Hanya ada dua makanan yang diolah
dalam buluah (bambu). Kedua makanan
itu merupakan produk asli Ranah Minang. Makanan dimaksud, lamang (lemang) dan dadiah
(diolah dari susu kerbau yang dibekukan). Pengolahannya dilakukan secara alami,
tanpa bahan pengawet, bisa bertahan hingga sekitar sepekan.
Dari dua makanan tersebut, khusus
dadiah bisa diolah menjadi makanan khusus. Dadiah adalah susu kerbau yang telah
mengeras. Banyak diproduksi di wilayah ketinggian, di antaranya di Tanah Datar,
Agam, Alahanpanjang (Solok) dan Bukittinggi.
Jika dadiah dicampur dengan
bawang, cabe dan beberapa bumbu dapur lainnya, maka akan bisa dinikmati menjadi
tambahan lauk-pauk untuk dimakan bersama nasi.
Jika dadiah dikombinasikan dengan emping beras, gula merah, maka akan
menjadi kudapan spesial. Kudapan khas Bukittingi yang sangat nikmat untuk
disantap kapan pun, pagi, siang atau malam. Tak ada beda. Dalam kondisi cuaca
seperti apa pun, hujan atau panas, tetap nikmat.
Hasil kombinasi dadiah, emping beras, gula merah dikenal dengan Ampiang Dadiah. Ampiang Dadiah sudah dijual di Pasar Ateh, Bukittinggi, sejak lebih dari 50 tahun lalu. Sekali pun menjadi makanan khas Ranah Minang, namun kudapan ini hanya ditemui dijual orang di Padang, Bukittinggi, Padang Panjang, Batusangkar, Payakumbuh, Solok.
Tak semua susu kerbau yang bagus
untuk diolah menjadi dadiah. Perlu kecermatan untuk pengawasan dan
pengolahannya. Menurut Musanir (49), yang sudah 20 tahun menekuni proses
pembuatan dadiah, proses pemeliharaan kerbau, memerah susu hingga menjadi
dadiah, perlu dilakukan secara seksama.
Di antara proses tersebut, hasil
susu yang baik untuk dijadikan dadiah berkualitas jika kerbau benar-benar makan
rumput saja. Tak perlu diberikan makanan tambahan lainnya. Kalau pun diberi
makanan tambahan, air susunya memang banyak, namun jika dijadikan dadiah maka
kualitas dadiahnya kurang bagus.
"Di antara rumput tersebut,
antara rumput sawah dan rumput yang ditanam juga berbeda kualitasnya,"
kata Musanir, di kediamannya di Jorong Ranggamalay, Kenagarian Pauah, Kecamatan
Tilakangkamang, Kabupaten Agam.
Musanir juga mengungkapkan, susu
terbaik yang dihasilkan kerbau untuk dijadikan dadiah tak tergantung pada usia
kerbau, tetapi ditentukan oleh kapan waktu yang tepat mengambil susunya untuk
dijadikan dadiah. Tidak serta-merta begitu kerbau tersebut melahirkan dan
kemudian sudah memiliki air susu, langsung diolah menjadi dadiah. Tak bisa itu
dilakukan. Paling cepat setelah anak
kerbau tersebut setelah berusia satu bulan. Itu pun proses perawatan kerbau dan
kandang serta saat memerah susu tersebut tak bisa dilakukan oleh banyak orang.
Proses memerah susu pun tak bisa sembarangan waktu.
Kalau pun kemudian banyak orang
mengatakan bahwa dadiah adalahnya yoghurt, namun sesungguhnya sangat berbeda.
Kesamaannya hanya pada sumbernya dari fermentasi susu kerbau. Namun proses dan
hasilnya sangat berbeda.
Dadiah merupakan fermentasi susu
kerbau yang dibekukan dalam bambu. Proses fermentasi ini terjadi karena adanya simumua buluah (dinding bagian dalam
bambu), dadiah membeku, sedangkan yoghurt merupakan hasil fermentasi bakteri
yang lebih didominasi susu sapi yang cair.
Konon, mengkonsumsi dadiah secara
baik dan teratur untuk kesehatan jantung dan bagi yang ingin gemuk.*
No comments:
Post a Comment