* Terkatung-katung
8 Jam di Laut Nunukan Bersama Staf Kemendes PDTT
Pengantar dari
Redaksi
Kamis
– Jumat (17-18 Agustus 2017) lalu, sebuah spead boat berisi 12 penumpang plus seorang jurumudi dan seorang
anak buahnya, terkatung-katung dihempas badai dan gelombang besar di laut
Nunukan, Kalimantan Utara, tepatnya antara pulau Baru dengan pulau Bunyu. Para
penumpang itu, satu staf khusus Kemendes PDTT, satu staf ahli Kemendes PDTT,
tujuh staf Kemendes PDTT, tiga wartawan dari Sumbar; Firdaus dan Revdi Iwan
Syahputra (Harian Umum Rakyat Sumbar)
serta Adrian Toswari (www.tribunsumbar.com)
Bagaimana
kisah lain di balik peristiwa mencekam menjelang malam itu? Wartawan Harian Umum Rakyat Sumbar Firdaus, menuliskan pengalamannya dalam
bentuk bertutur. Ditulis secara bersambung dalam beberapa tulisan yang mulai
diturunkan pada hari ini. Tulisan Besok, Shock Melihat Pelabuhan dan Speed Boat. [] []
Usai
upacara detik-detik proklamasi kemerdekaan ke 72 Republik Indonesia, di Pulau
Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, pulau terluar dan terdepan di wilayah utara
Indonesia, berbatasan langsung dengan Malaysia, saya bersama Revdi Iwan
Syahputra, Adrian Toswari, bergegas menuju Hotel Quen, tempat kami menginap.
Kami
menempati hotel tersebut sejak awal sampai
di Pulau Sebatik, Rabu (16/8) sekitar pukul 12.15 wita, setelah melakukan
penyeberangan dengan kapal Sadewa dari pelabuhan di Tarakan. Perjalanan laut
tersebut berlangsung kurang dari 2,5 jam. Kapal bermuatan 50 orang tersebut
tidak penuh. Ada beberapa kursi kosong di ruangan ber-AC-nya.
Sesampai
di hotel, Adrian menghubungi Febby Dt Bangso, Staf Khusus Menteri Desa PDTT Eko
Putro Sandjojo, yang sehari-hari akrab kami sapa Datuk Febby. Ia mengabarkan
sembari mengingatkan, jadwal speed boat Pulau Sebatik – Tarakan.
“Sebentar
lagi saya sampai,” kata Datuk Febby, ketika dihubungi Adrian melalui telpon
genggamnya.
Tak
lama, Adrian kembali menghubungi Datuk Febby, namun tak tersambung. Jaringan telekomunikasi
hilang. Sejak sampai di sana, signal
hilang timbul. Tak hanya itu, saat saya menulis status facebook di Sei Pancang,
justru penanda lokasi di Sabah, Malaysia.
Lewat
pukul satu siang waktu setempat, baru
kontak dengan Datuk Febby tersambung,
“kita tunda saja dengan speed boat besok
pagi,” kata Datuk Febby sembari memberi kabar, tak terkejar lagi ke pelabuhan,
lagi pula tiket belum diperoleh.
Tak
lama kemudian, Datuk Febby datang. Adrian mengabarkan kekuatiran kami soal
tiket. Jadwal penerbangan kami dari Tarakan – Balikpapan – Jakarta – Padang,
saling terhubung pada Jumat (19/8) mulai pukul delapan pagi waktu di Tarakan. Ia
kemudian menenangkan, jadwal penerbangan bisa dijadwalkan ulang.
Kami
kemudian mengikutinya. Sisa waktu tersebut, saya bersantai di kamar, melepaskan
penat. Tubuh saya terasa sangat lelah. Perjalanan hingga sampai ke Pulau
Sebatik butuh waktu panjang. Saya bersama dua teman tersebut berangkat dari
Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Selasa (15/8), pukul enam pagi.
Transit sebentar di Jakarta, langsung ke Balikpapan. Sorenya menuju Tarakan.
Usai
upacara peringatan detik-detik proklamasi, sebenarnya saya bersama Adrian dan Ope sempat berjalan kaki beberapa kilometer karena sopir yang membawa
kami tak bisa dihubungi. Jaringan hilang
timbul tak karuan. Kami berjalan kaki untuk bisa meninggalkan lokasi acara
setelah upacara selesai, lalu bermaksud bergegas ke hotel dan pelabuhan. Jalan
kaki kemudian disambung naik ojek.
Saat
santai itu, Datuk Febby menerima telpon. Ia kemudian meninggalkan kamar. Selang
beberapa menit kemudian, ia masuk sembari meminta kami bersiap-siap, “kita
berangkat sekarang,” katanya.
“Benarkah,
Datuk?” tanya saya.
Ia
kemudian menjelas, ada sejumlah staf Kemendes PDTT hendak berangkat ke Tarakan.
Ketika disampaikan kalau tak ada kapal atau speed boat lagi ke sana, ia
mengabarkan bahwa mereka akan mencarter speed boat dan mendata semua masih di
hotel. Nama kami bertiga didaftarkan dalam rombongan tersebut, termasuk Datuk
Febby. Jumlah semua jadi 12 orang.
Saya
langsung bergegas, begitu pun Adrian dan Ope. Lalu keluar kamar dan menunggu di
lobi. Saat itu pula, saya bertemu Nugroho Notosutanto, (Kabag Perencanaan Umum Setjen Kemendes PDTT), sedang bicara dengan seseorang.
Sepintas saya mendengar mereka bicara soal harga. Nugroho menolak harga yang
disampaikan lawan bicaranya tersebut.
Belakangan
saya baru tahu, pembicaraan keduanya soal harga carter speed boat dari Pulau
Sebatik ke Tarakan. Nugroho menolak karena nilainya dua kali lipat dari harga ketika mereka naik
dari Tarakan – Pulau Sebatik.
“Kami
biar tidak berangkat besok saja kalau harganya tidak disesuaikan,” katanya.
Lawan
bicaranya itu pun pergi. Saya pun duduk di kedai kopi depan hotel, sedangkan
tas yang sudah saya keluarkan dari kamar, saya titip di resepsionis. Dua orang
staf Kemendes PDTT pun bergabung ke kedai kopi, namun mereka memilih duduk
mengitari meja di sebelah saya, Adrian dan Ope duduk.
“Tampaknya
kita bermalam di sini lagi, bang,” katanya kepada kami sembari menyebutkan,
tidak ada kesesuaian soal harga carteran speed boat.
“Sebentar
lagi kita berangkat,” kata Datuak Febby, bergabung bersama kami, beberapa menit
kemudian. Ia datang bersama Alam Kribo (Staf Perencanaan Umum Setjen Kemendes PDTT)
Alam
membenarkan, ia sudah diberitahu Nugroho, pimpinannya. Titik temu kesepakatan
harga carter speed boat sudah disepakati. Bersamaan kehadiran keduanya, saya
tak kemudian meminjam powerbank-nya.
Batrai telpon genggam saya sudah lemah.
Sambil
menunggu jadwal berangkat, kami bercerita banyak di dua meja terpisah.
Keputusan jadwal berangkat sore dimaksudkan agar memiliki waktu agak longgar
besok hari, sehingga tidak terburu-buru ke bandara di Tarakan. Semua staf
Kemendes PDTT dijadwalkan berangkat pukul dua belas ke Balikpapan, seterusnya ke
Jakarta. Jadwal penerbangan saya ke rute yang sama, pukul setengah sembilan
besoknya.
Pukul
empat kurang, kendaraan yang akan mengantarkan kami ke pelabuhan datang.
Rombongan yang akan berangkat dengan speed boat carteran tersebut berjumlah 12
orang. Detailnya, Saya, Adrian, Ope, Datuk Febby, Adji Setyo Nugroho (Tim Ahli
Kantor Staf Menteri Kemendes PDTT),
Nugroho Notosutanto, (Kabag
Perencanaan Umum Setjen Kemendes
PDTT), Nana Suryana (Tenaga Ahli Setdirjen Pembangunan Kawasan Pedesaan), Julie
Ervina, Tina Istiana, Syamsul, Boby,
Alam Kribo (Staf Perencanaan Umum Setjen
Kemendes PDTT).*
No comments:
Post a Comment