Umroh Gratis Karyawan Paragon Technology
and Innovation (4)
Perjalanan Jakarta –
Madinah menggunakan penerbangan Garuda Indonesia, GA 960, berlangsung tenang.
Sesekali terasa ada guncangan. Aku dapat seat 41 C. Di sebelah kiriku Aziz. Di
kirinya, Risnanda. Keduanya kukenal di dua tempat berbeda.
Aziz merupakan karyawan
Paragon Technology and Innovation yang sehari-hari bertugas di Cirebon. Aku
mengenalnya di Bandara Soeta – Tanggerang, disaat semua rombongan calon jamaah
umroh berkumpul.
Ketika itu, ada banyak
orang menggunakan seragam sewarna dengan kemaja batik yang aku gunakan. Seragam
bermerek NRA (Nur Rima Al-Waali), biro perjalanan yang akan menggantarkan kami
ke Tanah Suci. Kendati berseragam sama, namun aku menghitung, terlihat nyata
ada lima kelompok. Aku harus di mana?
Aku perhatikan secara
seksama.
“Kita ke sana,”
ajak Ira Anzaina Putri (Human Capital
Executive Paragon Technology), yang biasa aku sapa Mbak Ira, sebelum sempat aku
menentukan kepastian kelompok mana yang harus didatangi.
“Ya,” balasku. Junus
dan Juhri mengiyakan.
Ada perbedaan
penampilan kelompok yang hendak kami tuju dibandingkan empat yang lain. Kami
menuju kelompok jamaah yang menggunakan scarf
berwarna biru, bermerek Jamaah Umroh Paragon.
Scarf yang sama juga melingkar
di leherku dan Junus serta Juhri.
Aku mengenal Risnanda di
Wisma Haji dan Umroh milik NRA, Jl. Mampang Prapatan Raya No 74E Tegal Parang -
Jakarta Selatan. Ketika hendak salat Magrib,
aku turun ke musala wisma. Ketika itu, ada Risnanda bersama isterinya dan Eggy
Erizal bersama isteri. Kami berjamaah. Risnanda yang jadi imam.
Perjalanan kami selingi
dengan bicara panjang lebar, khususnya seputar ibadah umroh. Ada kalanya kami
juga asyik sendiri-sendiri dengan tayangan di depan kursi masing-masing. Aku
menikmati sajian salawat penyejuk jiwa melalui fasilitas tayangan di pesawat.
Menggunakan Headphone yang
disediakan.
Sampai di Madinah,
setelah mengambil koper kecil, perjalanan dilanjutkan ke Hotel Al-Haram.
“Nanti keluar dari
hotel, lurus saja. Kita akan jumpai pintu dua puluh enam, nah itu panduannya,”
kata Ustad Hakim, pembimbing ibadah yang disediakan untuk kami. Ustad Hakim
sudah enam tahun menetap dan kuliah di Makkah.
Biro perjalanan NRA
menyediakan dua orang ustad untuk membimbing dan mendampingi Jamaah Umroh
Paragon. Selain Ustad Hakim, juga ada Ustad Muhammad Azzam yang berangkat
bersama jamaah, Jakarta – Madinah – Makkah – Jeddah – Jakarta. Ustad Hakim
menjemput ke Bandara Internasional Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMMA)
Madinah, mendamping selama di Tanah Suci hingga ke Bandara Internasional King
Abdul Aziz di Jeddah.
Informasi Ustad Hakim
semakin membuat semangat jamaah umroh Paragon bersemangat. Setelah turun dari
bus, dalam perjalanan masuk ke lobi hotel, sebuah suara membelah keheningan
malam.
“Jam dua nanti, kita ke
masjid,” ajak suara itu Informasi Ustad Hakim semakin membuat semangat jamaah
umroh Paragon bersemangat. Setelah turun dari bus, dalam perjalanan masuk ke
lobi hotel, sebuah suara membelah keheningan malam.
“Jam dua nanti, kita ke
masjid,” ajak suara itu. Entah siapa yang memulai, tak ada yang tahu, tetapi
semua menjawab setuju. Ketika itu, pukul 00.15 waktu Madinah.
Benar saja. Kamis, 16
Januari 2020, pukul dua, semua sudah berada di lobi hotel. Setelah cukup,
langkah pun dilangkahkan menuju Masjid Nabawi. Dingin. Menggigil. Angin
berhembus sangat kencang. Suhu dinihari, 8 derajat celsius.
Aku bersama Paragonians
(sebutan untuk karyawan Paragon dan keluarga besar Paragon) bergerak menuju pintu 26 Masjid Nabawi. Bismillahirahmanirrahim. Langkah pun
dilangkahkan. Suhu dingin terasa menusuk tulang.
Di dalam masjid, jamaah lain
sudah ramai, mengisi syaf-syaf demi syaf. Saya dan tujuh teman lainnya, bergegas menuju syaf terdepan. Tujuannya,
Raudah (Taman Sorga), yang terletak antara mimbar Rasulullah dengan
kediamannya.
Dalam risalah disebutkan, Raudah
merupakan salah satu tempat paling mustajab dalam doa. Dua jamaah mendapatkan
kesempatan masuk ke Raudah. Lainnya berada syaf lain. Raudah merupakan salah
satu tempat utama jamaah. Diriwayatkan
Abdullan bin Zaid al-Maziini RA, Nabi SAW bersabda, Antara rumahku dan mimbarku
adalah salah satu taman surga. Kemulian ini membuat jemaah selalu mengincar
tempat ini untuk melaksanakan salat
wajib dan sunah.
Raudah tidak terlalu besar.
Ukurannya hanya 22 x 15 meter. Terbentang dari mimbar yang dulunya dipakai Nabi
Muhammad hingga sebelah rumah beliau. Kini, Raudah menjadi bagian dari Masjid
Nabawi yang memiliki 232 tiang. Awalnya, masjid ini memiliki enam tiang.
Tiang-tiang Masjid Nabawi, pada mulanya tiang tersebut berasal dari pohon
kurma.
Sesampai di bagian utama Masjid
Nabawi, khususnya di pintu 2, 3 dan 4, aku melihat orang berlarian. Aku
tertegun, lalu ikut berlari ke arah orang berlari tersebut. Aku yakin, petugas
telah membuka sekat untuk masuk ke Raudah. Impian untuk bisa beribadah di
Raudah membuncah dalam diri kami.
“Haji.., haji.., haji..,” teriak
petugas sembari menunjuk-nunjuk.
Aku melihat kepadanya. Tunjuknya
di antaranya ditujukan juga padaku, pada jamaah lainnya. Ia kemudian
merentangkan tangan, pertanda tak boleh melewati batas yang diberikannya.
Jamaah lain berdiri terpaku. Aku juga. Tak lama di antaranya, ia kemudian
memberikan tanda agar semua duduk.
Aku melihat ke kiri, mencari
titik batas rumah Rasulullah yang kini sudah dijadikan komplek pemakaman
beliau. Seorang lelaki di sebelah kananku juga terlihat mengamati hal yang
mirip denganku.
“Kita di luar Raudah,” katanya.
Aku mengangguk.
Posisiku ketika itu, dua shaf di
belakang shaf terakhir Raudah. Tak bisa masuk menembus Raudah, akhirnya aku
kuatkan diri untuk tetap berada di syaf tersebut, lalu mencari celah untuk bisa
masuk. Minimal, selepas salat Subuh. Eh, belum selesai salat Subuh, wilayah
Raudah sudah ditutup kembali.
Hari pertama ke Masjid Nawabi
tersebut, ternyata hanya dua di antara delapan jamaah pria rombonganku yang
berhasil masuk ke Raudah dinihari tersebut. Ia berkesempatan beribadah di
Raudah hingga lepas Subuh.
Selepas Subuh, aku akhirnya
mengikuti alur jamaah yang berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW melalui pintu
di depan syaf terdepan Masjid Nabawi. *
No comments:
Post a Comment