Oleh : Dr. Aqua Dwipayana*
Minggu lalu saat menerima salam dan pesan dari seorang teman yang mewakili temannya yang sedang sakit, saya dengan tegas berpesan balik agar orang yang sakit tersebut berusaha secara optimal untuk selalu bersih hati dan pikiran. Itu salah satu cara agar dirinya segera sembuh total dan sehat.
"Dengan berusaha secara optimal untuk selalu bersih hati dan
pikirannya, insya ALLAH sakitnya segera sembuh. Saya sangat meyakini itu. Jadi
tolong pesan saya ini disampaikan kepada yang bersangkutan," ujar saya
serius.
Pesan tersebut sengaja saya sampaikan bahkan berulang-ulang karena orang
yang sedang sakit itu selama ini hatinya belum bersih. Di antaranya suka iri
melihat keberhasilan orang lain. Sepertinya tidak rela dengan hal tersebut.
Di samping itu dia merasa paling hebat di antara yang lain. Padahal sikapnya tersebut seperti katak dalam tempurung. Merasa besar di lingkungan yang kecil.
Saya dan banyak orang yang mengetahui itu bukannya kagum dengan sikapnya
tersebut. Kami kasihan melihatnya. Karena disadari atau tidak, itu menunjukkan
kelemahannya.
Gampang Dilaksanakan
Teman yang menerima pesan dari saya serius mendengarkannya. Seraya berjanji
untuk meneruskan semua yang saya sampaikan ke kawannya itu. Sementara beberapa
orang yang mendengarkannya mengangguk-angguk tanda menyetujui semua yang saya
sampaikan.
Bersih hati dan pikiran mudah sekali diucapkan. Juga sangat gampang
dilaksanakan. Bukan sulit dilakukan. Semuanya tergantung kemauan dan keseriusan
setiap individu untuk melakukannya.
Diawali niat untuk bisa bersih hati dan pikiran. Dilanjutkan dengan upaya
yang serius dan sungguh-sungguh melaksanakannya. Tidak kalah pentingnya adalah
konsistensi melakukannya.
Untuk memotivasi diri agar dapat mewujudkannya - bersih hati dan pikiran -
adalah dengan melihat orang lain yang telah berhasil melaksanakannya.
Perhatikanlah kehidupan mereka. Umumnya sehat, nyaman, dan bahagia.
Kenapa bisa seperti itu? Karena mereka tidak mau sedikit pun menyimpan
"sampah-sampah" dalam dirinya. Begitu ada "sampah" langsung
dibuang jauh-jauh.
Kebaikan itu Ditularkan
Setiap saat mereka selalu menyaring berbagai hal yang masuk ke hati dan
pikirannya. Melakukannya secara rutin dan sungguh-sungguh. Itu sengaja
dilakukan secara serius agar hidupnya sehat dan bahagia.
Karena sudah terbiasa sehingga hati dan pikirannya selektif menerima
berbagai masukan. Semua yang positif langsung diserap. Bahkan ditularkan ke
banyak orang agar bermanfaat.
Sedangkan yang negatif berupa "sampah-sampah" tidak diijinkan
untuk "masuk". Sedikit pun tidak ada tempat buat hal itu di hati dan
pikirannya.
Dengan optimal dan selektif melakukannya sehingga "sampah-sampah"
tidak masuk ke tubuhnya baik ke hati maupun pikirannya. Hal itu membuat dirinya
selalu sehat dan bahagia.
Saya yakin orang yang sedang sakit itu, jika mau melaksanakan pesan saya
secara konsisten dan yang utama atas ijin TUHAN, insya ALLAH sembuh. Hidupnya
bakal lebih aman, nyaman, tenang, dan bahagia lahir batin.
Jika itu terwujud, lebih baik lagi kalau dia intens berbagi pengalamannya
ke orang lain. Sehingga makin banyak orang yang meneladaninya. Kebaikan itu
harus selalu ditularkan.
Semoga semua orang dapat secara konsisten mewujudkan bersih hati dan
pikiran. Itu sangat bermanfaat buat dirinya dari orang lain. Aamiin ya
robbal aalamiin...
>>>Sesaat setelah tiba di Jakarta dari Bandung dan menjelang buka
puasa dengan Dirut Pegadaian Kuswiyoto, saya ucapkan selamat berusaha
mewujudkan hati dan pikiran yang bersih. Salam hormat buat keluarga. 17.15
29042021😃<<<
*Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional, Serta Penulis buku Trilogi The
Power of Silaturahim
No comments:
Post a Comment