Seharian Bersama Bupati Pasaman
Benny Utama (4/Habis):
Kehadiran Bupati Pasaman Benny Utama di Kecamatan
Rao Selatan, terutama di Nagari Lubuaklayang, Nagari Lansekkadok, dan Nagari
Kauman, tak hanya sekadar melepaskan kerinduan masyarakat untuk bertemu
bupatinya. Kedatangan bupati menghadirkan harapan baru bagi masyarakat. Tak
hanya itu, kehadiran sang bupati di tengah-tengah masyarakat, ternyata mampu
menyelesaikan sejumlah persoalan secara langsung. Tidak menunggu waktu lama.
Laporan:
Firdaus – Rao Selatan
Kepastian dari bupati bahwa normalisasi sungai yang
mahondoh jorong Padangunang dan
jorong Kampuangkubu yang harus segera dilaksanakan, disambut gegap-gempita
masyarakat. Kalimat syukur tak henti-hentinya meluncur dari warga. Tak sedikit
yang mengaku, seakan bermimpi begitu mendengar penjelasan bupati.
“Jika diperlukan, masyarakat kami akan turut
bergotong-royong lagi, pak,” kata Wali Nagari Lubuaklayang Ermin St Saripado.
Usai melihat kedua wilayah itu, bupati dan
rombongan menuju lokasi pembangunan jembatan Kotopanjang yang akan
menghubungkan Mapattunggul Selatan dengan Rao Selatan. Sebenarnya, sebelum
wilayah ini dimekarkan, Mapattunggul Selatan dan Rao Selatan merupakan satu
kesatuan yang utuh. Berada pada satu kecamatan. Namanya, Kecamatan Rao
Mapattunggul. Kemudian dikemekarkan menjadi Kecamatan Mapattunggul Selatan dan
Kecamatan Rao Selatan.
Wilayah Mapattunggul Selatan berada di wilayah
perbukitan. Daerah ini menghasilkan karet berkualitas baik. Dari geografis,
sebenarnya, Mapattunggul Selatan sangat dekat dengan Rao Selatan, hanya saja
dipisahkan oleh sungai yang lumayan lebar. Hubungan Mapattunggul Selatan dengan
Rao Selatan dihubungkan dengan jembatan
gantung yang hanya bisa dilalui kendaraan roda dua.
Demi membuka akses, kini sudah direncanakan
pembangunan jembatan permanen. Jembatan bernilai puluhan miliar itu memiliki
panjang 60 meter, lebar 7 meter. Prosesnya pembangunan Jembatan Kotopanjang ini
sudah selesai tender di provinsi. Jika jembatan itu selesai, maka akses Rao
Selatan ke Mapattunggul Selatan, atau sebaliknya, akan terbuka.
Di pangkal tapak jembatan yang akan dibangun,
Bupati Pasaman Benny Utama berdialog dengan masyarakat. Tak ada seremonial.
Pembicaraan pun sembari sama-sama berdiri. Benny Utama membeberkan perihal
jembatan yang cukup lebar dan panjang tersebut.
“Jembatannya sangat lebar, mencapai tujuh meter.
Itu artinya, jalan lingkungannya harus melebihi lebar jembatan tersebut,” kata
Benny Utama sembari membandingkan lebar jembatan yang akan dibangun dengan
lebar jalan saat ini.
“Jadi, jalan ko mesti ditambah tu, pak bupati?”
tanya seorang tokoh pemuda.
“Sarancaknyo, iyo baitu. Buliah lapang jalan awak,”
jawab bupati.
“Tagantuang dek mamak-mamak jo pak wali se nyo, pak
bupati,” balasnya.
“Baa mukasuiknyo tu?” tanya bupati.
“Kok kecek mamak wak jo pak wali (nagari) wak
lebaan jalan ko, kami ko ikuik se nyo, pak bupati” jawab tokoh masyarakat
lainnya.
“Baa tu, mak?” tanya bupati.
“Iyo ka awak pagadang jalan ko, sesuai jo arahan
pak bupati?” tanya salah seorang mamak nagari tersebut menimpali.
“Lah sasuai tu mah, Mak! Apo juo lai, kan ka untuak
awak-awak juo mah…” jawab masyarakat. Serempak.
Bak kata orang bijak, kok bisiak lah kadangaran. Bupati
pun tersenyum. “Kami akan segera lakukan koordinasi dan komunikasi rencana
pelebaran jalan ini, pak,” kata Wali Nagari Lubuaklayang Ermin St Saripado kepada
bupati. Semuanya pun memberikan tepuk tangan meriah. Bergemuruh.
Menariknya, pengakuan masyarakat setempat,
sebenarnya harapan masyarakat akan kehadiran jembatan itu sudah sejak lama,
“kini baru bisa terealisasikan kehadiran jembatan tersebut, setelah harapan itu
sejak lama. Sudah tujuh bupatinya,” kata tokoh masyarakat setempat.
Bupati pun kemudian melanjutkan perjalanan ke
Kantor Wali Nagari Lansekkadok. Di perjalanan, bupati tertegun pada sebuah
bangunan, “kenapa kotor dan kurang terawat?” tanya bupati ketika singgah pada
sebuah bangunan yang tak lain adalah situs perbakala berupa arca di
Padangnunang.
Dari pengelola yang merawat arca tersebut, arca
tersebut dipelihara dan dirawat oleh Balai Pelestarian Pelestarian Peninggalan
Purbakala Batusangkar. Dirinya hanya bisa melakukan perawatan harian dengan
membersihkan lingkungan arca tersebut, sedangkan untuk perawatan dalam bentuk
pengecatan di lingkungan arca, hanya bisa sekali setahun. Biasanya bulan
Oktober.
“Kondisi ini menyedihkan sekali,” kata bupati
melihat kenyataan di hadapannya, “kita harus benahi bersama-sama,” sambungnya
sembari meminta izin kepada petugas jaga arca tersebut.
“Bolehkah kami ikut membersihkan, lalu mengecat
pagar lingkungan arca ini?” tanya bupati kepada petugas tersebut. Yang ditanya
terkejut, “boleh, pak. Boleh. Tapi kami tak ada biaya sekarang. Biasanya baru bisa
pada Oktober, pak bupati,” jawabnya.
Benny Utama tersenyum, “tak apalah, pak. Kita
keroyokan saja,” katanya sembari menatap petugas tersebut, lalu juga memandang
kepada camat Rao Selatan, Kapolsek Rao Selatan serta sejumlah Wali Nagari dan
Wali Jorong.
Klop! Camat beserta stafnya akan mencarikan gundar
(penggosok) kawek (kawat), Kapolsek akan menggerahkan seluruh personilnya untuk
bergoro. Wali nagari dan wali jorong
akan menggerahkan warga dan bantuan lain ala kadarnya.
“Tinggal catnya lagi,” kata Benny Utama.
“Saya akan bantu agak dua atau tiga kaleng besar,
pak bupati,” jawab seorang pemuda, yang
belakangan diketahui bernama Jhonli, yang juga kontraktor asal Kecamatan Rao
Selatan.
*
Sesampai di Kantor Wali Nagari Lansekkadok, bupati
langsung duduk terhenyak. Pandanganya di arah ke sekeliling kantor. Juga tak
lupa menatap ke langit-langit kantor yang dilapisi triplek. Di beberapa sudut
ruangan, air masih tampak tergenang. Beberapa bagian triplek di langit-langit
kantor itu juga ada yang mengelupas dan tagebeang
(mulai rusak dan copot,---red)
“Beginilah kondisi kami, pak bupati. Jika hujan,
kantor kami kebanjiran. Atap kantor ini sudah banyak yang bolong,” kata Wali
Nagari Lansekkadok Iskandar.
Sang wali nagari kemudian menunjuk ke beberapa
bagian di kantor tersebut. Hampir seluruh plafon di langit-langit kantor itu
sudah rusak dan copot. Bekas rembesan air sangat jelas tersebut. Pada beberapa
bagian ruangan kantor tersebut, terutama ruangan utama, tempat perangkat nagari
bekerja, masih jelas terlihat genangan air.
Kantor wali nagari berukuran 6 X 9 meter itu pun
hanya terdiri dari tiga ruangan. Satu ruangan untuk wali nagari, satu ruangan
untuk sekretaris nagari, dan satu ruangan lain untuk seluruh perangkat nagari
mau pun PKK dan aktivitas nagari lainnya yang berada di ruangan yang lebih
besar dibandingkan dua ruangan terdahulu. Sekali pun demikian, ruangan itu
sudah terasa sempit lantaran selain diisi kursi tamu, juga ada sejumlah lemari
dan tujuh meja lainnya. Bangunan kantor itu tak lagi repsentatif.
Dari prasasti yang tertempel di dinding bagian
depan kantor wali nagari itu, tertera jelas kalau kantor itu dibangun dan
diresmikan pada tahun 1997. Diresmikan Menteri Kehakiman (semasa itu,---red)
Oetojo Oesman, sejalan dengan ditetapkannya desa tersebut sebagai Desa Sadar
Hukum.
“Jika hujan, air hujan langsung jatuh dan kemudian
menembus langit-langit, lalu langsung jatuh dan mengisi ruangan ini,” kata Iskandar
menjelaskan.
Saking tak terbendungnya air yang turun, Iskandar
pun kemudian memberikan ilustrasi yang mencengangkan, “setengah jam saja hujan,
maka tinggal menebarkan bibit ikan saja lagi, pak. Lah bisa pulo bataranak
lauak di dalam kantua ko mah, pak bupati,” katanya.
Benarkah? “Sangat memprihatinkan, pak. Bana nan
disampaian dek pak wali tu mah pak,” seorang kader PKK pun menimpali pernyataan
wali nagari.
Setelah mengamati secara seksama, kemudian bupati
pun mamatuik-matuik berbagai
kemungkinan dengan hitungan-hitungannya. Lalu ia mencoba memprediksi berapa
biaya yang harus dikeluarkan jika bangunan itu direnovasi. Yang hadir di kantor
wali nagari pun melakukan hal yang sama. Satu sama lain saling menghitung
dengan perhitungan masing-masing. Ketika didapatkan hitungan kasar untuk
renovasi, angkanya pun tergolong besar. Diperkirakan, jika ditambah sedikit
lagi, maka bisa untuk membangun kantor baru. Nantinya bangunan yang ada
sekarang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan kantor KAN atau untuk aktivitas lain.
Bupati pun mendorong wali nagari dan masyarakat
memulai dengan swadaya. Jika sudah terlihat langkah swadayanya, minimal
pondasi dan kerangka bangunan yang baru,
maka Pemkab Pasaman akan turut membantu.
Pada tahap awal, atas nama pribadi, ia akan menyumbang sebesar Rp 5
juta.
Masyarakat pun memberikan aplaus. Beberapa orang
kemudian mengikuti langkah bupati. Menyumbang atas nama pribadi. Dalam hitungan
tak lebih dari 10 menit, terhimpun dana awal Rp 8 juta.
Di Nagari Tanjuangbatuang, rombongan disambut
dengan penyambutan meriah. Ketika petang datang menjelang, bupati dan rombongan
menyaksikan babak final futsal wanita, “bukan persoalan sepakbola wanitanya
yang menarik, tetapi hakikat di balik futsal itu sesungguhnya yang menarik,”
jelas Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Yani Habaintis, Camat Rao Selatan Herman Surya, dan
Kadisbudpora Anwir Salam.
Betapa tidak. Setiap tim harus membayar insert Rp
25 ribu. Kejuaraan hanya diikuti delapan tim. Pesertanya adalah anggota
kelompok pelaksana PNPM di Kecamatan Rao Selatan. Hadiah yang disediakan
panitia pun tidak besar, hanya Rp 200 ribu untuk sang juara. Peraturan
pertandingannya, mengkombinasikan aturan sepak bola dan futsal.
“Bukan aturan atau hadiahnya yang mendasar, tetapi
bagaimana suasana kekeluargaan dan keakraban tetap terjalin di sini,” kata Yani
Habaintis yang sekaligus menyebutkan, pelaksanaan PNPM di Kecamatan Rao Selatan
termasuk pengelolaan PNPM terbaik di Kabupaten Pasaman.
“Bukan hadiahnya yang diburu setiap tim, tetapi
bagaimana menjaga silaturrahmi dan komunikasi agar tetap terjalin,” kata Wali
Nagari Tanjuangbatuang Abdul Haris.
Ternyata, tanpa diduga, kemeriahan yang sudah
tercipta itu, semakin gegap-gempita ketika Bupati Pasaman secara spontan
memberikan hadiah khusus. Benny Utama merogoh kantongnya. Juara I diberi hadiah
Rp 1,5 juta, juara II memperoleh Rp 500 ribu.
Bupati dan rombongan yang berangkat dari rumah
dinas pukul 10 pagi, sampai kembali di rumah dinas pukul 21.00 wib. Kemudian
mengundang wartawan Harian Umum Rakyat
Sumbar makan malam dikediamannya tersebut, dan dilanjutkan dengan diskusi
selepas makan malam hingga jelang pukul 02.30 wib esok harinya.[]
No comments:
Post a Comment