Sebuah novel, berkisah tentang seorang perempuan muda yang terjerat pada cinta pertamanya. Hingga 15 pernikahannya, bayangan lelaki yang "memasung hatinya" masih ada dalam anggannya.
Penulis: Yuliani MT
Editor:
Almah
Proof
Editor: Aprilia Nitman
Penata
Letak: Isa Saburai
Proofreader
Tata Letak: Desy Karmila
Desain
Sampul: Mitha Thalia
Penerbit:
CV Lintang Semesta Publisher
Halaman:
xvi + 253 halaman
Beberapa hal penting yang ditemukan dalam novel Perempuan Berkerudung Langit
1. Pembacaan Naskah
·
Cerita kehidupan, yang mungkin saja
terjadi pada banyak orang.
·
Sinopsis:
o
Kisah tentang sosok Aku (tokoh utama
Aini) yang jatuh cinta pada Syam, tapi tak berjodoh karena orang tua Syam
diduga tak menyukai keluarga Aini.
o
Ayah Aini meninggal dunia. Aini diserang
sakit yang parah. Disaat Aini menikah, Syam juga menikah di hari yang sama,
tapi Syam masih sempat ke acara pernikahan Aini. Kendati sudah menjadi isteri
Pras, namun Aini sulit melupakan Syam. Akhirnya mereka bertemu setelah 15 tahun
tak bertemu. Keduanya akrab sejenak. Ketika Syam meminta hendak kembali, Aini
menolak. Lalu memutuskan tak akan pernah bertemu Syam lagi. Datang sepenuhnya
pada Pras yang sempat terabaikan.
·
(Kelebihannya
di sini, penulis tidak menyebutkan alasan mengapa tidak suka, tampaknya sengaja
disembunyikan untuk “tendangan” narasi berikutnya). Halaman 29.
·
Benar saja, pada bagian berikut
terungkap, jawabannya mengapa orang tua Syam tidak suka, disimpan penulis di
halaman 133, ketika ketika dikisahkan
Syam menikah dengan Andita, gadis dari keluarga terpandang dari Dusun Rancak
Manih.
2.
Judul
·
Bagi saya, judul sangatlah penting. Ia
akan jadi identitas. Satu judul, biasanya akan langsung menjadi icon atau
identitas penulisnya. Kita bisa lihat atau perhatikan buku-buku atau pun
film-film yang ada. Adakah yang mau “bertaruh” dengan judul yang seirama atau
mendekat-dekat ke judul buku atau film yang sudah populer?
Ketika itu dilakukan, maka buku atau film yang
datang belakangan, mendekat-dekat ke judul yang populer, akan mengalami
minimal;
-
Dianggap mengekor atau menjadi pengikuti
kisah sukses buku atau film sebelumnya.
-
Judul yang datang belakangan akan sulit
diingat atau dikenang orang. Orang akan mengingat buku atau film sebelumnya.
·
Pada kisah sepanjang 253 halaman, tidak
ditemukan arah cerita sesuai judul, namun kemudian penulis menutup cerita di
dua paragraf terakhir dengan memaksakan masuknya kalimat Perempuan Berkerudung Langit.
(Seakan paragraf tersebut seperti kesimpulan), namun kata Perempuan
Berkerudung Langit adalah kata baru (original) yang sangat seksi sebagai sebuah
judul.
·
Saya mencoba menafsirkan, Perempuan Berkerudung Langit adalah
perempuan yang menyerahkan jiwa dan raganya, sepenuhnya kepada Allah. Kerudung
adalah simbol ketaatan seorang perempuan. Langit dan bumi (bumi, tentu saja
tempat berpijaknya si perempuan tersebut) adalah milik Allah. Apalagi pada halaman
250, Syam berkata tentang sosok Aku sebagai Perempuan
Pengagum Langit.
·
Carilah judul yang tak biasa, atau belum
pernah digunakan orang lain, sehingga diharapkan bisa menjadi pembeda kita atau
karya kita dengan karya orang lain.
3.
Catatan-catatan
ringan
·
“Pak Bejo, tolong antar anak-anak ke
sekolah dulu, ya! Pak Pras tidak bisa masuk sekolah dulu hari ini. Tolong, ya
Pak! Titip anak-anak,” paparku kepada Pak Bejo yang bekerja sebagai penjaga
sekolah di tempat Mas Pras memimpin.
·
Rumah Pak Bejo tak jauh dari rumah kami.
Beliau setiap hari berangkat dengan Mas Pras dan juga anak-anak ke sekolah
o
Bukankah Pak Bejo penjaga sekolah? Kapan
ia menjaga sekolahnya?
·
Lalu mendekatiku yang masih asyik di meja
belajar di dalam kamar yang hanya berukuran empat kali lima meter ini.
(Hal: 4) [Mungkin akan lebih pas kalau meja tersebut adalah meja kerja, sebab
dalam status aku dan Pras yang sudah bekerja]
·
Kisah cinta pertama yang sangat
menyiksa.
·
Persoalan yang ada, memaksakan diri pada
cinta pertama, namun tidak melihat realita bahwa ada Pras, lelaki hebat yang
justru telah memberikan cinta sesungguhnya. Perasaan sangat mencintai Syam
terkesan mengada-ada karena tak terungkap apa sih lebihnya Syam. Malahan kisah
tentang Syam yang ditulis hanya sebagian kecil, justru terlihat bukan lelaki
yang spesial pula. Di antara sifatnya, tidak menepati ketika akan bertemu di
jembatan, egois dan terkesan kasar (saat belanja ketika bertemu di
supermarket). Tapi hanya karena cinta
pertama saja.
·
Tapi di sini sekaligus menjadi kemampuan
lebih bagi penulisnya; mampu “memaksa” konflik batin tokoh utama (aku) lebih
menonjol dari peristiwa-peristiwa lain yang mungkin harus dihadirkan. Penulis mampu memaksa pembaca untuk
mengetahui siapa dan apa sih hebatnya Syam, namun tetap saja tak ditemukan
nilai lebihnya lelaki tersebut.
o
Dalam sebuah kisah pada novel atau
cerpen, konflik tersebut bisa dilakukan pada apa saja. Konflik individu dengan
individu, individu dengan masyarakat, masyarakat dengan individu, individu
dengan lingkungan, individu atau masyarakat dengan alam, individu dengan tuhan,
termasuk konflik batin ini.
o
Kekuatan utama dari novel ini justru ada
pada narasi yang bermain dengan kata
dan kalimat-kalimat pilihan. Saya yakin, penulis punya dasar menulis syair atau
puisi yang kuat. Setidaknya bisa kita lihat di halaman 228.
·
Rentang waktu yang berbeda. Mungkin
perlu kehati-hatian dalam menghitung setting waktu. Dalam kisah disampaikan,
hidup bersama Pras sudah 15 tahun. Tapi kemudian ketika bertemu Syam, saat aku
ke swalayan, dikatakan tidak bertemu selama 20 purnama. Padahal, terakhir bertemu
saat sama-sama menikah. Berarti sudah 15 tahun pula (12 x 15 = 180 purnama)
·
Bab Kehilangan (Halaman 39) seakan
seperti bab pelengkap saja. “Peran” ayah dalam kisah ini, sebenarnya bisa
dieksploitir lebih dalam. Sosok ayah bisa lebih dari sekadar perannya di satu
bab tersebut, sehingga ketika beliau meninggal benar-benar bisa menghadirkan
haru dan kehilangan yang sangat dalam. Kalau dalam kondisi saat ini saja,
rasanya berlalu begitu saja.
·
Novel ini dibuka dengan sangat indah,
langsung ngegas dengan judul Tak selamanya Indah, sehingga memancing keingintahuan
pembaca untuk terus membaca dengan menghadirkan satu klu masalah yang
disampaikan. Bab pertama langsung dibuka dengan konflik. Tapi setelah itu, dari
sudut kisah, terasa gas-nya turun, akhirnya datar.
Nyaris tak ada “gelombang konflik” yang dimunculkan secara tajam atau
naik, kecuali ketika kehadiran Widya diantara kehidupan Aini dan Pras dan saat Aini
memenuhi tantangan permintaan pertemuan dengan Syam.
·
Masih ditemukan beberapa pengunaan kata
yang tidak pada tempatnya. Misalnya kata hubung di awal kalimat.
·
Yang membuat kita kagum; buku dengan 253
halaman ditulis dengan cara dicicil. Ditulis secara konsisten setiap hari,
selama satu bulan. (rata-rata 8,5 halaman perhari/1.700 kata/dua judul perhari)
Woowww
bingits gitu lo...
No comments:
Post a Comment