Oleh: Firdaus Abie
Selasa (7/9) pagi, ketika membuka
selular, ternyata ada dua panggilan
tak terjawab. Salah satunya dari Aqua Dwipayana. Saya biasanya memanggil beliau
dengan sapaan Mas Aqua. Beliau biasa memanggil
saya dengan sapaan Uda Firdaus. Saya mengenalnya saat beliau masih bekerja di
Semen Cibinong, awal tahun 2000-an.
Beliau menghubungi Senin malam. Saya memperkirakan, telpon dari sang motivator dan pakar komunikasi itu masuk setelah saya tidur. Saya hubungi balik, tapi belum bisa tersambung.
Selang sekitar lima belas
menit, ada panggilan di hp saya.
Ternyata Mas Aqua Dwipayana yang menghubungi.
“Uda Firdaus. Saya sekarang di
Padang,” katanya membuka pembicaraan, “tadi malam saya hubungi, rencana bisa
silaturrahmi dan mampir ke rumah Uda Firdaus,” katanya.
“Sekarang posisi Mas di mana?” tanya saya.
Ia menyebutkan, sedang bertemu
Danlanud Sutan Sjahrir Kol Pnb M.R.Y Fahlefie S.Sos, psc. Setelah itu, ada
sejumlah pertemuan silaturrahmi dengan sejumlah orang lainnya.
“Nanti kita bertemu ya,” katanya
lalu berjanji akan mengabari.
Menjelang sore, saat berada di
kawasan pusat kota bersama isteri dan kedua anak saya, sebuah pesan singkat
melalui WA masuk. Pengirimnya, Mas Aqua. Ia mengabarkan, sedang berada di BI
dan meminta untuk bertemu selepas magrib. Ia pun meminta saya mencarikan tempat untuk pertemuan tersebut.
Akhirnya kami bertemu sekitar pukul
19.00 WIB. Ketika itu, saya perkenalkan
isteri dan kedua buah hati saya. Mas
Aqua bertanya banyak hal kepada kedua anak saya.
“Om sudah baca bukunya. Isinya
bagus. Lanjutkan terus menulisnya,” kata Mas Aqua kepada Zhilan Zhalila, putri
sulung saya.
Buku Zhilan yang dibaca Mas Aqua,
adalah buku Kumpulan Cerpen, Tasbih Untuk Papa. Saya kirimkan tiga pekan lalu.
Zidane, putra saya juga ditanyai
aktivitasnya. Zidane bercerita, dirinya sedang menekuni IT, kamera dan video.
“Video klip lagu religi tempo hari,
Zidane yang jadi kameramennya, Mas. Modalnya, kamera hp saja,” kata saya
sembari mengingatkan beliau bahwa saya pernah mengirimkan video klip di akun
youtube saya, https://www.youtube.com/watch?v=RMbx7eCwn9s
Mas Aqua mengangguk. Ia kemudian
memberikan apresiasi terhadap karya tersebut, “setiap kegiatan positif pasti
didukung orang tua,” katanya.
Menariknya, beliau tak hanya memberikan
masukan, tetapi juga bertanya banyak hal, termasuk mendengarkan cerita kedua
anak saya tersebut. Suasananya sangat cair.
Disaat asyik bersilaturrahmi, sebuah panggilan masuk ke kontak saya. Ternyata
telpon dari Ushi Johan, psikolog muda yang jasanya digunakan banyak lembaga dan
perusahaan di Sumbar, Riau serta Jambi.
Ushi Johan mengabarkan, dirinya
beserta keluarga menuju kediaman saya. Mau silaturrahmi. Saya kabarnya
kepadanya, saya masih di kawasan pusat kota. Saya kabarkan juga, mungkin masih
agak lama. Akhirnya, kami bersepakat untuk bertemu di tempat saya bersama Mas
Aqua.
Saya perkenalkan Ushi Johan kepada
Mas Aqua. Begitu pula sebaliknya. Saya memperkenalkan juga Mas Aqua kepada Ushi
Johan. Akhirnya, silaturrahmi dan komunikasi kami semakin seru. Banyak hal yang
kami diskusikan.
Menariknya, komunikasi Mas Aqua dan
Ushi Johan langsung menyambung. Di antara diskusi kami malam itu, sampai
mengarah pada sikap dan bagaimana menyikapi sikap orang lain, terutama sikap
buruk yang ditujukan kepada kita.
“Abaikan saja,” kata Mas Aqua,
“ngapain nyimpan sampah dalam hati kita?”
lanjutnya balik bertanya.
Hakikatnya, kata beliau, sikap
buruk orang lain tentu menyudutkan kita. Jika dibalas pula dengan sikap buruk,
itu sama saja kita menyimpan sampah dalam diri.
Tanpa terasa, hampir dua jam
silaturrahmi berlangsung. Mas Aqua kemudian minta izin karena masih ada tiga lagi rencana
silaturrahminya dengan kawan-kawannya yang lain di Padang.
No comments:
Post a Comment