggalkan Baitullah, meninggalkan Masjidil Haram, meninggalkan Tanah Suci. Ada deraian air mata yang tak terbendung disepanjang Tawaf Wada’.

“Ya, Allah. Jangan jadikan ini umroh terakhir bagi hamba....”

Ada tangis yang tak bisa ditahan. Selepas itu pula, semua jamaah saling mendoakan dan saling menguatkan. Ikatan batin semua rombongan pun terasa semakin kuat. Kian kuat.

Atas permintaan jamaah, Ustad Muhammad Azzam pun diminta memimpin doa agar semua jamaah diberi kesehatan, diberi kekuatan untuk bisa memperbaiki ibadah, dan menjaga silaturrahmi sesama jamaah untuk menjadi sebuah keluarga baru.

Perjalanan selama sembilan hari tersebut telah membentuk sebuah keluarga baru. Nyaris tak berapa orang yang saling mengenal satu sama lain, sebelumnya. Namun perjalanan ibadah telah menyatukan kami menjadi satu kesatuan yang sama-sama merasakan kenikmatan beribadah. *




No comments:

Ruang Buku Karya Dosen Unand

   Suatu ketika, saat podcast dengan Pak Ir  Insannul Kamil , M.Eng, Ph.D , WR III Unand. Kata beliau, Jangan Mengaku Mahasiswa jika tak B...