17 January 2022

Buat Orang Lupa Agama

Pesan singkat yang dikirim senior saya di dunia kewartawanan ketika berkiprah di Harian Semangat; Nofi Sastera,  mengabarkan H Zainuddin Tamir Koto yang akrab dengan sapaan Zatako, meninggal dunia, membuat saya tersentak.


Telah lama saya tak jumpa Pak Haji ----sapaan akrab saya pada H Zatako--. Cukup lama juga tak dengar kabar tentang beliau. Terakhir kali berjumpa ----saya tak ingat lagi jadwalnya--- namun yang saya ingat, terakhir kali bertemu beliau di Stadion Teladan Medan. Ketika itu Semen Padang menjadi tamu PSMS pada Divisi Utama Liga Indonesia.

Yang saya ingat ketika itu, Semen Padang menuntaskan pertandingan dengan kemenangan. Wajah wartawan olahraga senior itu tampak berseri-seri. Saya pun menggodanya, “wartawan Medan kok senang timnya kalah?” kata saya.

“Saya wartawan yang menetap di Medan, tapi darah saya masih darah rang Minang,” jawabnya.

Itulah pertemuan terakhir. Setelah itu, saya tak pernah lagi jumpa Pak Haji. Kabarnya pun tak pernah saya dapatkan, sampai kemudian saya mendapatkan kabar duka, kepergian pak haji untuk selamanya.

Bagi saya, yang memulai karir kewartawanan dari liputan olahraga, sosok pak haji adalah sosok unik, menarik dan patut dijadikan sebagai teladan. Saya mengenalnya jauh sebelumnya saya menjadi wartawan. Saya mengenal pak haji dari berita-berita olahraganya yang dimuat berbagai harian terbitan Padang, sejak tahun 1980-an.

Ketika pertama kali bertemu dan memperkenalkan diri padanya, juga di lapangan hijau. Hanya saja, saya tak tahu pasti kejadian itu. Yang saya ingat adalah, saya ketika itu meliput partai pertandingan PSP Padang, saat laga divisi II PSSI.

 

 

 

 

 

No comments:

Ruang Buku Karya Dosen Unand

   Suatu ketika, saat podcast dengan Pak Ir  Insannul Kamil , M.Eng, Ph.D , WR III Unand. Kata beliau, Jangan Mengaku Mahasiswa jika tak B...