Minggu (12/1-2020) siang, sebuah pesan singkat aku kirim ke Ira Anzaina Putri. Aku biasanya menyapanya dengan sapaan Mbak Ira. Kami kenal baru melalui WA, sejak sebulan terakhir.
"Mbak, kopernya belum datang," isi pesan yang ku kirim.
Pesan yang sama juga ku kirimkan ke Mbak Juli. Isinya sama, mengabarkan koper yang katanya sudah dikirimkan sepekan lalu belum juga sampai, sementara kebutuhan lain sudah datang beberapa hari lalu.
Tak lama, kurang dua menit, pesan singkat tersebut langsung dibalas.
"Sebentar, Pak. Saya cek sebentar," balas Mbak Ira, Human Capital Executive Paragon Technology and Innovation.
Mbak Juli membalas pula, "Saya konfirmasi ke gudang sebentar ya, pak," katanya.
Sambil menunggu informasi lanjutan, tiba-tiba sebuah minibus berhenti di depan rumah.
"Paket...!" suara seorang lelaki yang keluar dari mobil. Aku menghampiri, lalu membuka pagar.
"Ada paket untuk Pak Firdaus," katanya.
"Ya, saya," aku menjawab sembari langsung menebak kiriman dari Paragon. Lelaki muda yang membuka bagian tengah Grand Max putih, membenarkan.
Tak hanya aku yang gembira menyambut kehadiran paket tersebut. Isteri dan kedua anakku tampak senang. Bahagia sekali mereka.
"Alhamdulillah," kata Erlina Rivai, isteriku.
"Jadi juga Abi umroh," goda Zhilan dan Zidane, keduanya menikmati hari libur di rumah.
Beberapa hari belakangan, isteriku sangat antusias mempersiapkan kebutuhan umroh sesuai buku panduan biro perjalanan NRA. Anak-anak serta kakak, adik, keponakan dan keluarga besarku dan keluarga isteri sangat bahagia mendengar rencana aku akan umroh. Mereka bahagia sekaligus terkejut sebab rencana keberangkatanku terkesan mendadak.
Sehari sebelumnya, paket dalam berupa buku panduan umroh, pakaian ihram, kain batik biro perjalanan, NRA, sampai di rumah. Aku dan isteri langsung menghubungi penjahit langganan kami. Maklum, Selasa (14/1-2020) aku harus ke Jakarta dan bergabung dengan semua calon jamaah umroh karyawan PT Paragon Technology and Innovation. Aku kuatir, kain batik tersebut tidak akan terkejarkan untuk dijahit menjadi baju.
"Komunikasikan ke Mbak Ira jika tak terkejarkan menjahit, ya Pak. Nanti dibantu Mbak Ira menyampaikan ke biro perjalanannya," tambah Mbak Juli.
Kali ini, aku membalas pesan Mbak Juli dengan emoji orang tersenyum, tapi anjuran tersebut tak langsung kuturuti.
"Insya Allah saya perioritaskan, Bi," kata Ustadz Anto, penjahit langganan kami, yang juga seorang ustadz.
Saya hanya "memberi waktu" dua hari saja kepada beliau.
Alhamdulillah. Ustad Anto justru langsung mengantarkan ke rumah, selesai salat Subuh, sehari sebelum saya menuju Jakarta.
"Semoga selalu diberi kesehatan dan selamat dalam perjalanan bersama rombongan. Semoga mabrur dan makbul, Abi," katanya.
Menjelang Maghrib, di hari Minggu itu juga, Mbak Ira menyampaikan pula kabar. Ia baru saja mentransfer titipan Bu Nur (Nurhayati Subakat) pemilik dan pendiri Paragon Technology and Innovation, sebagai tambahan bekal untuk perjalanan umroh nanti. Bersamaan, ada bunyi khusus di selularku. SMS banking-ku berbunyi. Alhamdulillah.
Aku benar-benar memanjatkan syukur yang tiada terkira. Sudahlah diberi satu seat untuk ikut umroh bersama paket umroh gratis karyawan PT Paragon Technology and Innovation, dibekali pula dengan tambahan selama perjalanan umroh.
“Buk Nur mohon maaf, Pak. Tak banyak,” kata Mbak Ira.
Bagiku, yang diberikan beliau, justru sangat banyak. Diajak umroh bersama karyawannya saja sudah sangat luar biasa, apalagi ada tambahan bekal.
Dihari Minggu itu, saya masih minum obat dari dokter. Malam sebelumnya, saya sempat berobat karena sejak Jumat siang hingga Sabtu malam, suhu tubuhku terasa sangat tinggi. Aku mendemam. Aku merasakan tubuhku menggigil, sementara isteri dan anak-anakku merasakan suhu tubuhku sangat panas.
Aku terus memaksakan diri untuk mempersiapkan semuanya secara maksimal. Minggu malam, aku dan isteri masih mengecek semua kebutuhan. Masih ada yang kurang. Senin siang aku dan isteri belanja ke Pasar Raya Padang mencari kebutuhan yang harus dibawa ke Tanah Suci.
Persiapan-persiapan lain pun aku lakukan, sembari mengingat hari-hari yang telah berlalu. Sama sekali tak pernah menduga, Allah SWT memberikan jalan kepadaku untuk menunaikan ibadah umroh melalui umroh bersama rombongan Paragonians, sebutan untuk karyawan Paragon Technology and Innovation.
Aku mendapatkan kesempatan emas ini melalui sosok Dr Aqua Dwipayana. Aku biasa menyapa beliau dengan sapaan Mas Aqua, motivator hebat yang dimiliki Indonesia saat ini. Ketika itu, diawali Desember 2019, beliau yang dalam perjalanan ke Sijunjung bersama Letnan Jenderal TNI Doni Monardo, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Beliau mengajakku berangkat umroh bersama karyawan Paragon Technology and Innovation.
Katanya, Ibu Nurhayati Subakat memberikan kesempatan kepada lima wartawan untuk umroh bersama Paragonians. Sepenuhnya diserahkan ke Mas Aqua untuk memilih orangnya.
Mas Aqua kemudian menginventaris sahabat dan yuniornya di jurnalistik. Aku salah satunya.
Belakangan aku dapat kabar, butuh waktu panjang bagi Mas Aqua untuk memutuskan siapa lima wartawan yang diajaknya umroh bersama perusahaan yang salah satu produknya adalah Kosmetik Wardah. Sulitnya beliau memutuskan bukan tanpa alasan, selain sebagai seorang yang lama berkecimpung di dunia jurnalistik dan menjadi motivator, beliau punya banyak teman, sahabat jurnalis. Dari Sabang sampai Merauke.
Kelima wartawan tersebut, Erwin Kustiman (Pikiran Rakyat Bandung), Djoko Heru Setiyawan (Jawa Pos Radar Bali Denpasar). Mereka berangkat pada Kloter 13. Sedangkan aku, Suyunus Rizki Ekananda (wartawan Koran Jakarta), Juhri Samanery (SCTV - Indosiar di Maluku), berangkat pada Kloter 14. Khusus nama terakhir, bukan pilihan Mas Aqua, tetapi beliau minta kepada Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Doni Monardo untuk menunjuk orangnya.
Aku bersyukur karena termasuk dalam lima wartawan yang diajak umroh. Aku yakin, kesempatan ini bukanlah kebetulan. Aku ingat apa yang pernah disampaikan Mas Aqua saat memberikan motivasi kepada personil BPBD se-Sumbar, pertengahan Desember 2020 lalu.
Kata beliau, tak ada yang kebetulan dalam hidup. Semua sudah digariskan Allah SWT. Semua atas kehendak-NYA. "Kita hanya menjalankan skenario yang sudah disiapkan Allah SWT untuk kita," kata perintis umroh gratis The Power of Silaturahmi, sesuai judul buku super best seller-nya.
Labbaika Allahuma Labbaika...! *
No comments:
Post a Comment