Namanya, Indra Charismiadji. Ia seorang pemerhati dan praktisi pendidikan Indonesia, yang selalu gelisah. Ia tak pernah bisa tenang karena selalu memikirkan kondisi pendidikan di Indonesia, khususnya di Sumatera Barat.
“Perlu langkah besar dan tindakan nyata, sehingga pendidikan di Indonesia, khususnya Sumatera Barat, benar-benar berada pada jalur yang diharapkan,” katanya suatu ketika, sembari menyebutkan, sesungguhnya pendidikan di Sumatera Barat bisa melompat lebih tinggi dari yang ada sekarang, sebab negeri ini punya sejarah dan potensi besar sebagai negerinya orang-orang cerdas.
Indra kemudian membeberkan sejumlah fakta. Katanya, nenek moyang orang Minangkabau, merupakan orang-orang yang kreatif sekali. Ketika orang masih memikirkan rencana di daerahnya, nenek moyang orang Minang sudah pergi merantau. Mereka pergi tanpa banyak pertimbangan. Tidak punya banyak benar, selain keimanan dan seni bela dirinya.
Banyaknya pejuang, sastrawan, pendidik, ulama dan wartawan hebat dimasa lalu, merupakan bukti nyata kelebihan orang Minang yang diberikan Allah. Mereka turut membangun negeri ini dengan berbagai kelebihan yang dimiliki.
“Saya bersyukur menjadi bagian dari orang Minang karena kakek saya pernah hidup dan menetap lama di Tanah Minangkabau,” kata Indra sembari menyebutkan, kakeknya menjadi salah satu warga transmigrasi di Sijunjung (kini, Dharmasraya).
Wujud pengabdiannya ke tanah yang sudah turut membesarkannya itu pula, Indra yang kini Direktur Eksekutif Center for Education Regulations and Development Analysis (CERDAS) ini terus berinovasi untuk melahirkan sesuatu yang bermanfaat guna memajukan dunia pendidikan, khususnya untuk Sumatera Barat, kampung halaman kedua putra Sunda ini.
Indra menyelesaikan studi dari the University of Toledo, negara bagian Ohio, Amerika Serikat, dengan gelar ganda di bidang keuangan dan pemasaran untuk jenjang strata satu. Lalu, dia melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi di Dana University, Ottawa Lake, negara bagian Michigan, Amerika Serikat.
Berbekal pengalaman bekerja di beberapa perusahaan tingkat dunia di Amerika Serikat seperti Merril Lynch, Omnicare, dan Dana Corporation, Indra memutuskan untuk kembali ke tanah air. Memilih berperan aktif dalam mengembangkan mutu pendidikan di Indonesia.
Dia pun memiliki pengalaman yang unik saat memutuskan kembali ke Indonesia, setelah memiliki karier yang cemerlang di Amerika Serikat. “Di koran-koran dan televisi, saya selalu membaca, melihat, dan mendengar bahwa Indonesia sangat banyak masalah. Itu yang mendorong saya pulang ke Indonesia,” katanya.
Padahal, Indra saat itu sudah hidup cukup mapan bersama keluarganya di Amerika. Tapi, hal itu dia tinggalkan semua demi mewujudkan cita-citanya memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. Tak bisa dipungkiri, banyak teman yang sudah hidup nyaman di Amerika mencegahnya pulang.
“Bodoh kalau pulang ke Indonesia dalam kondisi yang masih kacau. Nanti saja, kalau sudah bagus, kita kembali,” katanya, menirukan saran teman-temannya. Tapi, karena dorongan hati yang demikian kuat, ayah dua anak ini berani meninggalkan gaji sekitar Rp 500 juta untuk memulai dari nol di negaranya sendiri.
“Kalau bukan orang Indonesia sendiri yang memperbaiki, lalu siapa lagi?” kata pria yang hobi membaca buku ini.
Tekad itu pula yang mendorongnya supaya bisa pula memberikan pengabdian secara khusus untuk Sumatera Barat. Hasilnya tak mengecewakan. Dalam tiga tahun terakhir, Indra dan tim berhasil meyakinkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggelontorkan dana untuk peningkatan kualitas guru di Sumbar, sebesar Rp 20 Miliar, dalam bentuk Program Organisasi Penggerak (POP) yang melibatkan 2.400 guru di Sumatera Barat, berlangsung 2021 – 2023.
“Saya menikmati bisa berbagi kepada guru-guru di Sumbar, walau harus bolak-balik Padang – Jakarta dalam rentang jarak berdekatan,” kata Indra Charismiadji yang sudah akrab dengan banyak guru di Sumbar. *
No comments:
Post a Comment