02 February 2020

Tangis Pecah di Baitullah

Umroh Gratis Karyawan Paragon Technology and Innovation (6)







Perjalanan panjang, enam jam dari Madinah ke Makkah. Jamaah Umroh Paragon mengumandangkan talbiah, berdoa dan memperbanyak zikir. Dipandu ustad Muhammad Azzam dan Ustad Hakim. Ada 35 jamaah dalam satu bus. Mereka terdiri dari karyawan PT Paragon Technology and Innovation, keluarga serta tiga orang wartawan. Aku salah satunya.

PT Paragon Technology and Innovation memiliki kebijakan hebat. Setiap karyawan beragam Islam yang bekerja minimal tujuh tahun, diberangkatkan umroh. Tak pandang posisi dan jabatan. Perusahaan ini memiliki 12 ribu karyawan. Paket umroh pertama, dimulai tahun 2017, lalu berturut di tahun 2018 dan 2019. Khusus di tahun 2019, 560 karyawan diberangkatkan dalam 16 Kloter. Aku dapat undangan khusus, masuk pada Kloter 14.

Pada umroh 2019, selain aku, ada empat wartawan lagi.  Buk Nur (sapaan akrab Nurhayati Subakat, pendiri sekaligus pemilik perusahaan yang salah satu produknya bermerek Wardah,  memberikan lima seat untuk wartawan melalui Aqua Dwipayana, pakar komunikasi dan motivasi yang juga memiliki program umroh gratis sejak lama melalui program The Power Of Silaturahmi. Putra Bungus Kota Padang itu, kemudian harus bekerja keras untuk menentukan pilihan. Ia memiliki ratusan  orang sahabat dan yunior di bidang jurnalistik. Mereka tersebar dari Sabang sampai Merauke.

Karyawan yang tidak beragama Islam, maka diberangkatkan untuk wisata religi, disesuaikan dengan tempat ibadah masing-masing. Aturannya sama, tidak memandang jabatan. Syaratnya, minimal bekerja tujuh tahun.

Aku diberi kesempatan berkunjung ke pabrik karyawan PT Paragon Technology and Innovation  di Tanggerang. Buk Nur menyambut dengan senang hati. Beliau didampingi Ira Anzaina Putri  Human Capital Executive Paragon Technology.

Katanya, semua yang diberikan karyawan tersebut merupakan apresiasi manajemen terrhadap komitmen dan loyalitas mereka kepada perusahaan.  

"Perusahaan ini dibangun bersama oleh karyawan, maka tentu karyawan pula yang harus menikmati," kata Nurhayati Subakat.

Tiga tahun apresiasi telah diberikan. Karyawan yang sudah diberangkatkan umroh saja mencapai 1.500an orang. Keberangkatan 2019 berlangsung selama 16 kloter. Saat ini, kloter 14 sudah berada di Makkah. Dua kloter lain segera memulai perjalanan ke Madinah. Sebanyak 13 kloter sudah kembali ke Tanah Air.

Sesampai di Makkah, setelah meletakkan barang bawaan di hotel, jamaah umroh langsung menuju Masjidil Haram. Salat Magrib dijamak saat Isya. Semua sudah berpakaian umroh setelah Miqat di Bir Ali.

Semua jamaah yang mayoritas Generasi Millenial tertegun. Terpaku. Ustad yang mendampingi mengingatkan untuk membaca doa. Semua dalam sikap berdoa, dan doa pun dilakukan bersama. Tak berselang lama, isak tertahan pun terdengar lirih.

Selepas itu, Tawaf pun dilakukan. Dalam keramaian jamaah lain mengelilingi Ka'bah, jamaah Paragonians terus melantunkan doa-doa selama Tawaf. Setelah tujuh putaran, jamaah dituntun untuk menepi.

Di tempat yang sudah disediakan untuk salat sunat dan berdoa, jamaah Paragonians dituntun melaksanakan ibadah sesuai hukum agama. Setelah itu, diberi kesempatan berdoa sendiri, sebelum melanjutkan Sa'i di Syafa dan Marwa.

Seketika saja, tanpa harus dikomandoi lagi, semua menikmati "berdua" -an dengan Sang Khalik. Semua jamaah melepaskan rasa yang selama ini menggumpal di dada. Tangis pun pecah seketika.

"Saya ingat ayah yang sudah meninggal. Ingat ibu yang sedang sakit. Saya belum bisa berbuat untuk mereka," kata Dodi, karyawan bidang Pemasaran.

Syahrial yang akan melangsungkan lamaran, bulan depan, mengaku kalau dirinya banyak dosa kepada orang tua dan ibadahnya pun belumlah seberapa.

"Banyak yang harus diperbaiki dalam diri ini," katanya.

Karyawan lain pun mengaku begitu. Di balik tangis yang pecah di depan Ka'bah tersebut, ada impian untuk memperbaiki ibadah dikemudian hari.

Kalaulah Ustad Muhammad Azzam dan Ustad Hakim tidak mengajak kami melanjutkan ke Safa – Marwa untuk Sa’i, mungkin semuanya akan terus berlama-lama larut dalam isak tangis minta ampun kepada Allah.

“Kita lanjutkan untuk Sa’i dulu. Setelah itu, Tahallul. Jika selesai, boleh kembali lagi ke sini,” katanya sembari mengingatkan, Insya Allah waktu di Makkah ada tiga hari lagi. *

No comments:

Ruang Buku Karya Dosen Unand

   Suatu ketika, saat podcast dengan Pak Ir  Insannul Kamil , M.Eng, Ph.D , WR III Unand. Kata beliau, Jangan Mengaku Mahasiswa jika tak B...