Pesan Mas Aqua Dwipayana:
Alhamdulillah. Akhirnya, impian lama saya, dapat direalisasikan. Bagi saya, momentumnya, sangat penting. Bertepatan dengan peringatan Hari Pers Nasional, tahun 2021. Impian ini, tak lepas dari motivasi yang sering “cambukkan’ Aqua Dwipayana kepada saya. Sehari-hari saya menyapanya dengan panggilan Mas Aqua.
“Selalulah berkarya dengan
karya-karya yang menginspirasi banyak orang,” kata Aqua Dwipayana, motivator
Indonesia yang terkenal dengan “The Power of Silaturrahmi”-nya.
Beberapa tahun silam, saya
mempersiapkan sebuah buku jurnalistik. Kehadiran buku tersebut, sebagai
“sumbangan” pikiran saya terhadap dunia
yang sudah saya geluti sejak tamat SMA. Ide buku itu disampaikan salah seorang
Dosen Pembimbing Skripsi S.1 saya Dr Sumartono Mulyodihardjo. Ketika itu,
beliau sudah menjadi Dekan Fisipol Universitas Ekasakti – Padang.
Setelah bukunya saya susun, saya himpun data, kemudian saya tulis, lalu siapkan secara cermat. Ketika bukunya 80 persen jadi, saya kabarkan kepada Mas Aqua Dwipayana tentang apa yang saya rencanakan. Beliau ternyata merespon dan memberikan dukungan penuh.
“Ayo, cepat selesaikan bukunya.
Buku tersebut pasti sangat berguna bagi mahasiswa dan calon wartawan,” katanya
justru bersemangat.
Ketika saya memberanikan diri
meminta Mas Aqua Dwipaya memberikan Kata Pengantar, beliau meresponnya dengan
rendah hati. Saya tetap meminta sehingga akhirnya beliau bersedia.
Pesan yang disampaikannya pada
Kata Pengantas, sangat menginspirasi dan menambah motivasi saya;
Pada toko-toko buku di Eropa dan
Amerika Serikat, rak-rak “Best Seller” didominasi buku-buku karya para jurnalis
atau wartawan. Buku tulisan wartawan bahkan terkesan diposisikan sebagai karya
bergengsi dan punya nilai jual tinggi. Ada label wartawan yang dilekatkan
dengan nama penulisnya dan eksplisit tertulis di sampul depan atau belakang.
Kenyataan berlawanan kita temukan di toko-toko buku di Tanah Air.
Melihat kondisi “miris” seperti
itu, setiap bertemu dengan rekan-rekan wartawan, saya tidak bosan-bosannya
mendorong mereka untuk menulis buku. Wartawan tentu telah memiliki syarat
material untuk menulis buku. Soal tulis-menulis, bagi wartawan itu sudah
menjadi menu sehari-hari. Dalam menjalankan tugas-tugas jurnalistik, para
wartawan tentu juga mendapatkan banyak sekali bahan berupa data dan informasi.
Bahan yang melimpah itu sudah pasti tidak semua terpublikasi di media tempat
mereka bekerja.
Bahkan dapat dikatakan yang
terpublikasi itu hanya sebagian kecil dari data dan informasi yang didapatkan
para wartawan dari lapangan atau kegiatan liputan. Tidak jarang, yang dapat
dimunculkan di pemberitaan pun hanya menyangkut angle tertentu. Hal itu karena
media memiliki keterbatasan ruang dan waktu.
Media cetak dibatasi jumlah
baris, kolom, dan halaman, sedangkan media elektronik seperti radio dan televisi
dibatasi durasi siaran atau tayang. Pilihan kebijakan redaksi juga menjadikan
banyak data, informasi, dan pengetahuan yang dibutuhkan publik tidak tertampung
di berita-berita media massa.
Sayang sekali seandainya
bahan-bahan yang penting dan menarik bagi publik itu hanya tersimpan di block
notes atau file rekaman para wartawan. Data dan informasi penting dan menarik
akan lebih bermanfaat jika dituangkan menjadi buku. Dan untuk melakukan itu,
hanya cukup satu syarat yang harus dipenuhi rekan-rekan wartawan, yakni kemauan
menuangkannya.
Media Pembelajaran
Karena itu, saya bersuka cita dan
mendukung ketika Firdaus Abie
mengabarkan siap meluncurkan buku
Logika Bahasa Berita (Kritik Atas Penggunaan Bahasa dalam Kegiatan
Jurnalistik), saya pun langsung
menyanggupi ketika dia meminta saya menulis kata pengantar untuk buku ini. Ini
sebagai bentuk dukungan dan apresiasi saya terhadap upaya Firdaus Abie menulis
dan menerbitkan buku.
Saya telah belasan tahun mengenal
Firdaus Firdaus Abie. Kami saling terikat secara emosional oleh jejaring
tali-temali Grup Jawa Pos. Saya pernah berkarir beberapa tahun sebagai wartawan
di koran Grup Jawa Pos. Firdaus Firdaus Abie tergolong wartawan berdaya juang
tinggi, gigih dan ulet. Dia meniti karir jurnalistik dari bawah mulai sebagai
reporter hingga Pemimpin Redaksi.
Ia punya pengalaman sangat luas
dan jam terbang yang tinggi di dunia jurnalistik.
Firdaus Abie produktif menulis
sejak urang awak ini duduk di bangku sekolah menengah atas. Hanya, selama ini
dia “terlalu” fokus melahirkan berbagai tulisan produk media massa.
Tulisan-tulisannya tidak hanya terbatas pada laporan atau sorotan jurnalistik
tetapi juga karya satra, seperti cerita pendek (Cerpen) dan novel.
Kini impian tersebut telah
terealisasi. Semoga buku ini dapat bernilai dan bermanfaat bagi banyak orang,
khususnya mahasiswa komunikasi, atau calon wartawan atau wartawan muda.
Terima kasih Mas Aqua Dwipayana!
Salam, Firdaus Abie
No comments:
Post a Comment