28 May 2018

Kami Bersaudara, Terpisah Lama




Rindu itu membuncah. Sekali tekan, menjalar liar entah kemana. Menembus beribu-ribu kilometer. Tak cukup sepekan, detaknya terus bergerak. Semakin cepat. Lumbung pun terus terisi. Satu persatu nama tersangkut di tangan admin.
“Kita harus bertemu..”
“Kapan?”
“Terserah, kapan saja”
“Ya, kapan saja”
“Secepatnya..”
“Ya, secepatnya!”
“Lebih cepat, lebih baik”
“Dimana?”
“Dimana saja”
“Terserah..”
Menunggu ada yang bergerak, tak ada yang menggerakkan. Tak ada yang berinisiatif. Sama-sama menunggu, tapi tangan-tangan lembut, tangan-tangan kasar, terus saja mengirimkan kabar. Kapan kita berkumpul? Tak jua terkumpulkan. Selalu begitu.
Menjelang malam, ada kabar duka.
“Mohon doanya, semoga isteriku diterima di sisi Allah SWT,”
Pesan itu bergulir. Satu persatu menyahuti. Di sela-sela hujan malam itu, pesan untuk datang membezuk pun disampaikan. Satu persatu mengiyakan.
Pagi, satu persatu datang ke rumah duka. Selepas memberikan doa untuk jenazah,  menemui keluarga, dan mensalatkan jenazah, ada respon positif  satu sama lain. Semua saling berjabat tangan. Memperkenalkan diri.  
Perkenalan diri dalam bingung. Tangan berjabat erat, kening berkerut. Mengingat sesuatu. Pikiran melayang ke masa lalu. Masa dimana tangan-tangan itu dulu pernah saling dekat. Pernah saling pukul, pernah saling sapa, pernah saling melambaikan ke tangan-tangan lain. Itulah mulanya.
Melihat ke belakang, sebenarnya pemilik tangan-tangan itu pernah bersama dalam kurun waktu tiga tahun. Ada yang kemudian bersambug tiga tahun lagi, tapi sebahagian besar terpisah karena kenyataan hidup yang berbeda. Ada juga yang pergi meninggalkan kota ini.
Kini, setelah 30 tahun pemilik tangan-tangan itu terpisah, mereka bertemu kembali. Bertemu dalam suasana yang berbeda. Tidak lagi anak-anak berseragam putih biru, bercelana pendek, menggunakan rok selutut. Ada juga diantaranya sedikit di atas lutut. Tidak lagi anak-anak culun, tidak lagi “cinok baruak” yang bebas bergerak sekehendak hatinya.
Dulu, pemilik tangan itu masih anak-anak. Sekarang mereka juga sudah punya anak. Ada juga yang anaknya sudah memiliki anak pula. Semuanya sudah berkepala empat. Sudah beruban. Beberapa orang diantaranya sudah ada pula yang meninggal dunia. Innalillahi wainna illaihirojiun..
Di usia yang tak muda lagi, mereka masih merangkai rindu. Rindu pada persahabatan masa lalu. Rindu untuk tetap bisa bersatu, bersama dalam mengisi hari-hari ke depan. Bagi kami, persahabatan yang dibina sejak 1985, lalu meninggalkan SMP Negeri 11 Padang ditahun 1988, dan terpisah dalam rentang waktu yang panjang hingga 30 tahun sekarang, harus tetap dijalin kembali.
Persahabatan masa lalu, teman kecil, hakikinya menjadi sahabat sejati. Sahabat dan saudara!* [Firdaus Abie]

No comments:

Ruang Buku Karya Dosen Unand

   Suatu ketika, saat podcast dengan Pak Ir  Insannul Kamil , M.Eng, Ph.D , WR III Unand. Kata beliau, Jangan Mengaku Mahasiswa jika tak B...