Oleh: Firdaus
Hakikat sebuah pesta, biasanya tuan rumah mempersiapkan diri
sejak awal. Langkah-langkah paling umum; menentukan jadwal, membenahi
lokasi acara, mengundang dan menanti tamu, memastikan tamu tidak kecewa.
Semua rangkaian tersebut saling terkait. Tidak bisa dipisahkan. Jika
dipisah atau salah satu terabaikan, maka akhir dari acara yang diadakan
bisa berakibat buruk.
Pada kesempatan ini, saya tak hanya akan membahas satu hal saja;
membenahi lokasi acara, agar tamu tidak kecewa. Saya memilih hal
tersebut hanya karena momentum saja.
Tidak didasarkan pada kriteria apa pun. Tidak pula tersebab peringkat
apa pun. Jika menjadi tuan rumah apa pun, biasanya persoalan membenahi
lokasi acara sangat mutlak. Jika tidak dibangun baru, bisa direnovasi,
dicat ulang, atau minimal dibersihkan dari debu. Muara akhirnya; tamu
tidak kecewa.
Saat mendarat di Bandara Depati Amir, Pangkalpinang yang ukurannya
(mungkin) sepadan dengan Bandara Tabing hingga berada di pusat kota, tak
tampak kesibukan yang berarti terkait hajatan Porwil. Tak seberapa
spanduk, baliho atau pun informasi di ruang publik yang mengabarkan iven
tersebut.
Kondisinya justru semakin miris di berbagai venues. Nyaris tak ada
penonton, kecuali mereka yang terlibat langsung pada Porwil tersebut.
Kalau pun ada penonton, hanya sekelompok anak-anak sekolah. Banyak
masyarakat yang tak tahu ada iven.
Situasi paling “tragis” dan mengejutkan, tak lama setelah membuka
Porwil, Gubernur Babel Rustam Effendi justru meninggalkan Stadion Depati
Amir saat rangkaian acara pembukaan masih berlangsung.
Lalu apa hubungannya dengan Sumbar? Benang merahnya, pada keinginan
menjadi tuan rumah. Setelah dikumandangkan selepas PON XVIII di Riau,
Sumbar terus mendengungkan keinginan untuk menjadi tuan rumah PON
XXI/2024, atau sembilan tahun lagi. Tekad itu sudah disampaikan secara
terbuka kepada insan olahraga Nasional.
Di hotel tempat Kontingen Sumbar menginap, juga terpasang sebuah
spanduk bertuliskan; Sumbar Siap Menjadi Tuan Rumah PON XXI/2024. Kalau
tidak sekarang, kapan lagi?
Jika diibaratkan pada tungku tigo sajarangan; insan olahraga,
eksekutif dan legislatif, maka ketiga tungku ini sudah berada pada
posisi yang seimbang. Tak ada ketimpangan sehingga proses selanjutnya
bisa ditindaklanjuti.
Eksekutif sudah menyatakan dukungan penuh. Sumbar jadi tuan rumah PON
XXI/2024. Wakil-wakil rakyat di DPRD Sumbar menyatakan hal senada.
Ketua DPRD Sumbar Hendra Irwan Rahim menyatakan dukungannya.
Wakil Ketua DPRD Sumbar Arkadius Dt Intan Bano juga mendorong. Ia
juga mengingatkan agar KONI Sumbar serius mempersiapkan atlet. Hasil
Porwil dan PON di Jabar, tahun depan, akan menjadi parameter apakah
Sumbar siap jadi tuan rumah atau tidak di PON 2024 mendatang.
Keterbatasan anggaran akan terpengaruh pada pembinaan atlet,
termasuk untuk mobilitas dan akumulasi. Jadi harus mengacu pada medali
dan predikat secara nasional. Mau tidak mau KONI harus bisa menetapkan
atlet Porwil dan Kejurnas Pra-PON harus atlet yang bisa berbicara dan
meraih prestasi.
Tabuh sudah digandang, tinggal bagaimana memproses dan
menindaklanjuti langkah awal yang sudah dilangkahkan. Tindaklanjutnya
ditentukan dari keseriusan dan konsisten menjaga kemauan untuk
merealisasikan keinginan yang sudah dipancang sebelumnya. Kalau tidak
sekarang, kapan lagi? Semoga semua komponen di Sumbar tak akan kehabisan
darah untuk menjaga komitmen tersebut. Semoga! (*)
Catatan:
Tulisan ini dimuat di Harian Pagi Padang Ekspres edisi Minggu, 15 November 2015 dan di Tabloid Sumbar Pandeka, edisi Selasa 17 November 2015
No comments:
Post a Comment