Umroh Gratis Karyawan Paragon Technology
and Innovation (7/Tamat)
Sebuah pengumuman; besok pagi
semua bersiap untuk Umroh Wada’. Jamaah pria persiapkan pakaian ihram. Jamaah perempuan, berpakaian sesuai tuntutan
umroh.
“Kita Miqat di Ji’ranah,” kata
Ustad Muhammad Azzam, ustad yang membimbing ibadah Jamaah Umroh Paragon.
Miqat berasal
dari Bahasa Arab. Miqat merupakan batas dimulainya ibadah haji dan umroh (batas-batas
yang telah ditetapkan). Apabila melintasi miqat, seseorang yang ingin
mengerjakan haji perlu mengenakan kain ihram dan memasang niat. Masjid Ji'ranah berada di Wadi
Saraf, sekitar 24 KM arah timur laut Masjidil Haram.
Mendengar informasi dari Ustad
Muhammad Azzam, ada perasaan bercampur aduk. Senang karena sebelum Miqat akan
ziarah ke tempat-tempat bersejarah dalam perjalanan Islam. Sedih karena
sebentar lagi akan meninggalkan Tanah Suci.
Syekh Muhammad Ilyas Abdul Ghani
dalam bukunya, Sejarah Makkah
menuliskan, kata Ji’ranah diambil dari nama seorang wanita yang hidup di daerah
tersebut. Diriwayatkan oleh Al Fakihi
dari Ibnu Abbas Ra bahwa surat Al-Nahl ayat 92 yang berbunyi Dan janganlah kamu
seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan
kuat, menjadi cerai berai kembali turun pada seorang wanita Quraisy dari Bani
Tim yang dijuluki dengan julukan Ji’ranah. Wanita itu disinyalir sebagai
seorang wanita yang terkenal dungu.
Rasulullah SAW pernah
meninggalkan para tawanan dan harga rampasan perang yang diambilnya dari
Hawazin. Rasulullah tidak membagikan
harga rampasan perang tersebut, karena sambil menunggu orang-orang Hawazin yang
bertobat datang menyusulnya. Rasulullah lalu bertanya kepada para utusan itu.
“Silakan pilih, tawanan atau
harta?”
Mereka lalu memilih tawanan, dan
Rasulullah pun meminta kepada kaum Muslimin semua untuk membebaskan para
tawanan Hawazin dengan lembut dan secara baik-baik. Kemudian, pada malam itu
juga, dari Ji’ranah, Rasulullah lalu berihram dan mengerjakan umrah, dan
selesai pada malam itu juga. Lalu, Rasulullah menyuruh para tentaranya untuk
kembali ke Madinah.
Selain Miqat di Ji’ranah, jamaah
Umroh Gratis Paragon berkunjung ke Padang Arafah, kemudian ke Jabal Rahmah.
Tempat pertemuan Nabi Adam dan Siti Hawa setelah diturunkan ke bumi. Nabi Adam
diturunkan di Sri Lanka tepatnya di puncak bukit Sri Pada. Siti Hawa diturunkan di daerah di Arabia.
Jamaah juga berkesempatan ke
kawasan Jabal Tsur, tempat Nabi Muhammad dan sahabat pernah bermalam.
Berkesempatan pula ke Goa Hira’ dan bukit tempat Nabi Ibrahim menyembelih
Ismail, melintasi Musdalifah, Mina. Melintasi
dari kejauhan lokasi pasukan gajah yang dipimpin Raja Vassal
Ethiopia di Yaman, Abrahah yang hendak menyerang Ka’bah, namun terlebih dahulu
dihancurkan Burung Ababil.
Setiap ziarah ke
lokasi-lokasi bersejarah itu, tanpa disadari, ada butiran panas mengalir di
pipi para jamaah. Perasaan haru bercampur semakin tebalnya kecintaan kepada
Baginda Rasulullah, semakin kuatnya rasa keimanan kepada Allah. Ada rasa yang
tak terungkapkan. Ada gemuruh yang terus bergejolak dalam setiap diri. Semua
tafakur dalam doa-doa yang sangat panjang. Melanjutkan kalimat Talbiah, juga
bersalawat kepada Nabi Muhammad, berdoa untuk keluarga Baginda Rasul dan
Syuhada Islam.
Sebelum azan
zuhur, kami sudah berada kembali di depan Ka’bah. Tawaf pun dilakukan. Tujuh
putaran dibantu Ustad Muhammad Azzam dan Ustad Hakim. Dilanjutkan doa bersama
dan sendiri-sendiri. Salat sunat. Seterusnya bergerak menuju Safa dan Marwa.
Pada putaran ke lima, terdengar kumandang azan. Kami pun bersiap untuk salat
Zuhur berjamaah, kemudian melanjutkan sisa Sa’i yang tersisa dua putaran lagi.
*
Jauh sebelum salat
Subuh, Rabu (22/1), tepatnya pukul 02.00 WIB, semua Jamaah Umroh Gratis Paragon
sudah berkumpul di lobi Swissotel Al Maqam. Pukul 10 pagi waktu setempat harus
meninggalkan Makkah. Kami akan kembali
ke Tanah Air via Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, selepas Magrib.
Tawaf Wada’ terasa
lain. Ada rona berbeda yang dirasakan. Bukan karena dingin yang menusuk raga.
Sembari membaca doa-doa yang dituntun Ustad Muhammad Azzam dan Ustad Hakim,
pandangan kami tak bisa dilepaskan dari Ka’bah. Ada rasa yang tak terlukiskan.
Ada gemuruh yang tak dapat dibendung. Sebentar lagi, kami akan meninggalkan
Baitullah, meninggalkan Masjidil Haram, meninggalkan Tanah Suci. Ada deraian
air mata yang tak terbendung disepanjang Tawaf Wada’.
“Ya, Allah. Jangan
jadikan ini umroh terakhir bagi hamba....”
Ada tangis yang
tak bisa ditahan. Selepas itu pula, semua jamaah saling mendoakan dan saling
menguatkan. Ikatan batin semua rombongan pun terasa semakin kuat. Kian kuat.
Atas permintaan
jamaah, Ustad Muhammad Azzam pun diminta memimpin doa agar semua jamaah diberi
kesehatan, diberi kekuatan untuk bisa memperbaiki ibadah, dan menjaga
silaturrahmi sesama jamaah untuk menjadi sebuah keluarga baru.
Perjalanan selama
sembilan hari tersebut telah membentuk sebuah keluarga baru. Nyaris tak berapa
orang yang saling mengenal satu sama lain, sebelumnya. Namun perjalanan ibadah
telah menyatukan kami menjadi satu kesatuan yang sama-sama merasakan kenikmatan
beribadah. *
No comments:
Post a Comment