Pengantar : sesudah membaca tulisan berjudul Berubah Setelah Promosi Jabatan, Langsung Maafkan dan Doakan yang saya kirimkan ke ribuan anggota Komunitas Komunikasi Jari Tangan pada Sabtu pagi (3/4/2021) kemarin, spontan seorang dosen menyampaikan curahan hati (curhat)nya tentang koleganya sesama dosen yang tidak berterima kasih sesudah dibantu masuk S3 di perguruan tinggi negeri (PTN) terkenal. Perasaan dosen itu campur aduk: sedih, prihatin, kesal, kecewa, dan marah atas perilaku yang tidak terpuji tersebut. Di bawah ini ceritanya yang disampaikan dengan gaya bertutur.
Pak Aqua, mungkin ceritanya agak terkesan kepo. Tapi bagi
saya yang mengalami sendiri, merasa sangat sedih dan prihatin sekali. Apalagi
ini dilakukan oleh kolega sesama dosen di PTN yang sama.
Saat ini teman tersebut berstatus tugas belajar S3 di salah
satu PTN terkenal. Saya yang merekomendasikannya untuk bisa lolos dan
diterima kuliah di sana.
Saya bisa melakukan itu karena kenal baik dengan para pengurus di fakultas tempat dia kuliah S3. Sehingga waktu itu tanpa ragu-ragu saya minta tolong dan merekomendasikan teman tersebut agar diterima kuliah S3 di fakultas itu.
Ketika merekomendasikan teman itu saya mempertaruhkan nama
baik saya. Kepada orang yang saya mintai bantuan, saya katakan menjamin bahwa
teman saya ini orang baik dan reputasinya bagus sehingga layak untuk diterima
kuliah S3.
Setelah mendengarkan semua info dari saya, Ketua Program
Studi S3-nya menyatakan berkenan membantu. Tentunya juga dengan melihat hasil
tesnya.
Singkat cerita dia diterima dan sudah mulai kuliah S3. Namun
terjadi perubahan drastis yang negatif pada dirinya.
Kepada banyak orang dia bercerita bisa diterima kuliah S3 di
PTN itu karena mendapat rekomendasi dari seorang petinggi di kampus kami yang
kini banyak membantu pemerintah pusat. Padahal setahu saya bahwa pejabat kampus
itu sama sekali tidak kenal dengan Ketua Program Studi S3 PTN tersebut.
Tidak hanya itu. Teman tersebut berkoar-koar bahwa setelah
menyelesaikan S3, beberapa tahun mendatang dia akan diangkat jadi wakil rektor
jika petinggi kampus yang membantunya jadi rektor.
Semua sikapnya itu sangat tidak terpuji. Juga ngga pantas
dilakukan oleh seorang pendidik yang sehari-hari mengajar para mahasiswa yang
merupakan generasi penerus bangsa.
Secara pribadi saya sedih, prihatin, kesal, kecewa, dan
marah dengan sikapnya itu. Apalagi saya ikut andil membantu dia kuliah S3.
Baru mulai kuliah S3 saja sudah seperti itu. Apalagi kalau
nanti sudah selesai kuliah kemudian menjadi wakil rektor seperti yang
dikoar-koarkannya.
Ironisnya dia sama sekali tidak menghargai orang yang pernah
membantunya. Itu seperti yang baru saya alami.
Meski sangat prihatin, namun saya tetap mendoakannya agar
berubah jadi baik. Sehingga tidak merugikan dirinya dan orang lain.
Belajar dari sikap teman itu yang seperti air susu dibalas
dengan air tuba, ke depan saya akan lebih hati-hati agar kejadian serupa tidak
terulang kembali. Saya tetap membantu orang lain namun melakukannya secara
selektif.
Catatan : saya langsung merespon WA teman tersebut. Isinya
di bawah ini.
Terima kasih banyak atas semua ceritanya. Saya ikut prihatin
atas hal tersebut. Agar tidak kesal dan kecewa sama dia, segera maafkan saja.
Ke depan berusahalah untuk selalu membantu tanpa pamrih, sehingga kalau orang
yang dibantu bersikap negatif tidak membuat jadi sakit hati. Mari kita
sama-sama berusaha untuk konsisten membuang jauh-jauh semua "sampah"
yang ada dalam hati dan pikiran kita. Aamiin ya robbal aalamiin...
>>>Saat sedang santai di rumah Bogor sambil
menunggu Chief Executive Officer (CEO) PT Paragon Technology and Innovation
(PTI) Salman Subakat yang mau silaturahim, saya ucapkan selamat belajar dari
pengalaman dan berusaha agar hal-hal negatif tidak terulang kembali. Salam
hormat buat keluarga. 10.15 04042021😃<<<
No comments:
Post a Comment