Umroh Gratis Karyawan Paragon Technology
and Innovation (5)
“Mengapa hanya tiga
hari saja, ustad?” protes beberapa orang di antara kami.
Sang ustad, Muhammad
Azzam, hanya menjawab dengan senyum. Tanpa perlu dijelaskannya, ia yakin semua
jamaah umroh Paragonians, yang terdiri dari karyawan, keluarga dan wartawan, sudah
tahu jawabnya.
Sari Nuryatini, Esa dan
Rahmadan Syahril, tiga karyawan Paragon Technology and Innovation yang
ditugaskan perusahaan untuk memimpin Kloter 14, tersenyum.
“Insya Allah, suatu
saat kelak kita bisa kembali ke sini,” kata Rahmadan Syahril.
“Protes” yang meluncur
tersebut, sebenarnya bagian dari rasa terkejut karena Ustad Azzam dan Ustad
Hakim mengabarkan, besok pagi, semua Jamaah Umroh Paragon sudah harus berada di
lobi hotel, lalu secara berjamaah menuju makam Nabi Muhammad SAW.
“Kita ziarah wada’ ke
makam Nabi Muhammad,” kata Ustad Hakim.
Semua paham. Ziarah
wada’ menandakan bahwa rombongan Jamaah Umroh Paragon akan segera meninggalkan
Madinah. Akan meninggalkan Masjid Nabawi. Meninggalkan makam Nabi Muhammad SAW
yang bersebelahan dengan Makam Abu Bakar Siddiq dan Makam Umar Bin Khatab.
Aku menyimak semua yang
dijelaskan Ustad Muhammad Azzam. Ustad yang mengelola pondok pesantren di
Lombok, menceritakan kisah perjalanan Nabi Muhammad SAW. Ia mengisahkan
beratnya perjuangan Nabi Muhammad SAW, termasuk hal-hal yang ada di sekitar
kawasan Masjid Nabawi.
Di rumah Rasulullah
yang kini menjadi makam, ada jendela menghadap ke Baqi. Baqi terletak di
sebelah Tenggara rumah Nabi, atau
Tenggara dari Masjid Nabawi. Pemakaman Baqi
dikenal dengan Jannatul Baqi. Dalam
sejarahnya, Allah perintahkan Nabi Muhammad untuk menjadikan kawasan tersebut sebagai pekuburan kaum muslimin di Madinah. Luas
pemakaman di Baqi 180.000 m2, kelilingnya dipagar tinggi.
Sahabat
pertama dimakamkan di Baqi, Utsman bin Mazh’un Radhiallahu ‘anhu”.
isteri-isteri Rasullah, anak-anak beliau, sahabat dan pejuang-pejuang Islam
dimakamkan di Baqi. Di antara keutamaan pemakaman di Baqi, selain tempatnya
atas perintah Allah kepada Nabi Muhammad, Rasullah juga berjanji untuk selalu
menziarahi pemakaman tersebut.
“Siapa yang
bisa meninggal di Madinah, silahkan meninggal di Madinah. Karena aku akan
memberikan syafaat bagi orang yang meninggal di Madinah.” (HR. Turmudzi 3917,
dishahihkan An-Nasai dalam Sunan al-Kubro (1/602) dan al-Albani).
Di sebelah
jendela, ada pintu yang lebih besar. Pintu yang sekaligus berada di bagian
belakang rumah tersebut menjadi tempat bagi malaikat Jibril untuk berkunjung
menemui Baginda Rasulullah. Ada rasa berbeda mengalir dalam tubuh.
Ustad Hakim
kemudian memimpin doa. Doa panjang disampaikan untuk Rasulullah, keluarga,
sahabat dan pejuang-pejuang Islam. Lantunan doa menembus relung-relung kalbu.
Hadirkan rasa rindu. Rindu pada Rasulullah. Rindu pada Baginda Rasul. Baru dua
hari lalu berada di Madinah, kini sudah harus bersiap-siap untuk meninggalkan
Kota Madinah. Baru beberapa kali saja berziarah di makam Baginda Rasul, sekali di Baqi, sekali di Jabal Uhud, kini
sudah harus berpisah.
“Sekarang,
lanjutkan doa sendiri. Sampaikan semua isi hati,” kata Ustad Hakim seusai
memimpin doa.
Satu
persatu memperbaiki posisi. Ada yang bergerak agak menjauh. Ada yang tetap pada
posisinya semula. Aku tak bergerak. Terus melanjutkan doa. Salah satu isi doa
yang saya sampaikan; meminta dan bermohon agar
Allah memberikan kesempatan dan kemudahan padaku serta keluarga
untuk beribadah di Tanah Suci.
Menunaikan ibadah haji dan umroh.
Dalam
perjalanan menuju Masjid Bir Ali untuk Miqat sebelum umroh, sekitar 20 menit
menggunakan bus dari Madinah, masih sangat segar dalam ingatanku perihal tiga
hari di kota suci tersebut. Hari-hari beribadah
di Masjid Nabawi. Berburu waktu untuk bisa masuk ke Raudah. Alhamdulillah,
semua jamaah dapat beribadah di Raudah. Ada di antaranya yang lebih dari
sekali.
Ziarah ke
Jabal Uhud juga tak kalah membuat ada rasa haru. Nabi Muhammad memimpin perang
besar di Jabal Uhud. Jabal (Gunung) Uhud berjarak sekitar 5 KM dari Madinah.
Tingginya sekitar 1.050 meter.
Panjangnya 7 Km dan terdiri dari batu-batuan granit, marmer merah dan batu-batu
mulia. Jabal Uhud tidak tersambung dengan gunung yang lain.
Ziarah ke
Jabal Uhud tidak langsung datang ke sana, tetapi hanya melihat dari kejauhan,
tepatnya Lembah Aqiq, tempat perang besar Perang Uhud. Di sana ada Jabal Arrimah yang sekaligus ada Makam
Syuhada Uhud. Saat Perang Uhud, 15
Syawal 3 Hijrah atau Maret 625 Masehi, 70 sahabat Nabi Muhammad dan pejuang
Islam, gugur. Termasuk paman
Rasulullah, Hamzah bin Abdul Mutholib. Mereka
yang gugur dimakamkan di Makam Syuhada Uhud.
Perang Uhud
jumlah pasukan tidak berimbang. Awalnya Rasulullah memimpin 1.000 orang, kaum
musrikin Quraisy 3.000-an orang, namun ada di antara pasukan nabi tersebut yang
mengundurkan diri, sehingga Rasulullah hanya memiliki 700 orang pasukan.
Dalam
sejarahnya, saat perang tersebut, kaum muslimin sebenarnya
telah mendapatkan kemenangan dan kaum musyrikin mundur. Tapi 50 pemanah yang
ditempatkan di Jabal Arrimah tergoda
melihat barang-barang berharga yang ditinggalkan musuh, mereka turun dan
mengabaikan perintah Nabi Muhammad, kecuali
Abdullah bin Jabir dan enam pemanah lainnya.
Alhasil,
melihat situasi itu Khalid bin Walid (komandan Quraisy saat itu dan belum masuk
Islam) memanfaatkan keadaan membawa pasukan berbelok dari arah belakang pasukan
Islam dan pasukan kaum muslim mengalami kekalahan yang tidak sedikit.
Ziarah juga
dilakukan ke rumah-rumah sahabat Nabi Muhammad yang sudah dijadikan masjid. Termasuk ziarah ke Masjid Qiblatain. Qiblatain berarti dua kiblat.
Masjid ini mulanya dikenal dengan
nama Masjid Bani Salamah karena dibangun
di bekas rumah Bani Salamah. Letaknya di
tepi jalan menuju kampus Universitas Madinah di dekat Istana Raja ke jurusan
Wadi Aqiq atau di atas sebuah bukit kecil di utara Harrah Wabrah, Madinah.
DI awal Islam, orang melakukan salat
dengan kiblat ke arah Baitul Maqdis atau Masjidil Aqsha)
di Palestina. Tahun ke 2 Hjijriah, Senin
di bulan Rajab, saat Nabi Muhammad salat zuhur di Masjid Bani Salamah, saat itu
beliau menghadap ke arah Masjidil Aqsa, tiba-tiba turun wahyu (Al Baqarah ayat
144) yang artinya; “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Alkitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”
Masjid Quba
merupakan masjid pertama dibangun Rasulullah SAW, yakni pada tahun 1 Hijriyah
atau 622 Masehi. Masjid ini sudah bisa digunakan dihari ketiga pembangunannya.
Kini dapat menampung hingga 20 ribu
jamaah.
Masjid ini
memiliki tiga pintu utama dan 16 pintu.
Tiga pintu utama berdaun pintu besar dan ini menjadi tempat masuk para jamaah
ke dalam masjid. Dua pintu diperuntukkan untuk masuk para jamaah laki-laki
sedangkan satu pintu lainnya sebagai pintu masuk jamaah perempuan. Diseberang
ruang utama masjid, terdapat ruangan yang dijadikan tempat belajar mengajar.
Di antara
keutamaan beribadah di Masjid Quba, menurut Ustad Hakim, melaksanakan salat
sunah di sini, ibadahnya sama dengan melaksanakan sekali umroh.
“Kita sudah
sampai di Masjid Bir Ali, saatnya mempersiapkan diri untuk Miqat,” kata Ustad
Hakim.
"Labbaik
allahumma labbaik, labbaika la syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni‘mata
laka wal mulk. La syarika lak.
“Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah.
Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Tiada
sekutu bagi-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Sungguh, segala puji, nikmat,
dan segala kekuasaan adalah milik-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu.”
Waktu
berlalu terasa sangat singkat! *