Beberapa hari lalu seorang teman kontak saya. Selain menyampaikan permohonan bantuan buat keluarganya, juga mengungkapkan curahan hatinya (curhat) tentang perubahan sikap seorang pejabat di negeri ini yang dulu akrab dengan dirinya namun berubah setelah promosi jabatan.
"Sekarang orangnya berubah Pak Aqua. Biasanya kami
intens komunikasi. Telepon dan WA saya langsung diresponnya. Jika sedang sibuk,
akan kontak balik. Namun sekarang paling cepat setelah dua hari baru merespon
pesan dari saya," ungkap teman itu.
Perubahan sikapnya, lanjut teman tersebut, terutama
dirasakan setelah pejabat itu mendapatkan promosi jabatan. Dengan alasan sibuk
menuntaskan pekerjaannya sehingga bersikap seperti itu.
Sebelumnya terutama menjelang promosi jabatan, pejabat tersebut intens komunikasi sama teman saya itu. Sehari bisa seperti orang minum obat, tiga kali kontak bahkan sering lebih dari itu. Salah satu yang dibahas tentang rencana promosi tersebut dan upaya mendapatkannya agar tidak ke orang lain.
Saat saya ketemu sama teman itu, beberapa kali dia
menunjukkan percakapan lewat WA dengan pejabat tersebut. Saya lihat memang
intens dan mereka akrab komunikasinya.
Tidak hanya itu. Pejabat tersebut juga sering telepon
termasuk saat kami sedang ngobrol. "Maaf Pak Aqua, saya terima dulu
telepon dari pejabat ini. Mungkin ada hal penting yang perlu didiskusikan.
Beliau biasanya minta masukan dari saya," ungkap teman itu beberapa kali
ke saya sambil menunjukkan layar telepon genggamnya.
Sekarang kondisinya berubah drastis. Perubahannya hampir 180
derajat. Teman itu yang dulu dengan mudah mengakses pejabat tersebut sekarang
jadi kesulitan. Kondisi itu sedikit banyak membuatnya kecewa.
Jadi berkomunikasi dengan siapa pun termasuk saat memberikan
bantuan ke setiap orang, lakukan dengan tulus ikhlas. Tanpa pamrih dan tidak
mengharapka balasan apapun.
Niatkan semuanya ibadah. Sepenuhnya karena TUHAN sehingga
tidak ada beban saat melakukannya. Semuanya mengalir saja.
Kalau belakangan ada perubahan sikap seperti yang terjadi
pada pejabat itu, sama sekali tidak kecewa dan sakit hati. Bahkan bisa cuek
karena saat berinteraksi dengan siapapun melakukannya dengan tulus ikhlas, sama
sekali tidak ada pamrih apa-apa.
Jadi kepada siapapun saat berkomunikasi dan membantu
merasakan suasana nyaman dan menyenangkan. Kalau ada perubahan sikap jadi
negatif dari orang yang diajak berkomuikasi dan dibantu, sama sekali tidak ada
beban apalagi sampai sedih, kecewa, sakit hati, dan marah.
Kalau ada orang yang sikapnya berubah karena promosi
jabatan, janganlah meresponnya dengan hal-hal negatif. Bisa jadi
kontraproduktif dan sama sekali tidak menguntungkan buat semuanya; baik untuk
pejabat tersebut maupun orang itu.
Lantas apa sikap terbaik yang harus dilakukan? Pertama,
untuk menjaga hubungan sesama manusia adalah langsung memaafkan sikapnya itu.
Sehingga dalam dirinya tidak ada beban dan ngga menyimpan
"sampah-sampah" yang seharusnya dibuang jauh-jauh.
Kedua, terkait dengan TUHAN, langsung mendoakan pejabat itu
agar dibukakan hati dan pikirannya sehingga segera menyadari kekeliruannya
berupa perubahan sikapnya tersebut. Bagi Sang Pencipta sangat mudah melakukan
itu. Hitungannya bisa detik.
Dengan melakukan dua hal itu - langsung memaafkan dan
mendoakan - membuat diri menjadi tenang. Waktu dan pikirannya tidak tersita
pada hal-hal yang negatif tersebut. Sehingga dapat tetap produktif dan terus
berbuat yang terbaik untuk sesama. Aamiin ya robbal aalamiin...
>>>Dari Bogor saat menikmati udara yang sejuk
sehabis hujan lebat, saya ucapkan selamat berusaha secara optimal memaafkan
orang-orang yang berbuat salah. Salam hormat buat keluarga. 11.15 03042021😃<<<
No comments:
Post a Comment