Oleh: Aqua Dwipayana
"Selamat petang Pak Aqua. Maaf saya Kakanwil Hukum & HAM Papua (Anthonius Mathius Ayorbaba)."
Selasa petang (13/4/2021) kemarin sesaat setelah buka puasa pertama di bulan Ramadhan, saya menerima pesan di atas lewat WA. Sebelumnya saya tidak pernah komunikasi dengan pengirim pesan tersebut.
Sesudah menuntaskan buka puasa dan sholat Maghrib, saya kontak Anthonius lewat WA call. Mantan Kakanwil Hukum dan HAM Papua Barat itu dengan hangat dan akrab berkomunikasi dengan saya.
"Selama ini saya sering membaca tentang aktivitas Pak Aqua di Grup WA Humas Hukum dan HAM. Luar biasa kegiatan motivasi yang bapak lakukan. Saya mau mengundang Pak Aqua untuk Sharing Komunikasi dan Motivasi dengan semua jajaran saya lewat Zoom. Namun saya lebih senang kalau bapak berkenan langsung datang ke Papua," ungkap Teo panggilan akrab Anthonius Mathius Ayorbaba.
Gayung bersambut. Kepada Teo, saya katakan agar kegiatan Sharing Komunikasi dan Motivasi dengan jajarannya efektif dan mencapai sasaran sebaiknya dilaksanakan secara langsung. Untuk itu saya siap ke Papua dan akan mengalokasikan waktu selama lima hari di sana, Senin sampai Jumat.
Selain acara Sharing Komunikasi dan Motivasi di Kantor Kanwil Hukum dan HAM Papua, ujar saya, kegiatan yang sama bisa dilaksanakan di semua unit pelayanan teknis (UPT) yang ada dan dengan mitra kerjanya.
Karena jadwal kegiatan saya selama bulan Ramadhan ini sudah penuh sehingga saya mengagendakan ke Papua setelah Lebaran Idul Fitri. Terkait dengan itu Teo akan merapatkannya dengan semua pejabat utamanya.
Prestasi Teo di Papua Barat
Teo yang berasal dari Serui, Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua menjelaskan bahwa total pegawai di Kanwil Hukum dan HAM Papua sebanyak 135 orang. Sedangkan UPT-nya ada 35 kantor yang tersebar di berbagai daerah tingkat II di Papua.
Mantan Kepala Divisi Pemasyarakat Kantor Hukum dan HAM Kalimantan Tengah itu baru menjabat sekitar 4 bulan di Papua. Menggantikan pejabat lama Murdjito Sasto. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Yasonna H Laoly pada Kamis (12/11/2020) melantiknya melalui Virtual Meeting live dari Graha Pengayoman Jakarta. Bersama Teo dilantik sebanyak 86 pejabat Tinggi Madya dan Pratama.
Sekitar 2 tahun bertugas di Papua Barat, Teo banyak membuat terobosan dan inovasi. Di antaranya adalah dengan mendirikan 50 pos pengaduan HAM.
Pos pengaduan HAM itu tersebar di 50 gereja di wilayah Manokwari, ibu kota Papua Barat. Kerjasama ini dilakukan bersama dengan Persekutuan Gereja gereja Papua Provinsi Papua Barat (PGGP PB).
Para pendeta dan pastor mendapatkan pelatihan dari para pejabat Kantor Hukum dan HAM Papua Barat. Tujuannya agar mereka dapat melayani jemaat yang mengalami masalah HAM baik di keluarga maupun di masyarakat.
Inovasi pendirian 50 posko pengaduan HAM itu diikutkan dalam ajang perlombaan Inovasi pelayanan publik, melalui sistem informasi inovasi pelayanan publik (sinovik) yang diselenggarakan oleh Kemenpan RB bagi seluruh lembaga/kementerian di seluruh Indonesia. Hasilnya mendapat penghargaan dari Menpan RB.
Hal menarik dari terobosan itu menurut Teo adalah pengembangan sistem jaringan informasi dan peningkatan kapasitas para pendeta dan pastor dalam menghadapi persoalan jemaatnya
Keberadaan pos pengaduan HAM di gereja-gereja itu, lanjut Teo, tidak dimaksudkan untuk menangani persoalan HAM berat yang terjadi di Papua Barat. Sehingga persoalan HAM yang masuk dalam penanganan posko pengaduan HAM adalah persoalan sosial di dalam keluarga dan masyarakat yang tidak masuk kategori HAM berat.
Kanwil Kemenkumham Papua PASTI TIFA
Begitu mendapat amanah di Papua, Teo bertekad melaksanakan "Dari Papua Barat PASTI BISA, menuju Kanwil Kemenkumham Papua PASTI TIFA dalam mewujudkan Layanan Publik Digital". Hal itu disampaikannya dalam sambutan perdana saat acara pisah sambut di Jayapura, Papua.
Kanwil Kemenkumham Papua PASTI TIFA ujar Teo, adalah singkatan dari Profesional, Akuntabel, Sinergitas, Transparan, Inovatif, Transformasi, Improvement, Fisibilitas, dan Aktualisasi. Hal ini merupakan nilai-nilai yang menjadi fokus utama seluruh jajaran dalam bekerja.
Tifa adalah alat musik orang Papua yang salah satu fungsinya untuk memersatukan dan menghimpun masyarakat. Alat itu mampu menggerakan warga untuk berkumpul bersama. Umumnya masyarakat akan tergerak dan menuju arah asal lantunan tetabuhan tifa. Ia mampu "menyihir" masyarakat untuk bersatu padu dalam kebersamaan.
"Kehadiran Pak Aqua di Papua saya harapkan dapat membantu mewujudkan program kerja saya yaitu Kanwil Kemenkumham Papua PASTI TIFA," pungkas Teo sambil meminta saya setiap hari mengirimkan kalimat motivasi untuk dibagikan ke semua jajarannya.
Permintaan Teo langsung saya penuhi. Saya telah mengirimkan 10 kalimat motivasi untuk dibagikan ke semua jajarannya.
>>>Dari Bogor menjelang buka puasa hari kedua, saya ucapkan selamat mensyukuri semua rejeki yang diperoleh selama Bulan Suci Ramadhan. Salam hormat buat keluarga. 16.55 14042021😃<<<
No comments:
Post a Comment