Seharian Bersama Bupati Pasaman
Benny Utama (1):
Ketika laporan masuk, Bupati Pasaman Benny Utama
langsung merespon. Orang nomor satu di pemerintahan Kabupaten Pasaman itu
merespon dengan cara mengecek kebenaran laporan itu sedetail-detailnya. Ketika
kepastiannya didapat, ia langsung menindaklanjuti dengan turun ke lapangan.
Laporan:
Firdaus – Rao Selatan
Beberapa menit lagi, jarum panjang pada jam dinding
rumah dinas Bupati Pasaman akan berada persis di angka 12, sedangkan jarum
pendeknya di angka 10. Benny Utama tampak gelisah. Tiap sebentar ia melihat ke
jam dinding.
Sang ajudan, Yuki, tampaknya paham dengan kondisi
bupati. “Masih di Bonjol, pak. Oto rombongan rusak, masih sadang dipelok-an,”
katanya mengabarkan setelah menghubungi seseorang dari telpon genggamnya.
Sang bupati kemudian menyampaikan sesuatu kepada
Yuki. Setengah berbisik, sehingga tak kedengaran apa yang disampaikannya. Tak
lama berselang, ia kemudian memberi kode kepada Kabag Humas Budi Hermawan. Yang
dipanggil kemudian mendatangi bupati.
“Kito barangkek lai, nan ka tibo ndak jaleh bilo ka
sampai. Di Rao Selatan, awak lah ditunggu masyarakaik pulo,” kata Benny Utama,
lalu ia kemudian memastikan kepada ajudan agar tamu yang akan datang, diterima Sekkab Pasaman Syamsurizal dan kepala
SKPD terkait.
Dalam hitungan sekejap saja, kesibukan tampak di
halaman rumah dinas bupati. Kendaraan yang tadinya dalam posisi dimatikan,
sudah dihidupkan. Beberapa di antaranya juga sudah ada yang sudah memutar arah
kendaraannya.
Tak banyak rombongan yang ikut. Selain mobil dinas
bupati bernomor plat BA 1 D, juga ada kendaraan dinas Kepala Dinas PU Ewilda
didampingi Edi Zubir (Kabid Pengairan), Nasrul (Kabid Binamarga), Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Yani Habaintis,
Ka.Kancapil M.Fauzi, serta Kabag Humas Budi Hermawan beserta sejumlah wartawan.
Kenapa rombongan sedikit? “Bupati memang tak biasa
membawa rombongan besar. Hanya membawa SKPD terkait sehingga yang lain bisa
tetap menjalankan aktivitasnya,” jelas Budi Hermawan.
Sesampai di Rao Selatan, rombongan disambut Camat
Rao Selatan Herman Surya, Kapolsek Rao Selatan Yani Alisonda serta walinagari
dan wali jorong di Rao Selatan. Tak ada acara penyambutan khusus. Tak ada
tari-tarian.
“Takah iko-lah nagari kami pak bupati. Lah balambah
rumah kami, lah tarandam sawah ladang kami. Baa caro e lai ko, pak bupati?”
seorang wanita separuh baya menyonsong Benny Utama yang sudah masuk ke pusaran
genangan banjir.
“Wak pelok-an beko basamo-samo, buk,” jawab bupati.
“Kami alah bagontong-royong, pak. Tapi kok hujan,
aia taganang baliak,” kata seorang lelaki yang usianya diperkirakan sudah
berkepala enam.
Bupati kemudian memandang sekeliling. Seakan
mencari sesuatu. Diamatinya kondisi air yang menggenang. Tak jauh di
hadapannya, seorang perempuan sedang membersihkan lantainya, sementara di
punggungnya masih menggendong seorang anak dalam gendongan kain.
“Wak caliak hulunyo, pak camat,” kata Benny Utama.
Tanpa diminta dua kali, camat dan Walinagari
Lubuaklayang Ermin St Saripado langsung menjadi penunjuk jalan. Perjalanan
masuk ladang dan semak belukar pun dilalui untuk mencapai sumber air yang
dimaksud bupati.
Sekitar setengah jam perjalanan, rombongan pun sampai
di lokasi yang dituju. Bupati terkejut, “kok coiko, banjir ba-a ka indak?”
Pemandangan di depan mata itu, membuat bupati
terpaku. Katanya, tak ada pilihan lain. Tindakkan nyata harus segera dilakukan.
Jika sedikit lagi terlambat mengambil tindakan, maka akan berakibat buruk
terhadap pemukiman masyarakat, sawah ladang dan jorong itu sendiri.
Tak hanya jorong Padangunang, tetapi jorong
Kampuangkubu juga mengalami kejadian yang sama. Sawah ladang sudah digenangi
air, rumah penduduk pun dimasuki air. Kejadiannya akan berulang jika hujan
datang.
Dua lokasi yang ditinjau, lokasi yang menjadi titik
awal air masuk ke perkampungan, ternyata penyebabnya sama. Awalnya sumber air
masuk itu hanyalah muara dari banda (got atau saluran air) dari perkampungan ke
sungai. Posisinya persis menghadap ke hulu sungai. Ketika debet air sungai
besar, alirannya langsung masuk ke saluran banda itu, kemudian menerobos
perkampungan. Air pembuangan dari perkampungan yang lebih kecil dari yang
datang dari sungai, didorong kembali masuk ke perkampungan bersama air dari
sungai yang cukup besar.
“Aia dari batang aia nan masuak ka banda, baa pulo
indak ka gadang,” kata Bupati Pasaman Benny Utama. []
No comments:
Post a Comment