Oleh: Firdaus
AGUM GUMELAR (http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/agum-gumelar-_110506214118-386.jpg) |
Akankah kisruh panjang yang
selama ini membaluti organisasi sepakbola Indonesia berakhir dengan happy ending? Bayangan ke
arah tersebut mulai terlihat pascakeputusan dibentuknya komite normalisasi oleh
FIFA yang diketuai Agum Gumelar.
Keputusan tersebut mengejutkan.
Pertama, apa yang selama ini digembar-gemborkan kubu Nurdin Halid yang seakan
menggambarkan bahwa apa yang dilakukan kubunya direstui FIFA, ternyata bertolak
belakang dengan kenyataan. Keputusan terbaru FIFA tersebut menyiratkan, apa
yang dilakukan Nurdin telah dianulir FIFA.
Tak banyak yang tahu. Pada
awalnya, nyaris tak ada yang membantah, sebab persoalan mendasarnya adalah nyaris tak banyak yang memiliki akses ke
otoritas sepakbola dunia tersebut. Ketika Dubes Indonesia di Swiss Joko Susilo
mengungkapkan sejumlah fakta harus pertemuannya dengan FIFA, mata insan
sepakbola Indonesia langsung terbelalak.
Banyak persoalan yang dibeberkan
PSSI selama ini bertentangan dengan apa yang telah ditetapkan FIFA. Perlahan
dan pasti, ketimpangan demi ketimpangan
mulai terkuak, sehingga serangan semakin deras mengalir ke PSSI.
Kedua, empat calon yang maju; George
Toisutta, Arifin Panigoro, Nurdin Halid, dan Nirwan Bakri, dianulir dari
pencalonan. Agaknya, keputusan ini
sangat bijak. Empat kandidat (sebenarnya berasal dari dua kubu berbeda; George
dan Arifin vs Nurdin dan Nirwan) secara langsung atau tidak, telah “bertikai”
sejak awal.
Jika ada yang diberikan kesempatan, maka “pertikaian”
langsung yang mengarah kepada konflik lebih jauh bisa saja terjadi. Ketika
keikutsertaan mereka sudah dilarang, kalau pun ada kepentingan untuk “merebut”
tampuk pimpinan PSSI, namun kepemimpinan organisasi dikemudian hari tidak ditanganinya
secara langsung.
Ketiga, ---ini yang lebih
penting--- sosok Agum Gumelar sangatlah penting untuk memainkan peran
menyelesaikan masalah yang kian sengkerut. Agaknya, ditunjuknya dewan kehormatan PSSI tersebut merupakan amanah
paling bijak. Sejauh ini, dalam kapasitasnya sebagai orang olahraga, nama besar
Agum Gumelar masih sangat kokoh. Belum rusak sedikit pun.
Langkah bijak sudah dan sedang
dijalankan Agum Gumelar dan timnya. Pendekatan-pendekatan dengan seluruh
lapisan yang berkepentingan dengan sepak bola Indonesia, dihimpun untuk
disatukan. Sasarannya jelas, terhimpun
kembali satu kekuatan untuk memikirkan sepak bola Indonesia.*
CATATAN:
Tulisan ini dimuat pada kolom KOPI MINGGU, edisi Minggu 10 April 2011
No comments:
Post a Comment