18 November 2015

Tuan Rumah

Oleh: Firdaus


Hakikat sebuah pesta, biasanya tuan rumah  mempersiapkan diri sejak awal. Langkah-langkah paling umum; menentukan jadwal, membenahi lokasi acara, mengundang dan menanti tamu, memastikan tamu tidak kecewa. Semua rangkaian tersebut saling terkait. Tidak bisa dipisahkan. Jika dipisah atau salah satu terabaikan, maka akhir dari acara yang diadakan bisa berakibat buruk.
Pada kesempatan ini, saya tak hanya akan membahas satu hal saja; membenahi lokasi acara,  agar tamu tidak kecewa. Saya memilih hal tersebut  hanya karena momentum saja.
Tidak didasarkan pada kriteria apa pun. Tidak pula tersebab peringkat apa pun. Jika menjadi tuan rumah apa pun, biasanya persoalan membenahi lokasi acara sangat mutlak. Jika tidak dibangun baru, bisa direnovasi, dicat ulang, atau minimal dibersihkan dari debu. Muara akhirnya; tamu tidak kecewa.
Kelanjutan satu persoalan itu, sangat menghubungkannya dengan dua hal. Pertama, saat ini berlangsung Pekan Olahraga Wilayah (Porwil) IX Sumatera  di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel). Iven empat tahunan ini menjadi momentum yang ditunggu-tunggu bagi provinsi termuda (bersama Kepri) di Sumatera. Ini kesempatan bagi Babel untuk memperlihatkan ke “dunia luar” akan diri mereka yang dulu hanya bagian dari Sumsel.
Saat mendarat di Bandara Depati Amir, Pangkalpinang yang ukurannya (mungkin) sepadan dengan Bandara Tabing hingga berada di pusat kota, tak tampak kesibukan yang berarti terkait hajatan Porwil. Tak seberapa spanduk, baliho atau pun informasi di ruang publik yang mengabarkan iven tersebut.
Kondisinya justru semakin miris di berbagai venues. Nyaris tak ada penonton, kecuali mereka yang terlibat langsung pada Porwil tersebut. Kalau pun ada penonton, hanya sekelompok anak-anak sekolah. Banyak masyarakat yang tak tahu ada iven.
Situasi paling  “tragis” dan mengejutkan, tak lama setelah membuka Porwil, Gubernur Babel Rustam Effendi justru meninggalkan Stadion Depati Amir saat rangkaian acara pembukaan masih berlangsung.
Lalu apa hubungannya dengan Sumbar? Benang merahnya, pada keinginan menjadi tuan rumah.  Setelah dikumandangkan selepas PON XVIII di Riau, Sumbar terus mendengungkan keinginan untuk menjadi tuan rumah PON XXI/2024, atau sembilan tahun lagi. Tekad itu sudah disampaikan secara terbuka kepada insan olahraga Nasional.
Di hotel tempat Kontingen Sumbar menginap, juga terpasang sebuah spanduk bertuliskan; Sumbar Siap Menjadi Tuan Rumah PON XXI/2024. Kalau tidak sekarang, kapan lagi?
Jika diibaratkan pada tungku tigo sajarangan; insan olahraga, eksekutif dan legislatif, maka ketiga tungku ini sudah berada pada posisi yang seimbang. Tak ada ketimpangan sehingga proses selanjutnya bisa ditindaklanjuti.
Eksekutif sudah menyatakan dukungan penuh. Sumbar jadi tuan rumah PON XXI/2024. Wakil-wakil rakyat di DPRD Sumbar menyatakan hal senada. Ketua DPRD Sumbar Hendra Irwan Rahim menyatakan dukungannya.
Wakil Ketua DPRD Sumbar Arkadius Dt Intan Bano juga mendorong. Ia juga mengingatkan agar  KONI Sumbar  serius mempersiapkan atlet. Hasil Porwil dan PON di Jabar, tahun depan, akan menjadi parameter apakah Sumbar siap jadi tuan rumah atau tidak di PON 2024 mendatang.
Keterbatasan anggaran akan terpengaruh pada  pembinaan atlet, termasuk untuk mobilitas dan akumulasi. Jadi harus mengacu pada medali dan predikat secara nasional. Mau tidak mau KONI  harus bisa menetapkan atlet Porwil dan Kejurnas Pra-PON harus atlet yang bisa berbicara dan meraih prestasi.
Tabuh sudah digandang, tinggal bagaimana memproses dan menindaklanjuti langkah awal yang sudah dilangkahkan. Tindaklanjutnya ditentukan dari keseriusan dan konsisten menjaga kemauan untuk merealisasikan keinginan yang sudah dipancang sebelumnya. Kalau tidak sekarang, kapan lagi? Semoga semua komponen di Sumbar tak akan kehabisan darah untuk menjaga komitmen tersebut. Semoga! (*)


Catatan:
Tulisan ini dimuat di Harian Pagi Padang Ekspres edisi Minggu, 15 November 2015 dan di Tabloid Sumbar Pandeka, edisi Selasa 17 November 2015

No comments:

Ruang Buku Karya Dosen Unand

   Suatu ketika, saat podcast dengan Pak Ir  Insannul Kamil , M.Eng, Ph.D , WR III Unand. Kata beliau, Jangan Mengaku Mahasiswa jika tak B...