17 March 2016

Mampukah Melewati Lima Musim Berturut?

* Irman Gusman Cup 2016

 Oleh: Firdaus Abie



Dimasa lalu, medio 1960-an hingga awal 1980-an, Sumbar umumnya, Padang khususnya, sangat disegani di kancah sepakbola Nasional. Kini?
Dalam lintasan sejarah, tim-tim besar dalam dan luar negeri, pernah merasakan “panas dingin” menghadapi putra-putra terbaik ranah Minang. Klub terbesar di Sumbar ketika itu, PSP Padang merupakan ikon keperkasaan tersebut.
Tim yang lahir tahun 1928 ---berawal dari lapangan Dipo (kini kawasan Taman Budaya Padang), menghadapi lawan-lawannya dengan perjuangan pantang menyerah. Tim kuat masa itu, Salzburg Austria ditahan imbang 2-2, menang menghadapi Mozambik Afrika  5-2, menang saat menjamu Colombus AAfrika  3-1, takluk dari  Timnas Bulgaria 1-6, kalah dari FC Lokomotiv Moskwa,  0-7. Kekalahan PSP merupakan kekalahan terkecil tim-tim yang dihadapi klub tersebut selama kunjungan ke Indonesia.
Eforia semaraknya sepakbola di Sumbar kian terasa ketika bergulir Harun Zein Cup. Konsistensi Harun Zein Cup sangat panjang. Kejuaraan ini dimulai saat Harun Zein menjadi gubernur Sumbar, kemudian diteruskan dimasa kepemimpinan Azwar Anas.
Harun Zein Cup mempertemukan anak-anak nagari se-Sumbar. Tim-tim yang berlaga kala itu, tampil atas nama nagari. Tak mengherankan kalau kemudian harga diri nagari dipertaruhkan di sepakbola. Kototangah, Cangkeh (kala itu masuk Padangpariaman, kini berada masuk wilayah administrasi kota Padang), Balakang Tangsi (Padang), Ampek Angkek Canduang (Agam), Tanjuangmutiara (Agam), merupakan lima dari sejumlah nagari yang memiliki anak-anak nagari hebat di sepakbola kala itu. Anak-anak Kototangah justru pernah membawa gelar juara secara  berturut, 1975 dan 1976, menjelang Harun Zein mengakhiri jabatannya.
Dari Harun Zein Cup tersebut muncul nama-nama hebat di kancah sepakbola, Irawadi Uska (alm), Idrus Ali, Arif Pribadi, Syofinal, Gusril, Faisal Fahmi, Darman Manggus. Nama-nama itu menginspirasi anak-anak muda berikutnya.
Ditahun 1980, anak-anak nagari se-Sumbar yang semula membela PSP Padang,  menjadi penopang utama awal berdirinya PS Semen Padang, yang berlaga di divisi I galatama. Nama-nama seperti Nil Maizar, Ramlan, Dahlan, Delvi Adri, Afdal Yusra, Aprius, Joni Effendi, Hendra Susila, Abdul Azis, Wellyansyah, Toni Tanjung, M Syukron Chaniago, merupakan anak-anak muda Sumbar yang semakin memperkokoh peta sepakbola Indonesia.
Masih segar dalam ingatan, bagaimana meriahnya sepakbola di Sumbar kala itu, terutama saat Semen Padang berlaga. Stadion Imam Bonjol riuh rendah. Ribuan penonton dari daerah,  terutama daerah yang ada putranya memperkuat Semen Padang saat  itu, berduyun-duyun menyaksikan pertandingan. Minimal mereka menyaksikan kepiawaian putra-putra mereka.
Disaat aroma sepakbola di Sumbar berkibar, ditandai dengan keperkasaan Semen Padang dan PSP Padang, Harun Zein Cup pun terhenti. Pernah dicoba dibangkitkan kembali, digagas dan dilaksanakan DPD KNPI Sumbar, tahun 1992, namun hanya sekali saja. Sejak itu, hingga kini tak pernah ada lagi.
Seiring berhentinya Harun Zein Cup di tahun 1980-an, PSP Padang terdepak dari kasta tertinggi sepakbola perserikatan, tahun 1986. Butuh waktu 10 tahun untuk bisa kembali ke divisi utama. Bedanya, saat itu, PSP Padang mau pun PS Semen Padang sudah diisi mayoritas pemain luar Sumbar, termasuk pemain asing.
Di awal tahun 2001-an, ada harapan baru. Klub PSTS Tabiang, Padang, yang telah banyak menyumbangkan pemain untuk membela PSP Padang dan Semen Padang, menghadirkan kejuaraan sepakbola bagi usia di bawah 18 tahun. Piala Gubernur Sumbar. Tapi usianya tak lama. Setelah itu, Semen Padang  membentang turnamen, Piala Semen Padang. Formatnya untuk usia di bawah 21 tahun, mempertemukan perwakilan klub antar daerah di Sumbar plus Semen Padang sebagai tuan rumah. Pemain terjaring memiliki kans dibina di Akademi Semen Padang. Tapi usia Piala Semen Padang justru lebih singkat dari turnamen Piala Gubernur.
Kini datang angin segar. Irman Gusman Cup hadir untuk melepaskan dahaga disaat keringnya kompetisi usia muda. Turnamen ini dikemas sedemikian rupa. Pangsa “pasar”-nya hampir mirip Harun Zein Cup. Mempertemukan anak-anak nagari se-Sumbar. Bedanya, jika Harun Zein Cup atas nama nagari, Irman Gusman Cup membawa bendera kecamatan.
Iven ini direspon positif kecamatan. Ada 179 dari 184 kecamatan di Sumbar ikut serta. Ada 4.600 pemain, 1.200 official dari 19 kabupaten dan kota. Menariknya ada regulasi khusus untuk usia pemain. Minimal 8 pemain usia di bawah 17 tahun, sisanya U-19 dan U-23. Sasaran awal, pemain tersaring akan dibawa ke Spanyol atau pelatih asal Spanyol yang didatangkan serta dipersiapkan untuk PON XX/2020 di Papua.
Data yang  itu  tak hanya sebagai prestasi  bagi panitia, tetapi  cerminan antusiasnya anak-anak negeri ini menekuni sepakbola. Jika realisasi sesuai kenyataan, maka tak salah kalau kemudian disebutkan; Sumbar telah membangun pondasi sepakbola Nasional, sementara  anak-anak bangsa lainnya masih prihatin melihat pertikaian tak berkesudahan antara PSSI dengan Menpora.
Di balik semua itu, satu pertanyaan muncul; sanggupkah turnamen ini bergulir lebih dari lima musim berturut? Jika  berjalan konsisten, dipastikan Sumbar akan menjadi gudang sepakbola tersendiri, setidaknya mampu memenuhi kebutuhan sendiri, minimal untuk tim PON Sumbar, PSP Padang, Semen Padang. Tidak bergantung lagi pada pemain dari luar daerah atau pemain asing.
Kekuatiran agenda ini hanya berupa turnamen sesaat, putus di tengah jalan, mungkin saja terjadi. Ketika harapan tak sesuai dengan kenyataan, maka komitmen bisa saja berubah. Janji insan olahraga bisa saja berganti, namun demikian kita tetap berharap agar olahraga tetaplah  aktivitas yang berangkat dari sportivitas, bukan karena adanya kepentingan tertentu, apalagi jika dikarumuaktumuak-an dengan kepentingan politik.
Mari sama-sama ditunggu dan bersama menjadi saksinya!*


*Penulis adalah wartawan Harian Umum Rakyat Sumbar

CATATAN: 
Tulisan ini dimuat Harian Umum Rakyat Sumbar dan Padang Ekspres, edisi Rabu 16 Maret 2016


 

No comments:

Ruang Buku Karya Dosen Unand

   Suatu ketika, saat podcast dengan Pak Ir  Insannul Kamil , M.Eng, Ph.D , WR III Unand. Kata beliau, Jangan Mengaku Mahasiswa jika tak B...