Oleh: Firdaus Abie
Dulu. Dulu sekali. Ketika aku masih SD. Pergi dan pulang sekolah
berjalan kaki. Jarak dari rumah ke sekolah, sekitar 1 KM. Sepanjang perjalanan
itu, seperti ada chek poin tersendiri. Terkadang mampir di beberapa chek poin,
sekaligus menyinggahi teman.
Chek poin untuk pergi ke sekolah,
biasanya mampir di Komplek Pemda. Jika pulang, ada kalanya mampir dulu ke
Komplek Unand, lalu bisa juga singgah di Komplek Pemda, atau dari Komplek Unand
langsung pulang.
Jamaknya saat itu, anak sekolahan
pergi dan pulang berjalan kaki. Jika di perjalanan kami menemukan becak barang
yang kosong, kami minta izin untuk menumpang. Biasanya diizinkan.
Perjalanan terjauh kami ke
sekolah, ketika di kelas III, kami harus “mengungsi” ke SD di Gurun Laweh.
Ketika itu, sekolah kami dipugar. Semula kami menempati sekolah dengan bangunan
tua, kemudian diganti jadi sekolah permanen sesuai zamannya.
Di sekolah itu, sebenarnya ada
dua SD. Sekolah kami pindah ke Gurun Laweh, sekolah yang lain ke SD Inpres
Lubeg. Tapi sekolah di Gurun Laweh tak lama, mungkin penyebabnya, anak-anak
sekolah kami sering berkelahi dengan anak-anak setempat. Lalu kami pindah ke SD
Kotopanjang.
Satu hal yang membuat kami
bersemangat pergi sekolah bersama, konon ada di antara kami yang “dijodohkan”
satu sama lain oleh kawan-kawan yang lain. Tak tahu apa kriteria “perjodohan”
tersebut, tetapi kami asyik-asyik saja.
Selama enam tahun selalu seiring
sejalan, tak ada pertengkaran sama sekali. Sampai kini, setelah 34 tahun
berlalu, rasanya kebersamaan itu masih seperti kemarin. Kami sama-sama saling
merindu. *
No comments:
Post a Comment