18 November 2015

Kembalikan ke Padang

* Porwil Sumatera, dari Padang ke Bangka Belitung:

 Catatan Firdaus



Sejarah pelaksanaan Pekan Olahraga Wilayah (Porwil) tak bisa dilepaskan dari semangat mempersatukan bangsa, terutama wilayah Sumatera dan Kalimantan Barat, yang digagas Tentara Nasional Indonesia.
Ivent ini, digagas  Pangkowilhan I (singkatan dari Panglima Komando Wilayah Pertahanan Wilayah I; ketika itu wilayahnya mencakup Sumatera dan Kalbar)  Letjen TNI Soesilo Soedarman. Gagasan itu dicetuskan pada rapat pimpinan Kowilhan I, di Medan, 8 November 1983. Rapat tersebut dihadiri para Panglima Komponen, Kapolda, Gubernur se-Sumatera/Kalbar.

Gayung pun bersambut.  Gubernur Sumbar (ketika itu) H Azwar Anas, mengajukan diri bahwa  Sumatra Barat bersedia menjadi tuan rumah.  Arena yang akan dipergunakan untuk Porwil I Sumatera/Kalbar merupakan peninggalan arena MTQ ke-13 tingkat Nasional, tahun 1983. Kompleks GOR H. Agus Salim merupakan arena utama, di kawasan kompleks GOR H. Agus Salim tersebut dipergunakan untuk pertandingan cabang sepakbola, atletik dan bulutangkis. Tenis di kompleks gubernuran (rumah dinas Gubernur Sumbar), basket di hall IKIP Padang (kini, Universitas Negeri Padang (UNP),---pen), catur di gedung Sasana Karya Korem 032/Wirabraja, menembak di lapangan tembak Rasyid Browning Nanggalo, yang baru saja selesai dibangun, dan ketika itu menjadi lapangan tembak terbaik di luar pulau Jawa.
Pelaksanaan Porwil tersebut membangkitkan gairah olahraga di Sumatra Barat. Pascaporwil, semangat untuk melahirkan prestasi yang lebih baik bermunculan, sehingga kemudian dibangun kolam renang Teratai, gedung Basket dan gedung serba guna.
Porwil I Sumatera/Kalbar, di Padang, 9-16 September 1984, benar-benar meriah. Malahan dalam buku Persepsi Minangkabau, Minang Rantau dilukiskan, kemeriahan yang terjadi di Sumatra Barat ketika itu benar-benar luar biasa. Seakan sambung menyambung. Setelah peringatan HUT ke 38 RI, disambung dengan kemeriahan tak terduga, Sumatra Barat memperoleh penghargaan Prasamnya Purnakarya Nugraha, supremasi tertinggi bagi sebuah provinsi yang secara konsisten mampu meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat, kemudian disusul dengan pelaksanaan Porwil. Setahun sebelumnya, Gubernur Sumbar Ir H Azwar Anas juga ditetapkan sebagai Pembina Penggerak Olahraga Nasional tahun 1983, hasil penilaian wartawan-wartawan olahraga yang bergabung dalam SIWO PWI Pusat.
Sumatra Barat tak hanya sukses menjadi pelaksana, tetapi prestasi yang dihasilkan atlet-atlet Sumatra Barat juga tergolong perkasa. Tuan rumah menempati peringkat tiga. Medali Sumbar dihasilkan dari atletik, 6 emas, 9 perak, 13 perunggu. Bulutangkis menyumbangkan 1 emas, 1 perak, 3 perunggu, catur mempersembahkan perak di nomor beregu putri, basket putra menyumbangkan satu perunggu, menembak memperoleh 7 perak, 10 perunggu. Tenis, mendapatkan 1 emas, 3 perunggu. Sepakbola, setelah tampil sebagai juara grup, lalu dikalahkan Bengkulu dalam adu pinalti di semifinal.  Sumatra Barat lolos ke PON, setelah memperoleh medali perunggu, setelah mengalahkan Sumsel pada perebutan juara III.
Perihal keberlanjutan Porwil setiap empat tahunan dan sekaligus menjadikan pelaksanaannya sebagai bagian dari pra kualifikasi atau Pra PON, diputuskan pada pertemuan insan olahraga di Padang, bersamaan dengan pelaksanaan Porwil I tahun 1984.
Ikrar dalam bentuk Kesepakatan Padang, dibacakan Ketua KONI Sumatra Barat Hasan Basri Durin, ketika penutupan Porwil I. Isinya, Porwil tak terpengaruh dengan adanya likuidasi Kowilhan I Sumatra/Kalbar, sebab dalam Pesta Olahraga Nasional (PON),  wilayah I sudah merupakan bagian dari beberapa cabang yang menyelenggarakan Pra PON. Pada Pra PON atau pun Porwil mendatang, tidak hanya tujuh cabang yang dipertandingkan,  bisa lebih.
Saat ini, Porwil IX Sumatera dilaksanakan di Bangka Belitung. Jika diurut teratur, dari 10 provinsi di Sumatera, hanya Bengkulu yang belum menjadi tuan rumah. Setelah itu, memungkinkan untuk “dipulangkan” kembali ke Padang. Itu artinya, jika tak ada perubahan rentang waktunya, akan kembali ke Padang delapan tahun ke depan, atau tahun 2023. Artinya, sekaligus memungkinkan untuk menguji keseriusan Sumbar menjadi tuan rumah PON XXI/2024 yang sudah didengungkan sejak tahun lalu. *




 Catatan: Tulisan ini dimuat di Harian Umum Rakyat Sumbar, Padang Ekspres dan tabloid Sumbar Pandeka, edisi Sabtu 14 November 2015



No comments:

Ruang Buku Karya Dosen Unand

   Suatu ketika, saat podcast dengan Pak Ir  Insannul Kamil , M.Eng, Ph.D , WR III Unand. Kata beliau, Jangan Mengaku Mahasiswa jika tak B...