Mencari, menghimpun dan menulis berita, bagi seorang wartawan, merupakan hal biasa. Biasanya berita tersebut cenderung diidentikkan dengan berita permukaan, atau Straight News. Pekerjaan tersebut justru merupakan aktivitas dasar dan standar bagi seorang wartawan. Tidaklah bisa disebut sebagai wartawan jika yang bersangkutan tidak melakukan hal tersebut.
Tingkatan di atasnya, sangat beragam. Tingkatan yang sangat penting dalam keberadaan seseorang yang menjalani profesi kewartawanan.
Bagi seorang wartawan, semakin memiliki jam terbang di lapangan, maka mereka akan semakin teruji untuk bisa meningkatkan kualitas diri, termasuk dalam karya jurnalistiknya. Begitu pun dengan tingkat kesulitan dalam menghasilkan karya jurnalistik. Setelah Straight News, ada Depth News (Berita Mendalam), Investigation News (Berita Investigasi), Interpretative News (Berita Interpretatif), Opinion News (Berita Opini)
Selain ditantang memiliki kemampuan untuk menulis berita dengan berbagai variasi tersebut, ada satu lagi sebagai bagian pembuktian seorang wartawan. Seorang wartawan juga dituntut untuk bisa menulis artikel opini.
Ada yang menyebutkan, tidak semua wartawan memiliki kemampuan tersebut, khususnya wartawan pemula, sebab artikel opini ini menuntut pengetahuan lebih terhadap apa yang ditulisnya. Artikel opini merupakan tulisan yang berisi fakta lapangan dan opini dari si penulis. Opini ini berupa gagasan yang dimiliki, dikombinasikan dengan fakta dan data yang ada. Target dari karya tulis ini untuk menyampaikan gagasan atau pemikiran secara ilmiah karena membahas suatu masalah tertentu.
Ketika Komisi Informasi (KI) Provinsi Sumatera Barat mengadakan lomba menulis artikel bagi wartawan, secara spesifik Opini Populer, pada tahun 2022, inilah momentum “pertaruhan” uji kemampuan para wartawan. Wartawan tak hanya sekadar menjadi seorang pencari dan menulis kabar yang didapatkan di lapangan, tetapi pada lomba ini juga diuji kemampuan analisis dan pandangannya terhadap satu obyek tertentu. Dalam hal ini tentang Keterbukaan Informasi Publik di Sumatera Barat.
Ketika membaca dan menilai karya tulis tersebut, butuh perhatian super serius menyigi satu secara detail setiap naskah. Hal ini dikarenakan, naskah yang masuk adalah naskah-naskah terbaik, lantaran sebelum dikirim ke panitia dan juri, semua tulisan tersebut sudah dimuat di media cetak dan online. Artinya, saringan pertama sudah dilakukan di media masing-masing.
Saya dan empat juri lainnya harus bekerja ekstra dalam memutuskan tiga tulisan terbaik. Tidak mudah untuk memilih tiga dari banyaknya tulisan yang baik. Akhirnya, secara berseloroh (namun serius) kami menyampaikan; cari yang tidak ada masalah atau tidak ada kekurangan tulisannya. Kalau sama-sama ada, cari yang paling sedikit.
Akhirnya, proses “mempreteli” dilakukan kembali. Proses ini dilakukan setelah semua naskah unggulan kami dapatkan. Hasilnya? Ya, seperti yang sudah diumumkan.
Salam,
Firdaus Abie
Wartawan Utama/Ketua Dewan Juri Menulis Opini Populer
No comments:
Post a Comment