15 September 2013

Biaya Pemilu Besar, Jangan Golput!

* Dari Dialog Forum Editor (FEd) Sumbar


Sejumlah pertanyaan mengapung berkaitan dengan Pemilu. Benarkah Pemilu penting? Seberapa pentingkah? Bagaimana kalau Pemilu tidak pernah ada? Bagaimana kalau rentang waktu antara Pemilu yang satu dengan Pemilu berikutnya diperpanjang, lebih dari lima tahun? Itu baru seputar pelaksanaan saja.
Pertanyaan lain, seputar “kurenah” calon legislative (Caleg) yang akan dipilih masyarakat. Sudahkah mereka benar-benar mampu mewakili kepentingan rakyat? Tidakkah mereka yang ketika menghadapi Pemilu butuh dukungan suara, kemudian setelah terpilih justru jauh dari pemberi suara untuk mereka? Jika kemudian dirunut, maka berjuta pertanyaan akan bisa diurut.

Terhadap  pertanyaan-pertanyaan tersebut, terutama jika berhubungan dengan masalah yang tidak diharapkan masyarakat, memunculkan sikap antipati yang kemudian berlanjut menjadi sikap protes masyarakat. Sikap protes tersebut ditandai dengan munculnya masyarakat Golongan Putih (Golput) yang tidak memberikan hak suaranya.
“Banyak masyarakat memutuskan untuk menjadi Golput. Buktinya, sejak tiga Pemilu terakhir, angka partisipasi masyarakat untuk memberikan hak suaranya terus berkurang,” kata Nasrul Azwar, wartawan yang juga budayawan.

Sikap tersebut, seperti diungkapkan sejumlah narasumber pada Dialog Forum Editor (FEd) Sumbar, di auditorium RRI Padang, kemarin, seharusya menjadi perhatian serius bagi semua orang, termasuk pada Dialog FEd Sumbar yang mengangkat tema; Satu Suara Berharga, Harga Satu Suara yang  menghadirkan  narasumber  Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, praktisi politik dari berbagai parpol, komisioner KPU dan bebeberapa pengamat politik.  Dialog yang dipandu  host Khairul Jasmi, Pemimpin Redaksi Singgalang itu disiarkan secara live di RRI Padang, Radio Classy PM dan akan ditayangkan di Padang TV. Beritanya juga dapat dibaca di Harian Singgalang, Padang Ekspres, Haluan, Rakyat Sumbar dan Padang Media.com, Klik Sumbar.com, Antara Sumbar.com.
Keputusan Golput tersebut harus dilawan secara bersama-sama. Cara melawannya? Beragam. Politisi dan wartawan senior Masful, yang pernah menjadi Wakil Ketua DPRD Sumbar menyebutkan, keseriusan pemerintah terhadap Pemilu masih setengah hati. Hanya cenderung menyerahkan sepenuhnya kepada KPU.
“Komunikasi politik mau pun sosialisasi dari pemerintah nyaris tidak utuh. Berbeda dibandingkan sebelum-sebelumnya,” kata Masful sembari menyebutkan, harusnya masyarakat berpartisipasi penuh pada Pemilu karena partisipasi masyarakat tersebut akan menentukan kehidupan bangsa dikemudian hari.
Kepala Litbang Harian Haluan Eko Yanche menawarkan agar komunikasi  politik  para caleg diperbaiki, sehingga  masyarakat tidak apatis. 
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno pun menilai, komunikasi yang dilakukan para caleg harus disesuaikan dengan kondisi sesungguhnya. Kalau menjadi anggota legislatif, jangan pula dikerjakan pekerjaan eksekutif.
“Banyak caleg yang melakukan kampanye dengan mengumbar janji melakukan berbagai pembangunan. Soal pembangunan, itu kan urusan eksekutif. Jika ini dilakukan, maka setelah mereka duduk menjadi anggota legislatif ternyata tak bisa melakukan pembangunan seperti yang dijanjikan saat kampanye,” kata Irwan Prayitno sembari menyebutkan, kondisi ini perlu diperbaiki para caleg.
Pakar Komunikasi Sumartono menyarankan KPU untuk membentuk juru kampanye sosialisasi sehingga masyarakat sadar akan haknya sebagai warga negara untuk memilih dan dipilih. Sebab tanpa sosialisasi yang gencar, ia yakin partisipasi pemilih tidak akan pernah naik.
COO RPG Divre Padang Sutan Zaili Asril menyebutkan, kondisi Pemilu sekarang jauh berbeda dibandingkan dengan Pemilu yang sudah dilakukan. Apalagi kalau dibandingkan dengan Pemilu 1955, “menurut saya, Pemilu 1955 itulah yang terbaik hingga sekarang,” kata wartawan senior yang belum lama ini meluncurkan lima novel sekaligus.
Sutan Zaili Asril menyebutkan, caleg yang ikut pada Pemilu 1955 berbeda dengan caleg yang ikut Pemilu sekarang. Para caleg yang ikut Pemilu 1955 adalah para tokoh yang sudah sangat dikenal dan kemampuan mereka sudah teruji. Sedangkan mereka yang ikut Pemilu sekarang, sebagian besar justru mereka sendiri yang menyorong-nyorongkan dirinya. Ketika ikut Pemilu, nyaris tak ada yang mengenal mereka.
“Setelah terpilih, mereka justru menjumpai rakyat daerah lain yang tak ada hubungannya dengan daerah yang diwakilinya,” kata Zaili Asril.
Ketua KPU Sumbar Amnasmen menyatakan, KPU sudah berupaya maksimal melakukan sosialisasi guna meningkatkan partisipasi pemilih, termasuk dengan menjangkau pemilih pemula. kesulitan yang dihadapi KPU saat ini adalah masalah yang dihadapi KPU adalah persoalan geografi Sumbar.
"Ada daerah yang sulit dijangkau, sehingga sosialisasi yang kita lakukan sedikit terhambat. Namun KPU tetap berupaya maksimal agar pertisipasi masyarakat makin meningkat di pemilu mendatang," katanya.
Ketua Forum Editor Sumbar Heranof Firdaus berpendapat, untuk meningkatkan partisipasi itu, semua element agar mengajak masyarakat menjadikan pemilu sebagai pestanya kita semua. "Jangan hanya pesta bagi segelintir saja, sehingga masyarakat sadar akan hak pilihnya untuk masa depan bangsa ini," katanya.
Beberapa parpol mulai dari Demokrat yang diwakili Arkardius, Golkar diwakili Yulman Hadi, PAN diwakili Guspardi Gaus dan Nasdem diwakili Marhadi mengaku siap menghadapi Pemilu 2014 mendatang. Mereka yakin dengan para caleg yang mereka calonkan akan meraih suara dan simpati masyarakat.*








No comments:

Ruang Buku Karya Dosen Unand

   Suatu ketika, saat podcast dengan Pak Ir  Insannul Kamil , M.Eng, Ph.D , WR III Unand. Kata beliau, Jangan Mengaku Mahasiswa jika tak B...