26 January 2018

19 Tahun, Padang Ekspres Terus Menginspirasi

Tak terasa, 19 Tahun Padang Ekspres. Banyak kenangan tercecer. Empat kali berpindah kantor. Berawal dari dua kantor di Jl S Parman - depan Taman Makam Pahlawan, Lolong, Lalu pindah ke Jl Veteran dan Jl Proklamasi. Gempa dahsyat yang mengguncang Sumbar, tahun 2009, memaksa pindah ke kawasan Pisang By Pass. Akhirnya baru benar-benar menempati kantor sendiri; Graha Pena Padang, di Jl Adinegoro.

Tanpa disadari, tempat-tempat Padang Ekspres berkantor, ternyata senantiasa berhubungan dengan pahlawan. Kantor yang sendiri yang ditempati sejak 2011, justru berada di jalan yang namanya diambil dari nama tokoh pers Nasional asal Sumatera Barat, Adinegoro. Ruangan rapat utama di kantor tersebut, memakai nama sosok pejuang pers tersebut; Adinegoro Room.

Sepekan selepas lebaran, tepatnya 25 Januari 1999, sebuah koran harian baru hadir di Sumbar. Harian Pagi Padang Ekspres, memiliki motto Koran Nasional dari Sumatera Barat.  Kehadirannya memperkaya sumber bacaan masyarakat Sumbar, mendampingi surat kabar harian yang sudah ada sebelumnya; Haluan, Singgalang dan Semangat Baru.

Semangat Baru merupakan perubahan nama dari Harian Semangat. Dalam perjalanan sejarahnya, Harian Semangat telah melalui perjalanan panjang. Memiliki banyak nama sebelum menjadi Harian Semangat. Cikal bakalnya Aman Makmur, Tri Ubaya Cakti, Angkatan Bersenjata edisi Padang dan kemudian berganti nama jadi Semangat.

Diawal “berlayar”-nya Padang Ekspres, koran ini diawaki 20 orang personil. Pimpinan Umum dijabat Amril Noor, Pemimpin Redaksi H Sofyan Syamsir, Pemimpin Perusahaan Sutan Zaili Asril. Dua nama pertama berasal dari Riau Pos, sedangkan Zaili Asril yang sedang mengelola perusahaan sendiri, Majalah Madani di Pekanbaru, diajak pulang untuk mengabdi ke kampung halaman oleh Chairman Riau Pos Group Rida K Liamsi. Keduanya sudah berkawan lama.

Selain tiga orang tersebut, ada Jayusdi Effendi, koordinator Riau Pos di Sumbar. Ia langsung ditetapkan jadi Redaktur Pelaksana. Personil Riau Pos di  Sumbar lainnya, Munazlen (Padang), Harmen (Agam), Nasrul Tanjung (Bukittinggi). Pasukan terbesar berasal dari personil Harian Semangat, yang mengundurkan diri pascagagalnya kerjasama Harian Semangat dengan Riau Pos, setelah penjajakan kerjasama berlangsung Juni-Desember 1998. Di antaranya Wiztian Yoetri, Firdaus, Ahmad Zubeir, Erisman,  Oktaveri, Yenizar, Erna, Jalius Bahri, Sapto Raharjo, Syairul Arifin, Zetrizal, Yanti, Zubier Effendi.

Ketika koran tersebut terbit, personil daerah diisi para “alumni” Semangat. Mereka terdiri dari Tafdil (Pasaman), M.Siebert (Payakumbuh/Limapuluh Kota), Mustafa Akmal (Tanahdatar), Jayusman (Padangpanjang), Romayzar (Solok), Herry (Sawahlunto), Ali Imran (Sijunjung). 

Dari personil tersebut, saat ini hanya tinggal Ahmad Zubeir, Firdaus dan Yenizar yang masih berada di Padang Ekspres Group. Ahmad Zubeir masih di Padang Ekspres, Firdaus di Harian Umum Rakyat Sumbar, Yenizar di percetakan Padang Graindo. Ada yang sudah pensiun, mengundurkan diri dan ada yang sudah meninggal dunia.

Menariknya, sekali pun tak ada lagi kerjasama Semangat dengan Riau Pos Group, namun dua perusahaan media; Semangat dan Padang Ekspres menjalani aktivitas operasional di gedung yang sama. Sebuah ruko berlantai dua di kawasan Lolong, persis di depan Taman Makam Pahlawan. Dua lantai tersebut dibagi. Tim redaksi ke dua koran tersebut berada di lantai dua, sedangkan usaha Semangat di kantor Semangat di Jl Imam Bonjol, Padang.

Awal perjalanan Padang Ekspres harus dilalui dengan perjuangan berat. Ketika itu, koran ini belum memiliki mesin cetak. Proses cetak dilakukan di percetakan Riau Graindo, Pekanbaru. Firdaus ditunjuk sebagai penanggungjawab proses Padang Ekspres di Pekanbaru. Ia didampingi personil yang secara bergiliran ditugaskan dari Padang, di antaranya Oktaveri, Erisman, Ahmad Zubeir, Jalius Bahri, Sapto Raharjo dan Syairul Arifin.

Proses berikutnya, akhirnya mesin cetak pun beroperasi di Padang. Menyewa gudang PLN di kawasan Kotobaru – Banuaran, mesin cetak Padang Graindo  untuk mencetak koran Padang Ekspres dan Posmetro Padang dioperasionalkan pada 25 Juli 1999. Peresmiannya dilakukan Walikota Padang (ketika itu) Zuiyen Rais, menjelang dinihari.

“Sudah lama saya tak mendengar bunyi mesin cetak,  aroma kertas koran dan tinta,” kata Zuiyen Rais, ketika itu. Ia tak bercanda, sebab pernah lama menjadi wartawan di koran Aman Makmur dan sekaligus mengantarkannya menjadi Ketua PWI Cabang Sumbar.

Percetakan tersebut menjadi anak perusahaan pertama Padang Ekspres Group. Diawal kehadirannya, percetakan Padang Graindo dipimpin oleh Edy Takur, lalu berturut-turut Marah Suryanto, Jayusdi Effendi, Syukron Putra dan kini dikomandoi Rita Arianti.

Tak lama setelah ulang tahun pertama, Amril Noor ditarik kembali ke kantor pusat Riau Pos di Pekanbaru. Momentum ulang tahun ini sangat meriah. Resepsi ulang berlangsung di sebuah hotel di Padang. Konser terbuka menghadirkan Kla Project serta Jalan Sehat yang kemudian menjadi icon Padang Ekspres Group.

Amril Noor, putra Batusangka, kembali ke Pekanbaru. Posisi yang ditinggalkannya ditempati Zaili Asril. Pemimpin Perusahaan dipercayakan kepada Marah Suryanto, putra Parakgadang-Padang, yang sekaligus diberi amanah ganda untuk menerbitkan Posmetro Padang. Koran bersegmentasi hukum dan kriminal tersebut akhirnya diluncurkan April 2001, saat berkantor di sebuah ruko di Jl Veteran Padang. Marah Suryanto diback up wartawan senior Jayusdi Effendi sebagai Pemimpin Redaksi. Setelah Marah Suryanto, jabatan Pemimpin Umum di Posmetro Padang dijabat Sutan Zaili Asril, Wiztian Yoetri, Syukri Umar, Sulaiman Tanjung dan sekarang Syukron Putra. Sedangkan setelah Jayusdi Effendi, Pemimpin Redaksi dipercayakan kepada Oktaveri, Yulius Putra, Syukri Umar, Montosori, Sulaiman Tanjung, dan kini Reviandi.

Pada momentum ulang tahun ke dua, di tahun 2001, Padang Ekspres menggelar kejuaraan voli antar klub se Sumatera – Jawa. Meski tak membebani top organisasi olahraganya, namun dukungan tak kunjung diberikan Pengda (kini, Pengprov) PBVSI Sumbar ketika itu. Kejuaraan tetap berlangsung. Tim putri Palalawan (Riau) dan putra Dishub Jakarta, tampil sebagai juara. Mereka berhak atas piala dan uang pembinaan.

Berlahan dan pasti, kedua perusahaan ini terus berkembang. Tahun 2002, Padang Ekspres dan Posmetro Padang pindah ke Jl Proklamasi Tarandam. Kantor sebelumnya tak memadai lagi untuk ditempati. Pertumbuhan Padang Ekspres tergolong sangat pesat. Berlahan dan pasti dapat bersanding dengan koran harian yang sudah lebih dahulu ada di Sumbar.

Diawal langkah membaik ini pula, suara miring terhadap pertumbuhan Padang Ekspres yang sangat pesat pun berhembus. Pertumbuhan dan perkembangan membaik itu, dipandang sekelompok orang bukan karena kerja keras dan kesungguhan awak media ini, tetapi justru karena faktor X, yang sesungguhnya tak pernah ada.

Tuduhan buruk itu, akhirnya bermuara kepada sikap manajemen. Sosok yang menyudutkan tersebut, yang juga seorang wakil rakyat di DPRD Sumbar, dituntut untuk membuktikan. Akhirnya, ia menyerah. Ia tak bisa membuktikan. Tuduhannya tak berdasar.

Capaian yang didapatkan Padang Ekspres pada awal kehadirannya, tak lepas dari terobosan-terobosan yang dilakukan. Koran ini tak hanya sekadar menjual koran, mendapatkan iklan, dan menjadi sumber informasi, tetapi juga mengembangkan diri dengan menghadirkan event organizer, mendorong pengembangan dunia usaha, memberikan motivasi kepada berbagai lini untuk bisa mengembangkan diri.

Pergantian pemimpin redaksi yang sering dilakukan, ditujukan untuk menjaga stabilitas keredaksian dan menumbuhkembangkan regenerasi. Setelah Sofyan Syamsir, ada Khazaini KS, Sutrianto, Wiztian Yoetry, Oktaveri, Firdaus, Montosori, Sukri Umar, Nashrian Bahzein dan saat ini redaksi dinahkodai Herry Sugiarto, generasi yang bergabung di Padang Ekspres, tahun 2006. 

Di puncak pimpinan operasional, setelah Amril Noor dan Sutan Zaili Asril, nahkoda Padang Ekspres dikomandoi Marah Suryanto, sejak 2009 hingga 2016. Januari 2017, Marah Suryanto digantikan Sulaiman Tanjung. Kepemimpinan Sulaiman Tanjung tak bertahan lama, kurang dari dua bulan, “tongkat komando” kembali diserahkan pimpinan puncak manajemen kepada Marah Suryanto, sampai kini.

Di tahun 2007, Padang Ekspres kembali menghadirkan usaha baru. Kelahiran Padang TV justru dibidani orang-orang koran. Sebelas orang dari Padang Ekspres, dua orang dari Posmetro Padang, memperoleh amanah untuk memulai Padang TV.  Firdaus menjadi project officer persiapan Padang TV, lalu personil lain di antaranya Dody Ardiansyah, Two Effly, Abdullah Khusairi, Hery Sugiarto, Defri Mulyadi, Syam Chaniago, Firman Wan Ipin, Yoffi Newey, Fathan Zulfan, Erisman, Budi Syahrial dan Deva Nurindah Sari.

Pelatihan di RTV Pekanbaru, berbuah manis. Sekali pun pelatihannya singkat, hanya sepekan, namun sekembali dari Bumi Lancang Kuning, persiapan demi persiapan pun dilakukan. Dorongan yang kuat dari duet pimpinan di Padang Ekspres Group ketika itu; Marah Suryanto dan Zaili Asril, menjadi motor penggerak percepatan proses kerja tim yang dipercayakan tersebut.

Pukul 00.00 wib, 1 Maret 2007, Padang TV mengudara dalam bentuk ujicoba siaran. Diambilnya jadwal tengah malam tersebut dengan beragam pertimbangan, di antaranya untuk mengantisipasi agar tidak terganggu chanal lain. Sorenya, Padang TV kembali mengudara. Tayangan perdana yang disiarkan adalah detik-detik kebakaran Istano Pagaruyuang, di Batusangka, Tanahdatar. Video tersebut hasil rekaman Bagian Humas Pemkab Tanahdatar.

Sejak saat itu, setiap sore, Padang TV selalu rutin menjumpai penontonnya. Berbagai program pun dipersiapkan, dirancang dan ditayangkan. Konten lokal  menjadi landasan utama program acara yang ditayangkan, meski Manager Program silih berganti. Diawali Abdullah Khusairi, Firdaus, Yulius Putra, Hendri Sulaiman, Defri Mulyadi dan kini dimotori Dasrul.

Begitu pun program keredaksian. Kemasan berita tak hanya mengangkat persoalan yang tampak dipermukaan, tetapi juga mengungkapkan berbagai masalah yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Pimpinan redaksi, secara berturut diawali oleh Firdaus, Two Effly, Vinna Melwanti dan kini dipimpin Nashrian Bahzein, tetap memegang teguh prinsip-prinsip jurnalistik dan mengangkat persoalan-persoalan sosial.

Di puncak manajemen, Padang TV pernah dipimpin Sutan Zaili Asril sebagai General Manager, dan sejak 2009 hingga kini dipimpin Rita Gusveniza yang sebelumnya pernah menjadi wartawan Padang Ekspres, Manager Iklan dan Pemasaran Koran Padang Ekspres serta Manager Iklan Padang TV.

Bersamaan kehadiran Padang TV, juga dipancangkan pembangunan percetakan di lahan sendiri, di Lubukbuayo, Padang. Belum selesai percetakan tersebut, musibah gempa dahsyat melanda Sumbar. Gempa berkekuatan 8,4 SR mengguncang kota Padang, 30 September 2009.

Gedung kantor Padang Ekspres dan Posmetro di Jl Proklamasi, Padang, roboh. Tak ada pilihan lain. Harus mencari kantor baru. Akhirnya Padang Ekspres mendapatkan tempat  di kawasan Pisang, By Pass. Posmetro berkantor di Jl Raden Saleh. Padang TV di Jl Proklamasi. Percetakan Padang Graindo di Kotobaru, Banuaran. Musibah itu ternyata membawa hikmah tersendiri. Manajemen berpikir keras untuk menyatukan kembali empat perusahaan yang terpencar. Impian tersebut baru terwujud di tahun 2011.

Senin, 1 Juni 2010. Padang Ekspres kembali “menetaskan” usaha baru. Suplemen Rakyat Sumbar Utara, yang sejak April 2010 merupakan lembaran khusus Padang Ekspres, diterbitkan terpisah dan menjadi sebuah koran tersendiri. Berkonsep sebagai koran satelit dengan wilayah edar Padangpanjang, Tanahdatar, Payakumbuh, Limapuluh Kota, Agam, Pasaman, Pasaman Barat dan Bukittinggi sebagai kota bermukimnya kantor pusat.

Segmentasi koran ini lebih dititikberatkan pada berita-berita perkotaan, pedesaan dan persoalan sosial kemasyaratan dan fasilitas umum. Tapi tuntutan di lapangan berbeda dengan kenyataan. Diam-diam ada permintaan di daerah lain, diawali oleh Solok, Padangpariaman dan Dharmasraya serta Sawahlunto. Permintaan itu tak bisa ditolak, sehingga pada Oktober 2011, dilakukan penyesuaian nama menjadi Harian Umum Rakyat Sumbar.

Sejak koran ini hadir hingga kini, Firdaus diamanahkan menjadi General Manager. Pemimpin redaksi sudah bergonta-ganti. Awalnya Harmen, lalu  dirangkap Firdaus, Yulius Putra, Hendra Effison dan sejak Januari 2017 dijabat Revdi Iwan Syahputra.

Disaat online terus mendesak koran, ketiga koran di bawah panji-panji grup Jawa Pos yang ada di Padang, terus bergerak dinamis. Pada tahun buku 2017, ketiga koran, satu tv dan satu percetakan, masih bisa tumbuh. Pertumbuhan itu sangat signifikan jika dibandingkan tahun sebelumnya.

Bukti nyata, semuanya masih bisa menunaikan kewajiban terhadap karyawan, termasuk memberikan bonus tahunan. Padang Ekspres masih bisa membayarkan bonus tahunan untuk empat bulan gaji, diluar gaji bulanan plus THR.

Hari ini, 25 Januari 2018, atau tepat 19 tahun usianya, di bawah kepemimpinan Marah Suryanto, sang General Manager, Padang Ekspres terus menginspirasi dan mendorong kemajuan daerah. *


No comments:

Ruang Buku Karya Dosen Unand

   Suatu ketika, saat podcast dengan Pak Ir  Insannul Kamil , M.Eng, Ph.D , WR III Unand. Kata beliau, Jangan Mengaku Mahasiswa jika tak B...