Penulis, Aqua Dwipayana dan Werry Darta Taifur |
Hebatnya
Silaturrahmi
Lama
tak jumpa, tiba-tiba saya dapat kabar kalau beliau ke Padang. Saya ingin
bertemu dengan sosok yang sudah saya anggap senior dan guru. Komunikasi via wa
terhubung, namun sepanjang siang yang direncanakan, pertemuan tak terlaksana.
Keesokan
pagi, saya hubungi kembali. Hopp! Beliau baru saja keluar dari hotel tempatnya
menginap semalam. Ia mengabarkan ke Kuranji, “saya ke Kuranji sebentar, da
Firdaus. Nanti saya kabari. Kalau bisa, kita bertemu di Andalas saja,” katanya
melalui pesan singkat.
“Oke,
mas” balas saya.
Ia
kemudian memberikan alamat lengkap. Saya langsung menuju alamat tersebut. Saya
perhatikan waktu. Ia memperkirakan akan sampai di sana antara pukul 10.30 –
11.00 wib. Saya melihat jam, masih harus menunggu satu jam lagi. Tak apalah.
Saya bergerak menuju lokasi yang disebutkan, lalu menunggu tak jauh dari tempat
dimaksudnya.
Sesuai
jadwal, saya melihat sebuah mobil. Berwarna hitam. Mobil itu masuk ke arah
alamat yang saya terima. Saya ikuti. Benar saja, ketika mobil itu berhenti,
saya melihat orang yang hendak saya temui turun dari mobil tersebut. Saya juga
turun dari mobil. Ia melihat saya.
“Ayo
uda Firdaus,” katanya memberi kode. Saya menuju ke arahnya, ia juga menuju ke
arah saya. Kami bersalaman, lalu cipika-cipiki sejenak. Ia merangkul bahu saya.
“Pak
rektor, ini sahabat saya,” katanya sembari menyalami sosok yang dipanggilnya
pak rektor.
Pak
rektor dimaksud, Werry Darta Taifur.
Pak Werry, mantan Rektor Unand yang kini menjadi salah seorang Komisaris di PT Semen
Padang.
“Pak
Firdaus juga sahabat saya kok, pak Aqua,” kata Pak Rektor, menyambut kami di
kediamannya bersama sang isteri.
Pertemuan
kami berlanjut. Pak Rektor tampak senang. Beliau sangat antusias menerima kami.
Katanya, ia tak menduga kalau pak Aqua Dwipayana, motivator hebat, penulis
buku-buku best seller mau dan
berkenan main ke rumahnya. Beliau memiliki jadwal yang sangat padat.
“Saya
sangat senang sekali pak Aqua dan pak Firdaus berkenan ke kediaman saya ini,”
katanya antusias.
Berlahan
diskusi pun berlangsung. Banyak hal yang didiskusikan. Melompat-lompat saja
karena pertemuan tersebut bukan kegiatan resmi, tapi silaturrahmi saja, “luar
biasa The Power of Silatarrahmi-nya, pak Aqua,” kata Pak Rektor sembari
mengutip judul buku Aqua Dwipayana yang best
seller tersebut.
Bagi
saya, pertemuan ini sangat spesial. Pertama, secara bertatap muka dan
berkomunikasi langsung dengan Pak Rektor, sudah lama tak berlangsung. Terakhir,
kalau tak salah ingat, saat beliau masih Rektor Unand. Kalau pun bertemu pada
beberapa kesempatan, hanya secara
kebetulan diberbagai kegiatan. Kedua, terakhir kali bertemu mas (saya sejak
dulu memanggil dengan tambahan kata itu di depan namanya, sedangkan mas Aqua
memanggil saya dengan sapaan uda Firdaus) Aqua, saat saya masih di Padang TV. Artinya, ada
sekitar sembilan tahun lebih.
Saya
mengenal beliau sejak tahun 2000. Ketika itu, beliau masih di Semen Cibinong.
Ia main dan singgah ke Padang Ekspres, lantaran menurutnya darah wartawan
yang mengalir di tubuhnya masih deras. Ia
pernah menjadi wartawan di Suara Indonesia, Surabaya Minggu, Radio TT 7 Malang,
Bisnis Indonesia dan Jawa Pos.
Beliau
juga pernah mengundang saya ke kantornya, saat di Cibinong dulu. Sejak saat
itu, hubungan dan komunikasi berlangsung. Biasanya, setiap sampai di Padang,
beliau mengabarkan. Komunikasi masih sering kami lakukan walau jarang jumpa.
Bagi saya, beliau adalah seorang senior dan guru. Ia sangat mengayomi,
memberikan banyak ilmu, menjadi guru tapi tidak menggurui.
Beberapa
waktu lalu, saya mempersiapkan sebuah buku bertemakan jurnalistik dan
aspek-aspek lain yang menyertainya. Beliau memenuhi permintaan saya untuk
memberikan kata pengantar. Secara materi, naskah buku tersebut sudah selesai,
namun belum tuntas menjadi sebuah buku.
Belakangan
saya mengikuti aktivitas ayah dari Alira Vania Putri Dwipayana dan Savero
Karamiveta Dwipayana ini. Aktivitasnya sangat luar biasa dan menginspirasi. Ia
menyisihkan hasil royalty penjualan buku-buku yang ditulisnya, honornya sebagai
narasumber dan sumbangan dari berbagai
sabahabat, kolega dan sponsor untuk keperluan pemberangkatan jemaah umrah.
Sudah dua gelombang jamaah umrah yang diberangkatkannya.
Akhir
April lalu, beliau memberangkat 39 orang melaksanakan umrah. Mereka yang diberangkatkan
adalah orang-orang yang dalam pikirannya tak mungkin melaksanakan ibadah ke
tanah suci tersebut, di antaranya pegawai rendahan, bintara dan hafiz.
Tak
berselang lama, terdengar suara mengaji dari masjid tak jauh dari kediaman Pak
Rektor, sebentar lagi waktu Jumatan, masuk. Pertemuan itu pun kami akhiri.
Walau pun singkat, namun silaturrahmi itu sangat bermakna, seperti batrai yang baru saja diisi. *
No comments:
Post a Comment