13 February 2021

Selalulah Hasilkan Karya Menginspirasi

Pesan Mas Aqua Dwipayana:


Alhamdulillah. Akhirnya, impian lama saya, dapat direalisasikan. Bagi saya, momentumnya, sangat penting. Bertepatan dengan peringatan Hari Pers Nasional, tahun 2021. Impian ini, tak lepas dari motivasi yang sering “cambukkan’ Aqua Dwipayana kepada saya. Sehari-hari saya menyapanya dengan panggilan Mas Aqua.

“Selalulah berkarya dengan karya-karya yang menginspirasi banyak orang,” kata Aqua Dwipayana, motivator Indonesia yang terkenal dengan “The Power of Silaturrahmi”-nya.

Beberapa tahun silam, saya mempersiapkan sebuah buku jurnalistik. Kehadiran buku tersebut, sebagai “sumbangan” pikiran  saya terhadap dunia yang sudah saya geluti sejak tamat SMA. Ide buku itu disampaikan salah seorang Dosen Pembimbing Skripsi S.1 saya Dr Sumartono Mulyodihardjo. Ketika itu, beliau sudah menjadi Dekan Fisipol Universitas Ekasakti – Padang. 

Setelah bukunya saya susun, saya himpun data, kemudian saya tulis, lalu siapkan secara cermat.  Ketika bukunya 80 persen jadi, saya kabarkan kepada Mas Aqua Dwipayana tentang apa yang saya rencanakan. Beliau ternyata merespon dan memberikan dukungan penuh.

“Ayo, cepat selesaikan bukunya. Buku tersebut pasti sangat berguna bagi mahasiswa dan calon wartawan,” katanya justru bersemangat.

Ketika saya memberanikan diri meminta Mas Aqua Dwipaya memberikan Kata Pengantar, beliau meresponnya dengan rendah hati. Saya tetap meminta sehingga akhirnya beliau bersedia.

Pesan yang disampaikannya pada Kata Pengantas, sangat menginspirasi dan menambah motivasi saya;

Pada toko-toko buku di Eropa dan Amerika Serikat, rak-rak “Best Seller” didominasi buku-buku karya para jurnalis atau wartawan. Buku tulisan wartawan bahkan terkesan diposisikan sebagai karya bergengsi dan punya nilai jual tinggi. Ada label wartawan yang dilekatkan dengan nama penulisnya dan eksplisit tertulis di sampul depan atau belakang. Kenyataan berlawanan kita temukan di toko-toko buku di Tanah Air.

Melihat kondisi “miris” seperti itu, setiap bertemu dengan rekan-rekan wartawan, saya tidak bosan-bosannya mendorong mereka untuk menulis buku. Wartawan tentu telah memiliki syarat material untuk menulis buku. Soal tulis-menulis, bagi wartawan itu sudah menjadi menu sehari-hari. Dalam menjalankan tugas-tugas jurnalistik, para wartawan tentu juga mendapatkan banyak sekali bahan berupa data dan informasi. Bahan yang melimpah itu sudah pasti tidak semua terpublikasi di media tempat mereka bekerja.

Bahkan dapat dikatakan yang terpublikasi itu hanya sebagian kecil dari data dan informasi yang didapatkan para wartawan dari lapangan atau kegiatan liputan. Tidak jarang, yang dapat dimunculkan di pemberitaan pun hanya menyangkut angle tertentu. Hal itu karena media memiliki keterbatasan ruang dan waktu.

Media cetak dibatasi jumlah baris, kolom, dan halaman, sedangkan media elektronik seperti radio dan televisi dibatasi durasi siaran atau tayang. Pilihan kebijakan redaksi juga menjadikan banyak data, informasi, dan pengetahuan yang dibutuhkan publik tidak tertampung di berita-berita media massa.  

Sayang sekali seandainya bahan-bahan yang penting dan menarik bagi publik itu hanya tersimpan di block notes atau file rekaman para wartawan. Data dan informasi penting dan menarik akan lebih bermanfaat jika dituangkan menjadi buku. Dan untuk melakukan itu, hanya cukup satu syarat yang harus dipenuhi rekan-rekan wartawan, yakni kemauan menuangkannya.

Media Pembelajaran

Karena itu, saya bersuka cita dan mendukung ketika Firdaus Abie  mengabarkan siap meluncurkan buku  Logika Bahasa Berita (Kritik Atas Penggunaan Bahasa dalam Kegiatan Jurnalistik),  saya pun langsung menyanggupi ketika dia meminta saya menulis kata pengantar untuk buku ini. Ini sebagai bentuk dukungan dan apresiasi saya terhadap upaya Firdaus Abie menulis dan menerbitkan buku.

Saya telah belasan tahun mengenal Firdaus Firdaus Abie. Kami saling terikat secara emosional oleh jejaring tali-temali Grup Jawa Pos. Saya pernah berkarir beberapa tahun sebagai wartawan di koran Grup Jawa Pos. Firdaus Firdaus Abie tergolong wartawan berdaya juang tinggi, gigih dan ulet. Dia meniti karir jurnalistik dari bawah mulai sebagai reporter hingga Pemimpin Redaksi.  Ia  punya pengalaman sangat luas dan jam terbang yang tinggi di dunia jurnalistik.

Firdaus Abie produktif menulis sejak urang awak ini duduk di bangku sekolah menengah atas. Hanya, selama ini dia “terlalu” fokus melahirkan berbagai tulisan produk media massa. Tulisan-tulisannya tidak hanya terbatas pada laporan atau sorotan jurnalistik tetapi juga karya satra, seperti cerita pendek (Cerpen) dan novel.


Kini impian tersebut telah terealisasi. Semoga buku ini dapat bernilai dan bermanfaat bagi banyak orang, khususnya mahasiswa komunikasi, atau calon wartawan atau wartawan muda.

Terima kasih Mas Aqua Dwipayana!

 

Salam, Firdaus Abie




No comments:

Ruang Buku Karya Dosen Unand

   Suatu ketika, saat podcast dengan Pak Ir  Insannul Kamil , M.Eng, Ph.D , WR III Unand. Kata beliau, Jangan Mengaku Mahasiswa jika tak B...