30 November 2015

Pesta Demokrasi, Pesta Basa-basi?



Oleh: Firdaus*



Seorang kawan tersenyum sumbing.  Ada perasaan yang disimpannya. Katanya, ada dua persoalan mendasar yang membuatnya tersenyum sumbang itu.
Pertama, “mana para anggota dewan yang katanya terpanggil hendak membangun kampung halamannya dulu?” tanyanya. Saya agak bingung.
Ia pun kemudian membeberkan, sejak ada keputusan bahwa jika anggota dewan maju ke bursa Pilkada, maka ia harus mundur dari jabatannya. Keputusan itu membawa imbas besar, ternyata  anggota dewan yang  yang semula digadang-gadangkan akan bertarung, ternyata harus berpikir ulang, kemudian membatalkan rencana keikutaan mereka.
 “Kalau memang terpanggil, ya, berjuanglah! Kenapa justru takut melepaskan  jabatan yang ada sekarang?” tanyanya. Itu pula yang kemudian membuat kawan saya tersebut tersenyum sumbing, menyindir para wakil rakyat tersebut.
Kondisi ini bertolak belakang jika dibandingkan dengan suasana Pilkada dua atau tiga periode sebelumnya. Ketika itu, tak ada aturan yang mengatur para wakil rakyat tersebut, sehingga mereka tetap ikut “tebak-tebak buah manggis” tersebut. Jika menang, akan dapat “hadiah”, namun jika gagal, ia tetap bisa melanggang untuk duduk di kursi empuk.

23 November 2015

Pergi Membawa Hatinya yang Bersih

 Inmemoriam Osman Jang Qiray, Produser Multitalenta Padang TV:


Kebersihan hati telah mengubah segalanya
Mari gotong royong membersihkan rak
yang sudah lama tidak kita lihat dan jamah

Oleh: Firdaus - Padang

Informasi dari Firman Wan Ipin, Menejer Iklan Rakyat Sumbar, membuat saya tersentak. Awalnya saya sempat tak percaya, tapi seketika itu juga saya  meyakini infomasi tersebut.  Wan Ipin memang sering becanda, tapi  saya tahu ia tak akan pernah becanda sampai hal-hal yang keterlaluan. 
Osman Jang Qiray (baju putih) dalam sebuah kesempatan
“Sekarang jenazah masih di rumah sakit, saya bersama Imunk (Defri Mulyadi, Manager Marketting dan Produksi Padang TV) dan kawan-kawan Padang TV di rumah sakit,” katanya melanjutkan, sebelum saya sempat bertanya.
Begitu hubungan komunikasi putus, masuk telpon dari Fathan Zulfan, Kepala Departemen Kerjasama Padang TV. Saya sudah menduga apa yang akan  disampaikannya.
“Bie, prod Osman sudah duluan, jenazahnya masih di Rumah Sakit M Djamil,” katanya.
Di lingkungan Padang TV dan Padang Ekspres Group, Osman Jang Qiray memang sering disapa dengan panggilan akrab prod, singkatan dari produser, posisi yang ditempatinya.
Selang beberapa detik kemudian, hp saya kembali berdering. Kali ini, Rita Gusveniza, General Manager Padang TV, yang menghubungi. Dari balik gagang hp, saya mendengar suara tangis terisak-isak.

18 November 2015

Kembalikan ke Padang

* Porwil Sumatera, dari Padang ke Bangka Belitung:

 Catatan Firdaus



Sejarah pelaksanaan Pekan Olahraga Wilayah (Porwil) tak bisa dilepaskan dari semangat mempersatukan bangsa, terutama wilayah Sumatera dan Kalimantan Barat, yang digagas Tentara Nasional Indonesia.
Ivent ini, digagas  Pangkowilhan I (singkatan dari Panglima Komando Wilayah Pertahanan Wilayah I; ketika itu wilayahnya mencakup Sumatera dan Kalbar)  Letjen TNI Soesilo Soedarman. Gagasan itu dicetuskan pada rapat pimpinan Kowilhan I, di Medan, 8 November 1983. Rapat tersebut dihadiri para Panglima Komponen, Kapolda, Gubernur se-Sumatera/Kalbar.

Tuan Rumah

Oleh: Firdaus


Hakikat sebuah pesta, biasanya tuan rumah  mempersiapkan diri sejak awal. Langkah-langkah paling umum; menentukan jadwal, membenahi lokasi acara, mengundang dan menanti tamu, memastikan tamu tidak kecewa. Semua rangkaian tersebut saling terkait. Tidak bisa dipisahkan. Jika dipisah atau salah satu terabaikan, maka akhir dari acara yang diadakan bisa berakibat buruk.
Pada kesempatan ini, saya tak hanya akan membahas satu hal saja; membenahi lokasi acara,  agar tamu tidak kecewa. Saya memilih hal tersebut  hanya karena momentum saja.
Tidak didasarkan pada kriteria apa pun. Tidak pula tersebab peringkat apa pun. Jika menjadi tuan rumah apa pun, biasanya persoalan membenahi lokasi acara sangat mutlak. Jika tidak dibangun baru, bisa direnovasi, dicat ulang, atau minimal dibersihkan dari debu. Muara akhirnya; tamu tidak kecewa.

10 November 2015

04 November 2015

Komunikasi Gaduh

 Oleh: Firdaus*


Kalimat atas petunjuk bapak presiden…, sangat populer di masa pemerintahan Orde Baru,  terutama ketika Menteri Penerangan Republik Indonesia dijabat Harmoko.  Kalimat itu diucapkan ketika  memberikan penjelasan seputar keputusan dan kebijakan pemerintah atau melaporkan hasil rapat kabinet, antara presiden dengan para pembantunya kepada masyarakat.
Pada rabu pertama setiap bulan, selepas siaran Dunia Dalam Berita di TVRI. Ketika itu  ada program  Laporan Khusus Rapat Kabinet Terbatas.  Program tersebut dirasakan banyak orang “mengganggu” kenikmatan  menonton satu-satunya siaran televisi  ketika itu, karena materi dan formatnya acaranya tidak menarik, tapi sangat disukai ayah  saya.

Ruang Buku Karya Dosen Unand

   Suatu ketika, saat podcast dengan Pak Ir  Insannul Kamil , M.Eng, Ph.D , WR III Unand. Kata beliau, Jangan Mengaku Mahasiswa jika tak B...