09 May 2021

Tulisan Paragonian Bisa Jadi Ambassador-nya Perusahaan

 Oleh: Firdaus Abie

 


Tulisan Rita Arin, Paragonian (sebutan untuk karyawan PT Paragon Technology and Innovation) asal Depok, yang dibagikan Mas Aqua Dwipayana, pada Komunikasi Jari Tangan, Sabtu (8/5/2021) kemarin, berjudul;  Jika Sudah Menjadi Muslim, jangan Sia-sia..., selain mengalir dan turut mengaduk-aduk perasaan kita disaat membacanya, seakan memberi “penanda” ternyata di lingkungan Paragonian ada yang memiliki bakat atau potensi menulis.

Jika dihubungkan dengan usulan Mas Aqua kepada Pak Salman, Chief Executive Officer (CEO) PT Paragon Technology and Innovation, seperti ditulis Mas Aqua pada tulisan berjudul; Kekagetan Salman, Kebahagiaan Zensa, serta pengakuan Pak Salman, senang pada teman-teman yang mempunyai kemampuan menulis karena bisa menyampaikan berbagai pemikirannya lewat tulisan, maka sangatlah klop.

Tanpa bermaksud melebih-lebihkan, saya sedikit banyak mengetahui  proses penulisan yang dilakukan Rita Arin, yang sehari-hari saya sapa dengan panggilan Hajjah Arin. Saya mengenalnya ketika kami sama-sama memperoleh kesempatan umrah dari  PT Paragon Technology and Innovation. Saya, Hajjah Arin dan 36 jamaah lainnya berangkat ke Tanah Suci, Rabu (15/1/2020).

“Pintu Masuk” saya dan Hajjah Arin mendapatkan perjalanan ibadah ini, sangat berbeda. Hajjah Arin memperolehnya karena Ia  menjadi karyawan PT Paragon Technology and Innovation sudah lebih dari tujuh tahun. Dari ketentuan perusahaan, setiap karyawan yang bekerja lebih dari tujuh tahun, akan diberangkatkan umrah dengan biaya ditanggung penuh oleh perusahaan. Tak ada perbedaan fasilitas apa pun, sekalipun posisi dan jabatan berbeda. 

Ketika saya menuju pabrik bersama Suyunus Rizki Ekananda (wartawan Koran Jakarta), Juhri Samanery (SCTV - Indosiar di Maluku), sesaat sebelum berangkat ke Tanah Suci, driver yang membawa kami, Pak Manan, bercerita. Ia sudah memperoleh kesempatan tersebut pada keberangkatan pertama, tahun 2017. Saat itu, di antara jamaah ada Buk Nurhayati, Pak Subakat Hadi serta anak-anak beliau yang bekerja di perusahan tersebut. Beliau mendapatkan fasilitas yang sama dengan karyawan dalam kloter tersebut.

Saya memperoleh “Pintu Masuk” berbeda, karena saya bukan karyawan PT Paragon Technology and Innovation. Minggu pertama November 2020, selepas Salat Magrib, saya ditelpon Mas Aqua. Beliau mengajak saya untuk melaksanakan umrah, antara Desember 2020 atau Januari 2021. Saya tertegun. Mendadak sekali.

“Jangan pikirkan soal biaya. Tapi siapkan saja diri untuk melaksanakan ibadah di Tanah Suci,” kata Mas Aqua, ketika itu.

Beliau kemudian menyebutkan, dirinya memperoleh lima tiket dari Buk Nurhayati untuk berangkat umrah bersama sekitar 500 karyawan perusahaan kosmetik terkenal tersebut. Salah satu produk populernya, Wardah. Semua biaya ditanggung perusahaan.

“Tidak harus buat laporan perjalanannya,” Mas Aqua melanjutkan.

Penjelasan ini sangat dimaklumi, sebab Mas Aqua yang pernah menjadi wartawan Jawa Pos tentu paham apa yang ada dalam pikiran saya ketika itu. Selama ini, jika ada sebuah lembaga, institusi membawa wartawan dalam sebuah perjalanan, biasanya akan diikuti dengan “kewajiban” menuliskan laporan perjalanan tersebut.

Saya akhirnya berada di Kloter 14 (dari 16 kloter jamaah yang diberangkatkan PT Paragon Technology and Innovation). Selain saya, ada dua wartawan lain, Suyunus Rizki Ekananda, Juhri Samanery. Dua wartawan lainnya,  Erwin Kustiman (Pikiran Rakyat Bandung),   Djoko Heru Setiyawan (Jawa Pos Radar Bali Denpasar) berada di Kloter 13.  

Setelah sampai di Padang, saya tetap saja menulis walau tak ada kewajiban, seperti disampaikan Mas Aqua. Saya mencicil tulisan satu persatu. Rangkaian perjalanan umrah tersebut saya tulis secara bersambung. Semuanya  sembilan tulisan dalam bentuk feature. Tulisan tersebut dimuat di Harian Umum Rakyat Sumbar, di online www.rakyatsumbar.id, juga di blog pribadi saya, www.cincinkelopakmawar.spot.com.

Tulisan tersebut juga saya kirimkan ke WA Grup Kloter 14, grup jamaah yang satu kloter ke Tanah Suci. Sampai kini, grup tersebut masih aktif sebagai sarana berbagi informasi dan silaturrahmi kami. (Ketika 15 Januari 2021, kami menyempatkan pertemuan virtual melalui zoom. Kostum wajibnya; batik saat umrah, atau minimal pakai slayer biru merek Paragon yang dipakai sebagai penanda jamaah dari Paragon, ketika umrah tahun lalu. Hahahaha….)

Belakangan Hj Arin mengirimkan pesan secara pribadi kepada saya. Katanya, membaca tulisan yang saya bagikan di grup. Ingin pula Ia menulis. Ada kisah perjalanan hidupnya yang ingin ditulis, “tapi saya tak bisa menulis,” katanya.

Lalu, saya berikan tips sederhana bagaimana menulisnya. Mulai saja dari apa yang ingin disampaikan. Ia kemudian menyampaikan keraguannya. Saya katakan, menulis tidak sesulit yang dibayangkan. Tulis saja dulu.

“Saya akan coba,” katanya. Ada optimistis disampaikannya.

Besoknya, saya tanya Hj Arin.

“Sedikit lagi, Pak,” katanya sambil meminta tambahan waktu.

Sesuai janjinya, saya tagih lagi. Ia kemudian mengirimkan naskahnya melalui Japri WA.

“Malu saya, Pak. Tulisan saya jelek,” katanya.

Setelah saya  baca, saya hubungi beliau. Saya katakan, saya kurang yakin kalau sebelumnya Ia tak pernah menulis, sebab materi yang disampaikannya sangat runut. Ia melukiskan dengan sangat jelas. Modal dasar menulisnya sudah besar.

Kendati demikian, saya minta izin padanya untuk membenahi sedikit kaidah penulisan yang tepat. Ketika itu, sekali pun secara materi tidak ada masalah dari tulisan tersebut, namun ada beberapa bagian yang perlu disesuaikan dengan kata baku, kalimat yang tepat mau pun tanda baca yang sesuai. Ia mengizinkan.

Setelah selesai dan Ia baca ulang, akhirnya tulisan tersebut tuntas. Saya minta izin kepadanya agar tulisan tersebut saya muat di Harian Umum Rakyat Sumbar, Jumat 7 Februari 2020. Tulisan tersebut kemudian saya muat juga di online www.rakyatsumbar.id, pada laman https://rakyatsumbar.id/jika-sudah-menjadi-muslim-jangan-sia-sia/ selain itu, saya juga posting di blog pribadi saya; http://cincinkelopakmawar.blogspot.com/2020/02/jika-sudah-menjadi-muslim-jangan-sia-sia.html

Lama tak berkomunikasi, tiba-tiba ia memposting link sebuah blog pribadi pada grup WA Kloter 14. Link tersebut berisi tulisannya berjudul; Jika Sudah Menjadi Muslim Jangan Sia-sia. Blog tersebut merupakan blog pribadinya, https://ritaarien.blogspot.com/2020/06/kisahku-menjadi-muslim.html

“Saya sudah punya blog, Pak” katanya, ketika saya tanya.

Disaat menulis tulisan ini, saya sempatkan berkunjung kembali ke blognya. Kendati Ia belum rutin menulis, namun selain tulisan tentang kisah hidupnya, tulisan  lain masih terkait dengan aktivitasnya sebagai Paragonian. Di antaranya Ia menulis tentang Love Eye Make Up, menggunakan produk Wardah. Ada juga tips yang diberikannya bagaimana menggunakan Skin Care dimasa Pandemi Covid-19 dengan produk Wardah, dan beberapa tulisan lainnya.

Kembali kepada usulan agar Paragonian diberi ruang untuk menulis, sangatlah bijak dan hebat. Kemampuan tulisan yang dimiliki tersebut tak hanya bisa disalurkan kepada media mitra PT Paragon Technology and Innovation, tetapi Paragonian sekaligus menjadi Ambassador-nya perusahaan dalam mengabarkan informasi-informasi detail dan teknis yang tak terjangkau oleh media. *

No comments:

Ruang Buku Karya Dosen Unand

   Suatu ketika, saat podcast dengan Pak Ir  Insannul Kamil , M.Eng, Ph.D , WR III Unand. Kata beliau, Jangan Mengaku Mahasiswa jika tak B...